FP ✿Perjodohan✿

540 148 13
                                    

MAAF APABILA ADA BANYAK PERKATAAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DI UCAPKAN.

MAAF JUGA JIKA BANYAK TYPO DI MANA-MANA ATAU TUTUR KATA KURANG BAGUS.

Aku masih harus banyak belajar. Jadi mohon maklumi dan selalu dukung cerita yang aku buat.

Terimakasih......

◉‿◉HAPPY READING◉‿◉

✧✧✧✧✧✧✧✧

Latihan Karate berjalan dengan lancar, tidak ada kendala yang menghalangi aku untuk bisa menguasai setiap gerakan Karate.

Satu persatu orang yang mengikuti ekskul Karate di uji coba oleh pelatih. Gerakan yang di uji adalah gerakan sewaktu minggu lalu. Adin sudah maju ke depan, dan kini giliranku yang harus menunjukkan kebisaanku kepada yang lain.

Sebenarnya aku gelisah, tubuhku sedikit bergetar. Kini aku sudah berada di tengah-tengah siswi lainnya, satu tarikan napas aku lakukan, mencoba untuk menenangkan diri.

"Mulai,"

Aku mengikuti instruksi yang di berikan oleh pelatih, beberapa kali gerakanku kurang sempurna. Ntah apa yang ada di pikiranku, gerakan minggu lalu seakan-akan hilang begitu saja. Padahal gerakan minggu sekarang aku sangat menguasai nya.

Aku tidak bisa fokus. Pelatih terpaksa menghentikanku. Napasku terengah, terus menunduk karena malu.

"Fokus. Dan harus banyak berlatih." Ucap Sensei.

"Baik, Sensei." balasku yang masih menunduk.

Sensei Handoko memang di kenal tegas, ia tidak mengenal itu cewek atau cowok. Dia selalu menyamaratakan murid-murid yang mengikuti ekskul Karate.

Sensei Handoko berasal dari Jepang, namun sudah tinggal di Bandung sekitar dua puluh tahun lamanya. Dan beliau pun sudah memiliki keluarga, serta kini menetap di Indonesia.

"Kita akhiri pertemuan kali ini. Mulai minggu depan, akan ada uji coba gerakan yang sudah Sensei berikan."

"Baik, Sensei." Jawab kompak dari semuanya.

Sensei Handoko berlalu meninggalkan tempat latihan Karate. Aku langsung menghampiri Adin yang duduk di pinggir lapangan.

"Kenapa? Kok kamu nggak fokus gitu? Lagi mikirin apa? Ada masalah? Bagi-bagi kalau ada masalah sama aku," pertanyaan datang secara bertubi-tubi dari Adin.

"Aku juga nggak tau," balasku menggelengkan kepala.

Adin memberikan tatapan aneh. "Padahal aku yang abis di ghosting, tapi kamu yang nggak fokus," ucap Adin sembari membereskan barang-barang nya.

Aku hanya membalas dengan senyuman simpul, ikut membereskan tas, lalu mengajak Adin pulang.

"Langsung pulang?"

"Idih udah tuaa..." ejek Adin. "Kan tadi pagi bilang pulang nya ke Gramedia dulu."

"Oke," balasku singkat.

Aku serta Adin langsung meninggalkan lapangan basket, berpamitan pada yang lainnya yang masih singgah dilapangan untuk membereskan peralatan.

Saat di parkiran, Adin melihat mobil milik Ibu nya. Dahi Adin menampilkan kerutan tidak percaya. Bukanya rasa senang yang ia terima, namun rasa curiga yang kini menyelimuti pikirannya. Tidak biasanya Adin di jemput, dan sangat jarang sekali Laras mengetahui keberadaan dirinya.

Orang didalam mobil turun, berjalan menuju Adin yang sudah siap menggunakan helm. Aku menepuk pundaknya, memberikan isyarat untuk turun dari motor.

"Adin," ucapnya.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang