37. Get Well Soon Princes

219 11 2
                                    

Mata Aluna mengerjap, kepalanya pun rasanya begitu sakit. Beberapa kali Aluna meringis bukan hanya dari kepalanya, namun karena tangan dan kakinya kini terikat. Yang ia ingat dia menolong Fika, lalu tiba tiba dia pingsan karena ada seorang yang dengan sengaja memukul kepalanya dengan benda keras. Dan dimana sahabatnya sekarang? Apakah Fika selamat?

Lagi lagi dirinya lebih memikirkan orang lain. Sedangkan dirinya bahkan masih begitu lemah karena baru beberapa hari yang lalu pulang dari rumah sakit. Apalagi kangker otak yang diidapnya pun masih setia bersarang di kepalanya saat ini.

Aluna beberapa kali mencoba melepaskan ikatan di tangannya, namun gagal karena ikatannya begitu kuat. Aluna meringis, merasakan kepalanya pusing bercampur nyeri.

Tok Tok Tok

Suara sepatu yang berjalan diatas lantai terdengar nyaring di tempat yang begitu senyap ini. Entah siapa yang ada disana, Aluna tak dapat melihat dengan jelas karena tak ada penerangan sama sekali.

Seseorang kini berdiri di hadapan Aluna yang sedang terikat di atas kursi. Sesampainya disana lampu seketika menyala meski hanya lampu remang berwarna merah.

Aluna dapat menangkap sosok wanita yang ada disana. Namun Aluna kembali tak dapat melihat dengan jelas karena kepalanya Kembali terasa sakit, bahkan lebih parah dari yang ia rasakan tadi.

"Natasya Aluna" ucap seorang wanita yang kini tersenyum miring menatap Aluna

Beberapa kali wanita itu memutari kursi dimana Aluna diikat sambil terus menatap sinis pada Aluna. Sedangkan Aluna sendiri tak menatap wanita itu karena menahan sakit di kepalanya.

Wanita itu meraih rahang Aluna supaya mendongak dan menatapnya. Aluna sedikit terperanjat kaget dan tak percaya ketika melihat siapa wanita yang ada di depannya.

"Kenapa? Kaget lihat saya?" Tanyanya ketika melihat raut wajah Aluna yang terkejut

"Tapi bakal lebih terkejut lagi kalau kamu tahu sahabat kamu juga ada disini" Ucapnya memandang seorang yang berdiri dibelakangnya

Aluna kembali terkejut, bahkan tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Fika?" Beo Aluna pelan bahkan tanpa suara

"Kamu gak mau nanya kenapa ada saya dan dia disini?" Wanita itu kembali bertanya seolah tahu bahwa banyak pertanyaan di kepala Aluna saat ini

"Kamu pikir saya gak tahu ha? Kalau kamu sebenarnya suka dengan pacar anak saya. Dan siapa yang ngasih tau ke saya?" ucapnya menatap Aluna sekilas

"Sahabat tercinta kamu, Fika" lanjutnya sambil menunjuk pada Fika yang berdiri tak jauh dari hadapan Aluna

Aluna menggeleng pelan. Dia tak habis fikir, kenapa sahabatnya melakukan ini semua pada dirinya. Apa salahnya?

Sudah jelas sekarang. Maksud dari wanita ini adalah Aluna yang menyukai Atha, dan anak yang dia maksud adalah Fanya. Kini wanita yang sedang berdiri di hadapan Aluna adalah Sisil, Mama Fanya.

"Jangan kamu fikir saya bawa kamu kesini karena hal itu saja. Karena saya punya dendam lebih besar kepada Mama kamu" Sisil mengucapkan dengan menekan setiap kalimatnya

"Mamah" lirih Aluna mengingat Mamanya, apa hubungannya Tante sisil dengan Mamanya.

"Asal kamu tahu, Mama kamu yang sudah merebut kebahagiaan saya" ucap Sisil dengan amarah

"Dulu waktu SMA saya mencintai seorang lelaki, dia baik, ramah, bahkan kepintarannya di sekolah semakin membuat saya kagum dengan dia. Saya mencoba ada untuk dia, mencoba selalu dekat dengan lelaki pujaan saya. Dia pun tak pernah menolak, bahkan orang lain mengira saya adalah pacarnya"
Sisil menceritakan itu dengan tersenyum membayangkan masa SMA nya dulu

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang