Kala itu angin berhembus cukup kencang, langit pun tampak gelap gulita padahal jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Perlahan tetesan air mulai turun—membasahi permukaan bumi. Hujan kian lebat, namun David serta Febi tidak menghiraukan akan hal itu. Mereka memilih untuk hujan-hujanan dari pada meneduh seperti kebanyakan orang yang tidak mau basah kuyup karena mungkin akan membuat mereka demam.
Cewek itu sangat menyukai hujan, menurutnya hujan seperti memiliki alunan musik tersendiri. Sampai kapan pun Febi akan menyukai hujan, seperti hal nya ia menyukai cowok yang kini berada disampingnya—yang sudah basah kuyup oleh tetesan air langit.
"Kenapa lo suka sama hujan?" tanya David ketika tiba di taman dekat perumahannya. Mengusap wajah seraya memperhatikan Febi dengan seksama.
"Karena hujan memiliki alunan musik tersendiri. Hujan mampu mengundang rindu pada kenangan dan seseorang. Hujan juga mambantu menyamarkan air mata ketika menangis. Jadi gue suka dengan hujan seperti halnya gue suka sama lo." Balas Febi dengan senyum simpul.
David menarik bibirnya keatas, melihat Febi yang sudah menggigil kedinginan. "Lo penyuka hujan tapi badan lo sepertinya menolak akan hal itu,"
Febi terkekeh canggung, memang benar tubuhnya tidak kuat ketika berlama-lama terkena air hujan. "Kita pulang aja deh," ajaknya yang di setujui oleh David.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah David sebelum Febi membeku. Setelah tiba di rumah, David segera mandi dan berganti pakaian begitu pun dengan Febi.
Febi memang sering mampir kerumah David ntah itu karena alasan untuk belajar atau lainnya. Febi sangat menyukai David serta adiknya yang masih berumur empat tahun. Ia sering bermain bersama Icha sampai malam hari.
"Icha kemana?" tanya Febi ketika tidak melihat keberadaan adik dari pacarnya.
"Di rumah, Bude." Balas David yang baru saja keluar dari kamar mandi. Berjalan menuju ruang belajar untuk mengerjakan tugas yang belum sempat ia kerjakan di sekolah.
Febi mengikuti kemana perginya David, melihat beberapa rak buku yang sudah menjadi seperti tempat perpustakaan mini. Febi hanya dibuat kagum melihat jejeran buku yang tersusun rapih, melihat-lihat judul buku disana, tidak ada satupun novel? Padahal dirinya sangat menyukai novel tapi sepertinya David sangat bertolak belakang dengannya.
David lebih menyukai buku tentang ilmu pengetahuan, membeli buku yang ada kaitannya dengan dunia sekolah. David tidak pernah membeli buku novel karena hal itu baginya sangat tidak berguna, hanya membuang-buangkan uang saja.
Febi mencoba memilih salah satu judul yang terdapat di rak buku, mengambilnya lalu duduk di kursi dimana David juga sudah duduk terlebih dahulu sambil membaca buku pelajaran. Walaupun Febi tahu hobi pacarnya adalah membaca, tapi apakah David tidak bosan terus menerus membaca buku sekolah?
"Lo nggak pernah baca novel?" Tanya Febi memalingkan wajahnya ke arah David.
David menggeleng. "Gue nggak punya dan nggak mau beli juga."
"Coba deh lo baca novel, pasti suka."
"Lebih baik baca buku pelajaran."
"Oh iya," sadar Febi ketika mengingat didalam tas nya terdapat buku novel yang selalu ia bawa. Febi langung berdiri lalu mengambil tas di ruang tengah dan membawanya untuk David baca. "Nih coba lo baca," suruhnya sambil memberikan buku novel salah satu karya dari Boy candra.
"Ayo lah baca," paksa Febi menampilkan wajah memelas. "Gue nggak mau pacar gue sibuk belajar terus. Sekali-kali lah baca buku yang bisa membuat lo happy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...