FP ✿✿Terbongkar✿✿

190 28 2
                                    

"Udah pacaran belum sama Mika?" tanya Hegar yang tengah duduk bersama ketiga temannya ditepi lapangan tempat mereka latihan Bola Basket. Kini ketiganya hanya duduk sambil melihat para siswi berlalu lalang dari kelas ke kantin atau pun sebaliknya.

"Masih belum?"

"Seriusan?"

Firman serta Azka ikut nimbrung dengan topik terpanas yang tengah mereka bahas. Pasalnya baru kali ini David bisa dekat dengan cewek. Kalian tahu lah alasannya kenapa.

"Lama banget, anj*r. Gua cuma butuh waktu dua bulan untuk saling kenal." Firman melirik David sekilas, "paling lama, paling.. tiga bulan lah."

"Kalau ada putri malu, kenapa nggak ada putra malu? Iya nggak?" Azka meminta pendapat pada Hegar yang tengah meneguk minumannya.

"Yoi,"

"Kalau ada malu-malu kucing, kenapa nggak ada malu-malu anjing?"

"Cakeeepp," Hegar mengacungkan ibu jarinya, pertanda ia menyetujui semua ucapan yang telah Azka lontarkan.

David hanya diam sambil melihat langit berwarna biru cerah dengan sedikit polesan awan putih. Ia tidak berniat membalas ocehan teman-temannya, David hanya ingin mendengar tanpa bersuara. Ia keluar cuma ingin menyegarkan pikiran dari pelajaran Ilmu resep dan Fisika.

"Kalau menurut gue, mending lo cepetan deh nyatain perasaan lo." Aju Hegar. "Dari pada nanti-nanti terus diambil orang gimana?"

"Bener tuh, Vid. Gue saranin lo cepetan tembak Mika."

"Atau kita bikin taruhan aja? Biar seru." Ucap Firman seraya melihat kearah teman-temannya dengan mimik wajah minta persetujuan. "Eh si anj*r. Kita ngomong lo nggak dengerin?!" galaknya ketika mengetahui ternyata David hanya melamun sambil melihat keatas.

"Gila lo, Vid." Azka menggeleng-gelengkan kepala seperti seorang guru yang tidak percaya dengan kenakalan muridnya. "Dasar temen nggak ada akhlak."

"Bukan nggak ada akhlak lagi, tapi teman b*ngs*t!" kesal Firman yang akhir-akhir ini temperaturnya tinggi.

"Lo lagi mikirin apa sih, ny*t?" geram Hegar tidak betah ketika melihat David hanya terdiam seperti patung pancoran. Mending patung pancoran ada sejarahnya, lah kalau David?

"Kalau lo mikirin cara ngungkapin perasaan lo terhadap Mika, kita bertiga udah nyiapin caranya kok. Iya nggak?" Hegar memberi tatapan liar.

"Ya," balas Azka berbarengan dengan Firman.

"Lo nggak usah khawatir soal itu. Karena kita_?"

"_KITA SEMUA AHLI DALAM BIDANG TERSEBUT!" Balas ketiga cowok itu secara serentak, membuat David mengalihkan perhatiannya.

Walau David tidak memperhatikan mereka, namun David mengerti kemana alur pembahasan percakapan ketiga cowok itu.

"Jadi kapan lo mau nembak Mika? Pulang sekolah? Nanti malam? Besok? Atau lusa?" tanya Azka menaikkan sebelah alis.

Balasan David berupa decahan dan hembusan napas yang keluar dari mulutnya. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran ketiga cowok itu. Bisa-bisa nya mereka bersikap seenaknya sendiri. Walau sebenarnya memang David sudah mulai menyukai Mika, tapi tetap saja David tidak mau secepat ini. David belum siap, terkadang bayangan itu masih kerap muncul.

"Gue balik kekelas," David bangkit dari tempat duduk, melempar sebotol air masih utuh untuk Hegar tangkap.

"Woy! Tungguin!"

"Eh! Si t*i, asal tinggal-tinggal aja tuh anak!"

"Harus sabar punya temen spesies langkah macam David."

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang