FP ✿✿Hal baru✿✿

361 63 1
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE NYA OK!

AKU TUNGGU!!!! TITIK!!!!!! HARUS VOTE!!!!!!! CAPEK TAU NGETIK NYA MASA GAK MAU CUMA NGASIH VOTE DOANG.

AKU SEDIH NIH, HUHUHUHU.......

✯✯✯✯✯✯

Seperti yang sudah di katakan oleh Adin, ia tidak meminta kedua orang tuanya untuk datang kesekolah. Adin akan menerima hukuman apapun untuk menebus kesalahannya, ia akan bertanggung jawab. Adin tidak akan merengek karena masalah seperti ini.

Saat Adin masuk keruang BK, disana sudah ada kedua orang tua Melodi yang tengah berbincang bersama Bu Sofa. Adin langsung duduk dihadapan mereka sambil menunduk ketika melihat sorot mata Bu Sofa terasa menusuk, begitu tajam. Bu Sofa menghampiri Adin berdiri di sampingnya.

"Mana kedua orang tua kamu?" tanya Bu Sofa menenteng kedua tangan.

"Papa sama Mama terlalu sibuk." Balas Adin tanpa melihat kearah Bu Sofa.

Lagi pula mereka tidak akan datang jika Adin memohon sekalipun. Adin sudah tahu jawaban yang akan mereka beri, lalu untuk apa Adin bertanya? Dan, Adin tidak ingin menambah masalah. Cukup kali ini saja Adin kelewatan batas. Seterusnya Adin akan bersikap baik.

"Kenapa kamu nyerang anak saya?" Tanya laki-laki paru baya itu dengan vokal tinggi.

Adin mengangkat kepala melihat siapa orang yang sudah berbicara_tampak nya dia Ayah dari Melodi.

"Dasar anak gak tau sopan santun!!" Maki istrinya. "Bisa-bisanya kamu nyerang anak saya tanpa alasan!"

"Sekarang cepetan hubungin wali kamu!"

"Dia yang salah." Balas Adin.

"Kamu berani menyalahkan anak saya?!"

"Emang anak Ba_"

"_Maaf, Pak Ridwan atas ketidak nyamanan nya," potong Bu Sofa dengan senyum palsu. Menyenggol badan Adin supaya tidak melawan serta memberi kode untuk segera menghubungi walinya. Bu Sofa hanya ingin masalah ini cepat terselesaikan.

"Adin cepetan kamu hubungin orang tua kamu," bisik Bu Sofa.

Dengan bola mata yang terus melihat kesana kemari. Akhirnya Adin melihat sesuatu yang dapat menyelamatkan dirinya. Ia melihat pin bros perusahaan Il kwang Bandung menempel pada saku jas yang Ridwan kenakan. Sepertinya dia bawahan dari Papa nya. Adin bisa memanfaatkan kesempatan ini. Sebuah keberuntungan yang sangat memihak dirinya. "Makasih Tuhan, sudah menolong Adin." batin Adin bersyukur.

"Jangan buang waktu kami. Cepetan hubungi wali kamu!"

"Om kerja di perusahaan Il kwang Bandung?" tanya Adin seraya menaruh tangannya di dagu.

"Memang nya kenapa? Sebaiknya kamu tidak usah mengganti topik pembicaraan."

Adin tersenyum jenaka . Melihat Melodi dengan tatapan membunuh seraya mengatakan. "Itu perusahaan Papa saya," ucapnya bangga sambil mengamati ekspresi Ridwan yang tampak kaget.

"Jangan coba-coba bohongin saya."

"Buat apa berbohong? Hanya akan memperpanjang masalah, bukan?"

Ridwan terhentak. Mendengar pengakuan dari teman anaknya membuatnya tidak bisa berkutik. Ia tahu pasti bagaimana sifat atasannya. Ridwan tidak mempercayai bahwa anak atasannya ternyata satu sekolah dengan putrinya. Dan kini anaknya terlibat masalah dengan anak atasannya. Mimik wajah nanar berubah menjadi takut, ia takut kalau sampai dikeluarkan dari pekerjaannya. Atasannya tidak pernah main-main ketika hal itu menyangkut keluarganya.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang