PART 29

1.6K 105 37
                                    

"Udah.." Kinan menutup mulutnya, menolak menerima suapan bubur keempat. Buburnya terasa hambar, Kinan tidak suka.

"Lo baru makan sedikit. 2 suapan lagi." Ucap Rikas, mengarahkan sendoknya ke mulut Kinan namun gadis itu tetap menolak.

"Gak mau, Kas. Kenyang." Rengek Kinan.

Rikas menghela nafas, meletakkan bubur ke atas meja. "Mau makan buah?"

Kinan melirik buah-buahan yang tadi dibeli oleh Rikas, ia menggeleng pelan. Mulutnya sedang tidak ingin makan apapun.

"Kas,"

"Apa?"

"Boleh minjem hp?"

"Untuk apa?"

"Gue mau nelfon Ratu. Mau mastiin dia baik-baik aja." Kinan menunduk, memilin-milin selimut. "Gue ngerasa bersalah. Kalo gue gak maksa nyetir mobil, pasti gak akan kecelakaan."

Rikas meraih tangan Kinan. Menggenggam tangan gadis itu erat. "Tadi gue udah ketemu sama pelaku yang nabrak mobil kalian, dia yang salah karena ngelanggar lampu merah. Dan sekarang lagi di proses di kantor polisi. Jadi lo gak salah, Nan."

"Tapi tetep aja, Kas." Kinan menatap Rikas dengan nanar, hatinya masih digelayuti rasa bersalah. Apalagi ia belum tau kondisi Ratu sekarang bagaimana.

"Ratu baik-baik aja, Nan. Jauh lebih baik dari pada lo."

"Assalamualaikum." Suara pintu terbuka dibarengi suara nyaring milik Bisma dan Dafa terdengar. Dua pria tampan itu datang dengan membawakan paper bag berisi pakaian ganti untuk Rikas, tak lupa membawakan nasi kotak dan beberapa cemilan. Tadi pagi mereka izin untuk pulang, sekalian mengambilkan pakaian ganti untuk Rikas karena pria itu harus ke kantor polisi untuk bertemu dengan pelaku yang menabrak Kinan.

"Waalaikumsalam." Jawab Rikas dan Kinan berbarengan.

"Dino mana?" Tanya Rikas.

"Disuruh nganterin nyokapnya belanja. Nanti nyusul kesini." Jawab Dafa.

"Nih! Lo belum makan kan?" Dafa menyerahkan plastik berisi makanan cepat saji pada Rikas.

"Taruh meja aja dulu."

"Sana makan. Tadi maksa-maksa gue makan," ucap Kinan dengan bibir mencibir.

"Iya, nanti. Gue belum laper."

"Cepet makan. Nanti lo pingsan." Kinan masih terus memaksa Rikas. "Kan gak lucu lo ikutan pake infus atau mau gantiin gue aja?"

"Kalo bisa sini gue gantiin." Ucap Rikas. "Biar manusia cengeng ini gak ngeluh mulutnya pahit, gak ngerengek tiap suster masuk karena takut disuntik." Ucapnya sambil menunjuk hidung Kinan.

Kinan terdiam menatap Rikas dengan haru. "Gak mau." ucapnya pelan. "Kalo lo yang sakit, gak ada yang bawelin gue dong."

Bisma berdehem. "Gak usah romantis dulu bisa gak? Sakit aja pake direbutin segala!"

"Bacot lo!" Ketus Rikas.

"Iya, bacot aja." Kinan ikut nyeletuk.

Rikas spontan melotot. "Heh! Lo ngapain ngomong gitu? Mulutnya gue cabein ntar."

Kinan mengernyit. "Lo juga ngomong gitu. Kan bacot nggak kasar. Kalo anjing, babi, bangsat, baru kasar."

"Nan!" sentak Rikas.

Sementara itu Dafa dan Bisma tak bisa menahan tawa mereka. Dua pria ini cekikikan di sofa. "Coba ulangin, Nan. Apa aja tadi kata-kata kasarnya?"

Kinan baru akan membuka mulut, namun melihat Rikas melotot ia kembali menutup mulut rapat-rapat dengan bibir mengerucut.

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang