2. Angin Pantai

1.2K 41 0
                                    

Suara terjangan ombak pada dinding-dinding pantai terdengar memecah kesunyian pada sore hari ini. Angin berhembus perlahan menerpa wajah cantik seorang gadis yang berdiri di tepi pantai. Anginnya pun menerbangkan helaian rambut panjangnya.

Suasana sunyi seperti ini sangat disukai oleh gadis dengan gaun warna kuning tersebut. Terlihat sangat cocok dengan suasana hatinya saat ini.

Aluna, saat ini yg notabenya sedang patah hati karna baru saja putus cinta. Berstatus jomblo sejak beberapa jam yg lalu. Nando, kekasihnya itu memutuskan Aluna tanpa suatu alasan yg jelas. Hingga berakhirlah ia pergi ke pantai sore ini.

Dia ingin menenangkan pikirannya yg berantakan sejak tadi siang. Dia berdiri tepat memandang ke arah pantai, matanya terlihat menatap penuh dengan kekosongan. Saat ini perasaannya bercampur tak karuan.

Butiran bening lolos begitu saja dari kedua bola matanya. Isakan terdengar dari bibir mungilnya. Setelah menahan diri untuk tidak menangis, pertahannya roboh juga. Aluna menangis sesenggukan, mengeluarkan rasa sakit di hatinya.

"Nih, punya Lo."

Aluna terkejut mendengar suara tersebut. Seseorang dengan badan tegap sedang berdiri di hadapannya. Lelaki tersebut mengulurkan tangannya, menyerahkan kalung berwarna putih dengan liontin hati di tengahnya.

Aluna terlihat bingung, ia meraba lehernya mencari kalung miliknya. Dia semakin dibuat kebingungan karna kalung yg ia pakai tidak ada.

"I ... Itu kalung aku," ucap Aluna sedikit terbata.

"Tadi gue lihat kalung Lo jatuh."

Aluna hanya diam dan tak bersuara. Lama menunggu, lelaki tersebut meraih tangan Aluna.

"Eh" Aluna sedikit mendongakkan kepalanya,menatap wajah Atha yg memang jauh di atasnya.

Lelaki itu meletakkan kalung di tangan Aluna. "Lain kali kalau lagi galau jangan di sini. Di sini itu objek wisata, bukan ajang buat galau orang yg lagi putus cinta" . Atha berbalik dan beranjak dari hadapan Aluna.

"Tunggu," suara Aluna yg didengar Atha membuatnya berhenti dan kembali menoleh ke arah Aluna.

"Gue gak galau,dan gue kesini bukan buat galau," jelas Aluna.

Atha mengangkat sebelah alisnya. "Bukan urusan gue," jawab Atha dingin dan langsung meninggalkan Aluna.

Aluna yg ditinggal sendiri begitu kesal,dia mengumpati seorang yg baru saja dia temui itu. "Ih, ngeselin banget, sih."

Dia kembali melihat sekelilingnya. Nampak pantai sudah sepi, hanya ada beberapa pedagang yang terlihat akan segera tutup, dan beberapa orang yg hendak meninggalkan pantai.

Aluna melihat jam arloji yang melingkar di tangannya, pukul setengah enam petang. Kembali ia melihat sekeliling, saat ini dia sudah benar benar sendiri.

Aluna melangkahkan kakinya beranjak pergi meninggalkan pantai. Dia mencoba menghubungi kakaknya, tetapi beberapa tak kunjung ada jawaban, bahkan nomornya juga tidak aktif.

Aluna berdecak kesal, pasti mamanya akan mencarinya. Lalu, apa yang akan ia katakan pada mamanya nanti. Sedangkan, dirinya tidak meminta izin terlebih dulu tadi.

"Kemana, sih, Kak Zevan. Kenapa nomernya nggak aktif." Helaan napas keluar dari bibir Aluna.

Aluna diam sejenak, sampai  kapan dirinya di sini kalau ia hanya menunggu kakaknya. Ia berpikir keras, mau tak mau ia harus menghubungi mamanya. Walaupun nanti ia akan dimarahi habis-habisan jika sampai rumah.

Tanpa menunggu lama,telepon dari Aluna langsung diangkat oleh mamanya dalam sekali panggilan. "Halo, Mah."

"Halo, Luna. Kamu di mana, kok, belum pulang? Mama khawatir banget tahu." Suara di seberang sana terlihat cemas. Aluna jadi merasa bersalah dengan mamanya.

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang