PART 5

1.6K 94 6
                                    

Rikas mempercepat laju mobilnya ketika sambungan telfon di matikan begitu saja oleh Kinan. Sumpah demi apapun Rikas langsung panik saat tak menemukan Kinan di klub. Dia bertanya pada siapapun yang ada disana namun tidak ada yang tahu. Bodohnya Rikas manut saja saat ditarik Della untuk ikut naik ke panggung, meninggalkan Kinan sendirian.

Rikas menepikan mobilnya. Pria ini keluar dari mobil menghampiri Kinan yang berdiri di pinggir jalan. "Lo gak papa? Tadi kenapa?" Tanya Rikas sarat akan kekhawatiran. Rikas menangkup pipi Kinan, mengecek kondisi gadis itu dari atas ke bawah. "Kenapa nangis? Tadi ada yang jahatin?" Tanya Rikas yang melihat mata Kinan sebab.

Kinan menggigit bibir bagian dalamnya. "Laper," ucapnya.

"Ayo makan." Rikas menyelipkan rambut Kinan ke belakang daun telinga, lalu meraih tangan Kinan.

"Makan ikan bakar."

"Iya," Rikas membukakan pintu mobil, menyuruh Kinan masuk.

Ketika pintu mobil di tutup oleh Rikas, Kinan buru-buru mengucek matanya agar tidak terlihat jejak air mata lagi. Untung saja tadi dia berhasil mengalihkan pertanyaan Rikas.

"Ikan bakar di tempat biasa?" Tanya Rikas yang baru saja duduk di balik kemudi.

Kinan mengangguk.

"Tadi ada yang gangguin lo ya di klub?" Rikas membuka pertanyaan setelah mobilnya melaju membelah keramaian ibu kota.

Kinan menggeleng. "Enggak,"

"Terus kenapa tiba-tiba pergi?"

"Ga suka aja. Berisik."

"Maaf ya, gue tadi ninggalin lo gitu aja,"

Kinan menatap Rikas yang fokus menatap jalanan. "Lo gak salah. Harusnya lo tadi gak usah jemput gue. Kan acaranya masih lama. Tadi juga banyak temen-temen lo."

"Terus biarin lo naik taksi sendirian gitu, hm?"

"Hih, gue kan udah gede."

"Bukan masalah udah gede atau gimana, Nan. Orang jahat gak mandang itu anak kecil atau orang dewasa. Kalo udah niat jahat ya tega gak tega bakal dilakuin. Zaman sekarang bahkan suami tega bunuh istrinya sendiri."

Kinan terdiam. Membenarkan semua ucapan Rikas. Apalagi dia tinggal di kota metropolitan. Kota yang tingkat kejahatannya tinggi.

"Apalagi kalo nemu orang polos kayak elo, bakal seneng mereka."

"Rikasss!" Kinan memukul bahu Rikas, bibirnya mencebik.

Rikas mengacak rambut Kinan dengan tangan kirinya. "Bilangnya udah gede, tapi masih sering ngambekan," cibirnya.

"Biarinnn," Kinan menjulurkan lidah.

"Terus tadi kenapa matiin telfon gue? Lo juga ngomong 'aduh'." Tanya Rikas yang baru teringat Kinan mematikan sambungan telfon begitu saja.

"Tadi ada yang lempar kaleng dari dalam mobil. Kena kepala gue," jawab Kinan dengan bibir mencebik ketika teringat kejadian tadi. Dasar orang tidak bertanggung jawab. Seenak jidatnya buang sampah sembarangan, kena kepala orang lagi.

Rikas mengusap rambut Kinan. "Gue panik kirain lo kenapa-napa,"

"Besok ke pantai yuk, Kas!" Kinan mengalihkan pembicaraan.

"Males. Gue mau tidur sampe siang,"

Kinan mendengus. "Gak asik bangett." Gadis ini mengeluarkan ponsel, bukan untuk mengecek apakah ada chat masuk atau tidak, namun hanya sekedar melihat tanggalan. "Yes, besok Bik Inah udah pulang. Gue mau ajak Bik Inah aja ke pantai."

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang