Adin berjalan dengan tatapan kosong menuju kelas setelah ia membeli makanan untuknya dan Mika. Sahabatnya tidak bisa ikut istirahat karena ia harus membahas tugas yang akan di presentasikan besok bersama kelompoknya. Alhasil Adin memutuskan untuk pergi kekantin seorang diri. Saat Adin tengah menunggu makanannya siap, ia memainkan handphone nya untuk membunuh waktu yang terasa begitu lama.
Saat Adin tengah asik memainkan media sosialnya, tak sengaja ia melihat postingan Kak Aldi muncul diberanda. Dengan cepat Adin segera memberi tanda hati kepada postingan tersebut dan menggeser kelayar berikutnya yang menunjukkan sebuah pemandangan perkotaan di malam hari dari sebuah gedung tinggi. Adin menggeser lagi layar ponsel nya untuk melihat postingan selanjutnya. Dan di sana_
Terdapat foto yang membuat Adin tak berkutik. Ia terdiam cukup lama dengan layar handphone masih menunjukkan postingan terakhir. Adin benar-benar di buat syok dengan postingan tersebut.
"Neng Adin, makanannya udah siap." Ucap pemilik warung.
"Neng Adin." ucapnya lagi saat dilihat Adin tak menjawab panggilannya.
"Neng Adin."
"Eh i-iya Mba," sahut Adin segera mematikan handphone. "Terimakasih Mba," lanjut nya setelah ia menerima kembalian.
Setibanya dikelas, Adin masih melihat Mika tengah berkumpul bersama kelompoknya. Ia memilih untuk duduk di kursinya, menatap kearah depan dengan tatapan hampa. Harapannya pada Kak Aldi ternyata sia-sia, Kak Aldi tidak memiliki rasa seperti yang di miliki Adin. Lalu untuk apa dia meminta nomor handphonenya dan mengatakan akan mendekatinya?! Apa tujuan dia mengatakan kalimat tersebut?
Pembahasan materi untuk presentasi besok sudah dibahas, ketua kelompok pun memperbolehkan anggotanya untuk pergi. Aku segera menghampiri Adin yang kini diam termenung. Aku tidak tahu kenapa Adin bisa seperti itu. Tanpa menunggu lama lagi, aku segera menanyakan keadaannya.
"Ada apa?" Tanyaku saat aku duduk di sisinya.
"Ada masalah?" tanyaku lagi saat Adin tak menggubris ucapanku. "Kamu kenapa, hm?"
"Aku mau nangis dulu, boleh nggak?" tanya Adin dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
Sontak kedua alisku bertaut, mempertanyaan ucapan yang baru saja terlontar dari bibir Adin. "Kenapa nangis?"
Adin tidak menjawab pertanyaan dari sahabatnya, ia malah mengambil handphone lalu memberikannya pada Mika. Dan tanpa ia sadar air matanya sudah mengalir begitu saja.
Aku mengambil handphone Adin, membukanya dan__
Sekarang aku mengerti kenapa Adin seperti ini.
Postingan terakhir itu menunjukkan foto Kak Aldi bersama seorang perempuan dengan pose cukup vulgar, yang menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin hanya sekedar berteman.
"Mikaaa khis...khis...khis..." tangis Adin pecah. Kini dadanya terasa sesak. Ia begitu kecewa terhadap Kak Aldi. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa keluar dari mulutnya. Ia ingin memaki, ingin marah, ingin mengeluarkan semua umpatan yang sudah ia tahan sejak tadi. Tapi__ tapi saat ini ia bahkan tidak bisa berkata apapun. Semua keluh kesah yang sudah ia siapkan hilang begitu saja.
Aku merangkul Adin. Menepuk-nepuk punggungnya pelan untuk memberikan ketenangan. Disaat seperti ini aku bingung harus melakukan apa? Walaupun sudah terbiasa melihat Adin galau, tapi baru kali ini Adin menangis karena cowok. Biasanya dia selalu marah dan mengomel ketika cowok yang ia suka tidak balik menyukainya, atau bahkan saat Adin mengetahui crush nya dekat dengan cewek lain.
Aku menghela napas panjang, mengusap kepala Adin sambil merapihkan rambutnya yang terurai begitu saja.
"Udah tenang?" tanyaku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...