"Mau masak apa?" tanya David ketika berada di dapur toko kue LIMIRA.
"Hhmm... gimana kalau kue kesukaan Kak David?" tanyaku dengan tatapan meminta persetujuan.
David tersenyum tipis. "Boleh,"
"Mari kita mulai," semangatku seraya mengambil handphone yang berada disaku jaket untuk membuka aplikasi vidio—melihat tutorial membuat Cheesecake.
David menghampiri Mika untuk duduk disebelahnya. Menonton tutorial itu bersama—membuat David tidak bisa fokus. Fokus David teralihkan pada Mika yang terlihat begitu cantik.
Rambut Mika terikat begitu saja, membuat leher jenjang nya terekspos. David makin mendekatkan wajahnya pada wajah cewek itu—mencium aroma parfum Mika yang terasa menenangkan.
Aku nge-pause vidio itu ketika merasakan hembusan napas Kak David. Ntah kenapa degup di jantungku kian meningkat. Aku tidak berani untuk memalingkan wajah karena ketika aku memalingkan wajah kearah Kak David, maka wajahku dan wajah Kak David akan saling berhadapan.
Aku memilih untuk bangun dan hal itu membuat Kak David gelagapan. Aku segera mengambil sebotol air mineral untuk aku minum. Berpura-pura abai walau sebenarnya debar di jantungku sudah meluap-luap.
David jadi salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Mengatur napasnya dan akan bertingkah natural.
"Udah selesai?" tanya David melihat Mika yang masih berdiri dengan sebotol air di tangan. "Nonton tutorialnya," lanjutnya saat menerima tatapan penuh tanya dari cewek itu.
Aku mengangguk ragu. Beralih menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Cheesecake.
David ikut berdiri untuk membantu Mika. Suasananya malah jadi canggung. Dalam hatinya David terus menggerutu. Menyalahkan diri karena sudah bersikap bodoh.
Aku mencoba mengabaikan perasaanku yang masih meronta-ronta. Melihat kembali resep yang tertulis di kolom deskripsi.
"Butter, cream cheese, susu cair, telur, keju cheddar, tepung maizena, tepung terigu, gula pasir, jeruk lemon, dan susu kental manis." ucapku sambil kembali menyamakan bahan-bahan yang sudah aku dan Kak David siapkan.
"Maaf soal tadi," ungkap David dengan suara pelan.
"Eh_nggak papa kok, Kak," balasku diiringi senyuman kikuk.
David tersenyum tipis, mengambil handphone Mika untuk kembali menyalakan vidio tutorial.
"Lo duduk aja, biar gue yang buat ini." David mengambil alih telur yang tengah Mika pisahkan antara kuning dan putihnya.
"Aku bantuin,"
"Nggak usah," kekeuh David. "Lo bilang mau liatin gue sepuasnya." Lanjut David berhasil membuat kedua pipi Mika sontak memerah.
"Ih Kak David," kesalku seraya mengalihkan perhatian—menyembunyikan wajahku yang sudah merona.
David tersenyum lebar, melanjukan kegiatan Mika dengan senang hati. "Tugas lo cuma satu," kata David riang. "Lo hanya perlu duduk dan liatin gue masak,"
Sebisa mungkin aku bersikap normal—menyembunyikan senyumanku dengan cara mengigit bibirku sendiri. Kemudian berjalan menuju kursi yang tadi aku duduki. "Yakin, Kak?"
"Seratus persen," jawabnya penuh keyakinan. Mulai mencampur bahan-bahan untuk membuat adonan pertama.
Aku terus menyembunyikan senyumanku. Rasanya seperti terdapat bunga-bunga bermekaran didalam hatiku. Kata-kata Kak David begitu manis, hingga membuatku tersipu malu.
Dengan semangat David mengelola semua bahan yang sudah disediakan. Walaupun Papa nya jago dalam hal memasak, namun David tidak terlalu mahir. David hanya bisa membuat masakan yang sering ia makan setiap hari. Sebab tidak jarang David melihat Papa nya yang sedang memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Roman d'amour♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...