Kinan menatap nanar gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Sepertinya tidak mungkin Pak Satpam akan berbaik hati membiarkannya masuk setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.11 WIB. Terlambat 11 menit. Miris sekali.
Kinan duduk di trotoar dengan bibir manyun. Andai saja ia tidak menunggu Rikas, mungkin ia tidak akan terlambat. Kinan sudah siap berangkat sekolah sejak pukul 06.30, ia duduk diteras menunggu Rikas menjemput, namun sampai pukul 06.45 Rikas tidak muncul-muncul. Kinan sudah berusaha mengirim chat dan menelfon Rikas, namun tidak ada balasan.
Kinan tidak tau kenapa sahabatnya itu tiba-tiba menjadi menyebalkan. Semalam saat Kinan chat menanyakan nomor rekening untuk membayar hutangnya pada pria itu, Rikas hanya read saja. Menyebalkan sekali.
"Oy, Nan!"
Kinan mendongak dan mendapati wajah bingung Satria ada didepannya.
"Ngapain lo? Udah cantik-cantik tapi ngegembel di depan sekolah." Ledek Satria sambil ikut duduk disamping Kinan.
"Lo juga ngegembel." Kinan membalas ledekan Satria.
"Sialan! Udah berani bales ngeledek ya lo!" Satria mengacak pelan rambut Kinan. "Tumben lo telat." Ucapnya dengan dahi mengernyit.
"Tadi nungguin taksi lama."
"Gak bareng Rikas?"
"Dia hilang dimakan buaya." Sahut Kinan ketus.
Satria tertawa kuat, menimbulkan kerutan heran diwajah Kinan. "Lo gak sedih kalo Rikas dimakan buaya?"
Kinan menggeleng. "Ngapain sedih? Malah bagus kalo dimakan buaya beneran."
"Yakin?" tanya Satria dengan satu alis terangkat, ditambah ekspresi jahilnya. "Bolos yuk. Lagian gerbang udah ditutup." Ucap Satria sambil berdiri dan membersihkan celana bagian belakangnya. Satria mengulurkan tangan untuk membantu Kinan berdiri, namun reaksi gadis itu justru kerutan didahi.
"Bolos?"
Satria mengangguk. "Iya, bolos. Ke cafe, mall, tempat wisata, atau kemana kek. Kalo pulang ke rumah, gue pasti kena ceramah mama dedeh."
"Mamah Dedeh tinggal serumah sama lo?"
Satria menyentil dahi Kinan, kesal sekaligus gemas dengan gadis itu. "Capek gue ngomong sama lo. Lo mau ikut gue bolos gak? atau lo beneran mau ngegembel disini sampai pulang sekolah?"
Kinan mendengus, mengusap dahinya yang disentil Satria. "Emangnya kita gak bisa masuk ke dalam ya, Sat? Coba lo bujukin Pak Satpam, siapa tau mau bukain gerbang."
"Percuma, gak akan dibukain. Hari selasa yang jaga gerbang Pak Kumis, lo tau kan Pak Kumis galak. Kalo sama Pak Kumis gak bakal dibukain sekalipun lo nangis-nangis."
Kinan mencebik, memainkan jari-jemari tangannya. "Terus gimana dong?"
Satria meraih tangan kanan Kinan, ia menarik gadis itu untuk berdiri. "Ayo bolos. Gue ajarin jadi anak nakal!"
Kinan mengikuti langkah kaki Satria, pasrah saja pria itu akan membawanya kemana. Dari pada ia ditinggal sendirian didepan gerbang sekolah. "Mobil lo mana? Kok jauh banget parkirnya."
"Gue gak bawa mobil. Mobil gue lagi sakit, makanya gue telat."
"Sakit apa?"
Satria menghentikan langkahnya, ia menoleh pada Kinan yang ada dibelakang. "Gue pengen jedukin kepala lo ke tiang listrik deh, Nan. Masih nanya mobil sakit apa?"
"Marah-marah terus." Kinan manyun.
"Lo gemesin sih. Otak lo hari ini lagi lemot ya, Nan? Perasaan kalo pelajaran otak lo lancar banget kayak telkomsel."
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.