33. Cinta Terbalas

278 12 0
                                    

Aluna tetap berusaha tersenyum meski hatinya seolah sakit. Ada hati yang juga sangat mencintai lelaki yang ia cintai. Bahkan mungkin lebih besar dari cintanya pada lelaki itu.

Tetesan bening kembali menerobos keluar dari retina matanya. Seolah memberikan isyarat pada sekitarnya bahwa ini sangat melukai hati Aluna. Tapi dia tak boleh egois, gadis itu lebih berhak atas lelaki yang dia cintai.

Mengingat ketika gadis itu menceritakan tentang betapa dia mencintai Atha membuat hati Aluna mencelos. Gadis itu, gadis yang ditemuinya di ruang tunggu Rumah Sakit. Awalnya gadis itu seolah memberikan perlakuan tak bersahabat kepada Aluna. Namun ketika perkenalan singkat dan obrolan tentang kisah Atha dan Fanya jauh sebelum Aluna mengenal Atha, membuat mereka jadi lebih dekat sekarang.

Fanya memiliki penyakit yang tak kalah berbahayanya dengan penyakit yang dia derita. Aluna yakin bahkan kalau disuruh memilih, Atha akan lebih memilih Fanya dibanding dirinya. Atha sangat mencintai Fanya. Mendengar kisah mereka saja membuat Aluna semakin yakin bahwa Atha dan Fanya memang ditakdirkan bersama. Dan dirinya? Sama sekali tak diharapkan. Dirinya hanya sebagai pengganggu sekarang ini.

*****

"Lun..." panggil Zevan seolah tercekat

Kepala Zevan menunduk. Dia tak tahu sekarang harus bagaimana. Dia tak mau kehilangan Aluna, dan dia juga tak mau jika Aluna sadar nanti Aluna kecewa padanya dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Lo terlalu baik Lun. Lo selalu mikirin orang lain tanpa lo mikirin diri sendiri" Zevan kembali menatap Aluna dengan tersenyum miris

"Apa Lo gak mikirin perasaan gue sama Mamah? Kenapa sih Lun Kenapa?" Tetesan bening meluncur bebas dari mata Zevan. Dia tak bisa membendung rasa sakitnya, kecewanya, dia sungguh tak ingin kehilangan adik satu satunya.

"Gue sama Mamah udah setuju, demi Elo. Meski ini menyakitkan buat gue dan Mamah, tapi ini semua demi permintaan Lo. Kita cuma bisa berharap Lo baik baik aja Lun" Zevan mencium puncak kepala Aluna. Wajah pucat pasi yang tercetak di wajah Aluna, tak pernah menghilangkan kecantikan gadis itu.

Aluna masih saja setia dengan tidur panjangnya. Bergelut dengan alat alat medis yang sangat menyakitkan. Sudah satu bulan pasca terakhir kali gadis itu dinyatakan koma hingga saat ini. Tak ada tanda tanda bahwa gadis itu akan bangun.

Namun keluarga tak berputus asa memberikan pengobatan terbaik untuk Aluna. Meski nyatanya jika nanti Aluna kembali sadar, dokter tak yakin jika otaknya akan bekerja dengan baik kembali seperti dulu. Karena kangker otak yang diidap Aluna semakin besar dan menggerogoti kepala Aluna.

"Bangun Lun, bangun. Gue pengen lihat senyum Lo lagi. Gue pengen jahilin Lo, Abang Lo ini kangen Lun" Zevan terisak, dia tak peduli jika ada yang melihatnya menangis. Zevan hanya ingin adiknya kembali seperti dulu

Ceklek

Suara knop pintu terbuka, menampakan seorang berperawakan tinggi masuk ke dalam ruangan itu. Zevan memandang lelaki itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Kemudian dia menghela nafasnya.

"Gimana keadaan Aluna?" Tanya Atha ketika telah sampai disamping ranjang Aluna

"Masih sama" balas Zevan tanpa semangat

"Gue denger denger Aluna bakal di operasi?" Tanya Atha lagi membuat Zevan seolah menahan nafasnya

"Hmm" Zevan berdehem singkat

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang