41. Rencana

89 6 0
                                    

Atha kembali membuka kotak bludru yang di dalamnya terdapat cincin yang ia pesan satu Minggu yang lalu. Sengaja ia pesan untuk hari spesial dan tentunya untuk orang yang spesial.

Namun dia masih pusing memikirkan bagaimana caranya memberikan cincin ini kepada gadisnya nanti. Oh shit!! Atha sampai lupa, gadis itu belum menjadi miliknya. Tapi sebentar lagi pasti akan menjadi gadisnya. Tunggu saja.

"Apaan tuh?" Suara heboh dari Rey yang baru datang.

Saat ini mereka janjian untuk berkumpul di rofftop apartemen milik Atha. dan ini semua atas ide dari Rey karena katanya di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Karena kedatangan Rey membuat Atha segera menutup kotak bludru tersebut dan memasukkannya kedalam saku celananya.

"Kok kayak kotak cincin gitu sih, Lo habis nyuri perhiasannya emak Lo?" Tuduh Rey yang tidak-tidak.

"Kepo Lo" balas Atha malas.

"Wahh gak bisa dibiarin nih, gue sebagai manusia yang baik dan gak bisa melihat tindak kejahatan tidak terima dengan hal seperti ini. Gue aduin sama emak Lo" ucap Rey menggebu-gebu.

Rey mengambil ponselnya berniat untuk memberi tahu kepada Mama Atha.

"Lo mau sate depan gak?" Tanya Fandy untuk mencegah kelakuan gila Rey.

"Mau mau mau" ucap Rey langsung mematikan ponselnya, sudah lupa tujuan awalnya. Yang penting makan gratis, semboyan Rey saat ini.

"Beli aja sono" suruh Fandy

"Uangnya?" Rey menyodorkan tangannya didepan Fandy, seperti anak kecil yang sedang meminta uang pada ayahnya.

"Gak ada duit gue" balas Fandy berbohong.

"Lo Tha?" Tanya Rey pada Atha.

"Gak ada"

"Nah pakek duit Lo aja, tadi gue lihat di dompet Lo ada duit. Sekali-kali lah Lo traktir kita" ucap Fandy tersenyum penuh arti.

"Sekali pale lu, ujung ujungnya gue juga yang nraktir" gerutu Rey

"Sedekah, itung-itung amal buat Lo kalau udah mati entar" Canda Fandy membuat Rey semakin kesal.

"Mulutmu mas" ucap Rey kemudian ngacir pergi. Fandy langsung tertawa puas sedangkan Atha hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah kepergian Rey, tak ada perbincangan antara Atha dan Fandy. Fandy yang tak tahan dengan suasana dingin yang diciptakan sahabat di depannya ini langsung angkat bicara.

"Kenapa Lo? Muka kayak ditekuk gitu. Punya masalah hidup apa Lo?" Tanya Fandy tak biasanya melihat Atha seperti ini.

"Lo pernah nembak cewek gak?" Ucap Atha tiba-tiba.

"Pernah lah, nih ya gue sebutin cewek yang pernah gua tembak. Siska, Fanda, Tisya, Karin, Elza, ...."

"Stop stop" potong Atha cepat sebelum Fandy meneruskan mengabsen para mantannya. Padahal niatnya Fandy hanya bercanda.

"Lo mau nembak cewek? Atau jangan-jangan Lo mau ngelamar?" Tanya Fandy penasaran.

"Nembak" jawab Atha singkat.

"Lo beneran mau nembak cewek? Pasti cewek ini benar-benar bikin Lo jatuh hati ya. Karena seorang Atha gak bakal sembarangan pilih cewek buat jadi pacarnya" goda Fandy pada sahabatnya itu.

"Hmm" jawab Atha

"Terus kenapa Lo jadi mumet gitu?" Tanya Fandy lagi.

"Gue bingung nembak dia gimana" balas Atha frustasi tak ada titik temu sama sekali. Dia bukan laki-laki yang romantis, dia bingung harus bagaimana nantinya.

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang