WARNING!!!!
BANYAK PERKATAAN KASAR!!!
AKU HARAP KALIAN JANGAN MENIRU!!!!INI PERINTAH KERAS!!!!!
AMBIL YANG BAIK, DAN BUANG JAUH-JAUH YANG BURUK.
◉‿◉ HAPPY READING ◉‿◉
✧✧✧✧✧✧✧✧
Ketika aku sampai di rumah, aku langsung meminta izin ke Ibu untuk kerumah Adin. Jarak antar rumah aku dan rumah Adin cukup dekat, jadi aku sering main ke rumah Adin begitu pun sebaliknya.
Sesampainya di depan rumah Adin, aku langsung memencet bel. Tidak lama setelah aku menunggu, pintu itu terbuka. Adin langsung tersenyum riang.
"Niatnya aku mau kerumah kamu," ungkapnya masih dengan senyuman di bibir.
"Kerumah kamu aja yuk," ajak Adin. "Dirumah lagi ada Papa sama Mama."
"Oke," setujuku tanpa banyak omong.
"Aku ke dalam dulu, mau ambil handphone,"
Aku hanya menganggu mengiyakan. Adin memang selalu seperti itu. Ia selalu meminta aku untuk tidak di rumahnya ketika kedua orang tuanya sedang berada di rumah. Adin malu jika ada orang di rumah lalu kedua orang tuanya ribut.
Adin pikir itu adalah aib yang harus ia tutupi. Walaupun Aku sudah berteman dengan Adin cukup lama, tapi Adin tetap tidak ingin memperlihatkan kekacauan dalam keluarganya kepada orang lain.
"Yuk," ajak Adin sambil menutup pintu.
"Udah izin?"
"Tenang aja, Papa sama Mama nggak bakal nyariin kok," abai Adin melangkah keluar gerbang.
"Tapi sebaiknya kamu minta izin,"
"Iya nanti."
Aku hanya menampilkan raut wajah datar. Mengikuti Adin dari belakang hingga tiba di rumahku. Adin sudah menganggap rumahku seperti rumahnya. Ayah dan Ibu pun sudah menganggap Adin seperti anaknya sendiri.
Ayah yang saat itu sedang mengurus beberapa dokumen kantor di ruang keluarga langsung mengalihkan perhatian sebentar.
"Mau nginep?" Tanya Brahmata ketika melihat Adin yang baru datang.
"Enggak Om, aku cuma mau main aja. Nanti pulang lagi,"
"Kenapa nggak nginep? Biasanya nginep aja,"
"Lagi pengen bobo sendiri, hahaha." Tawa Adin pecah, begitu pun dengan Mika dan Brahmata. "Nanti aku bakal sering nginep lagi kok Om. Jadi Om nggak usah khawatir," lanjutnya dengan kedipan di sebelah mata.
"Okee, Om tunggu..." balas Brahmata ikut mengedipkan sebelah matanya.
"Ke kamar aja yuk," ajakku pada Adin.
"Ayah aku sama Adin ke kamar dulu,"
"Iya,"
"Bay-bay Om..." Adin melambaikan tangan, tersenyum lebar hingga menampilkan lesung di pipi sebelah kiri. "Semangat kerjanya Om..."
"Siap, laksanakan."
Aku dan Adin langsung menuju kamar. Saat aku tiba di sana, aku melihat Kak Naura yang sedang duduk di kursi meja belajar.
Tidak seperti biasanya Kak Naura berada dalam kamarku. Pasti ada apa-apa nya. Aku sudah curiga akan hal itu, Kak Naura pasti memiliki maksud tertentu.
"Kak Naura ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...