Pagi ini Jesika bertekad untuk menemui David. Ia akan menceritakan semuanya secara jelas. Setelah mencari kediaman cowok itu, satu hal lagi yang membuatnya tidak habis pikir. Ternyata rumah David berada dalam satu lingkungan yang sama. Jesika hanya bisa menghela napas jengah ketika mengetahui kebenaran ini. Ia benar-benar dibuat mati kutu.
Tetapi terlepas dari itu semua, kini Jesika sudah berada dihadapan rumah David dengan baju seragamnya. Jesika akan meminta David untuk mendengarkan keadaanya dulu. Jesika ingin kembali bersama David, rasa cintanya belum berubah sedikitpun.
Cukup lama Jesika menunggu dan selalu melihat kearah jam yang melingkar indah pada pergelangan tangannya dengan rasa gelisah, degup di jantungnya terus meningkat. Jesika akan berterus terang kali ini, ia tidak akan berbohong lagi.
Setelah memakan sepotong roti panggang yang sudah disiapkan oleh Papa nya, David segera pergi meninggalkan meja makan. Ia harus datang lebih awal karena menjadi petugas upacara. Saat pintu utama terbuka, David melihat Jesika yang tengah tersenyum kearahnya.
Jesika mencoba tersenyum walau sulit dilakukan karena rasa gugup. Sedangkan cowok yang kini berada dihadapannya hanya menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasa.
"Gue ingin bicara sama lo," ucap Jesika ketika David sudah dekat dengan dirinya.
"David, dengerin gue." ucap Jesika lagi ketika David terus berjalan tanpa ada rasa ingin tahu lebih lanjut mengenai pembicaraan yang akan dirinya beri. Jesika mengikuti langkah David dengan cepat sebelum dia masuk kedalam mobil—menahan dengan tubuhnya yang sekarang berada didepan pintu mobil.
"Minggir." Dingin David memberi tatapan tajam.
"Dulu gue pergi karena gue terkena_"
"_nggak usah lo jelasin." Potong David dengan cepat. Pagi ini ia tidak ingin memulai hari dengan kekacauan. David ingin terbebas dari cewek seperti Jesika.
"Gue terkena Leukemia."
"Gue udah tau." balas David yang membuat Jesika terdiam. "Sekarang lo minggir. Gue nggak mau berurusan sama lo lagi." Lanjutnya sambil menyingkirkan tubuh Jesika secara kasar.
"Gue masih cinta sama lo!" ungkap Jesika ketika David membuka pintu mobil.
David langsung melirik Jesika dengan tatapan bengis serta sunggingan di bibir.
"Dulu gue emang salah, dan sekarang gue ingin memperbaiki kesalahan yang telah gue buat." Sedih Jesika berharap ada kesempatan untuk dirinya. "Perasaan gue belum berubah, gue masih sayang sama lo. Gue ingin kita kembali seperti dulu. Apa lo nggak menginginkan hal itu?"
"Mengi-ngin-kan?" tanya David sengit dengan sebelah alis dinaikkan—membuatnya terlihat sangat marah.
"Gue tau, lo masih menyimpan perasaan untuk gue. Gue juga tau lo masih sangat mencintai gue, bukan?"
"Beri gue satu kesempatan lagi untuk bisa buktiin kalau gue nggak sejahat itu. Please."
"Gue akan berusaha menjadi Febi yang lo kenal dulu." Jesika mendekat dan akan meraih tangan David namun dengan cepat David langsung menepis tangannya.
David menatap Jesika dengan tatapan muak, dan berkata dengan nada berat. "Gue nggak mau liat muka lo lagi." David segera masuk kedalam mobil, tidak memperdulikan Jesika yang masih mematung ditempat.
Mobil David melaju dengan kecepatan tinggi. Menyisakan Jesika dengan derai air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. Jesika menangis pilu hingga tubuhnya terjatuh—terus menatap kendaraan David hingga lenyap dari indra penglihatannya.
Jesika hanya ingin kembali, ia hanya ingin David tidak membencinya. Kenapa sangat sulit? Jesika tahu dirinya salah, ia juga sudah meminta maaf berkali-kali, namun kenapa David masih enggan untuk memaafkan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
عاطفية♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...