FP ✿✿Cerita✿✿

318 63 20
                                    

Seperti yang sudah aku katakan saat Adin dan Jesika bertemu, maka mereka berdua akan menciptakan sebuah kehebohan. Sikap Adin yang friendly dipadukan dengan Jesika yang gampang bergaul, membuat mereka berdua tidak canggung satu sama lain. Bahkan mereka terlihat seperti teman lama yang baru bertemu kembali.

Kini aku bersama Adin dan Jesika tengah mengantri untuk membeli tiket bioskop. Jesika mengajakku untuk menonton film horor terbaru, dengan membuat challenge tidak boleh menutup mata serta berteriak saat hantu tiba-tiba muncul.

Adin yang mengetahui challenge itu langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang. Dia langsung setuju dengan ajakan Jesika dan menentukan jadwal menonton. Adin memilih di hari sabtu, sebab di hari itu jadwal sekolah aku dan Jesika hanya sampai setengah hari.

Pukul lima sore kita bertiga berangkat menuju salah satu mall terbesar di kota Bandung. Kita betiga, tidak. Lebih tepat nya hanya Adin dan Jesika yang tampak sangat excited. Sebenarnya aku sangat takut. Aku paling takut menonton film horor.

"Nanti yang kalah, ada hukumannya." Ucap Adin tiba-tiba saat sudah masuk kedalam bioskop. Ia memilih kursi di bagian E dengan nomor 11,12, dan 13.

"Eh nggak bisa gitu dong," sangkalku tidak terima. Sebab sudah dipastikan kalau aku lah yang akan kalah.

"Nggak seru kalau nggak ada hukumannya," balas Adin menyunggingkan bibir.

"Tapi sudah pasti aku yang kalah,"

"Ya di usahain jangan kalah lah." Sengit Adin melirik Mika sinis.

"Mana bisa."

"Harus bisa!"

"Eng_"

"Atau gini aja." Jesika menengahi. "Siapa yang paling pertama menutup mata atau teriak. Dia yang kalah. Setelah itu, kalian boleh tutup mata sepanjang film berlangsung ataupun keluar dari sini." lanjutnya seraya melihat Adin dan Mika secara bergantian.

"Oke. Siapa takut." Setuju Adin.

"Hukumannya apa?" tanyaku seraya memalingkan wajah kearah Adin dan Jesika.

"Bayarin kita makan." Aju Jesika.

"And beli accessories couple sebagai tanda persahabatan kita," sambung Adin diiringi senyuman manis.

"Oke, setuju," balasku ragu-ragu.

Tidak lama setelah kesepakatan itu dibuat. Semua lampu di ruangan bioskop padam yang menandakan film akan segera dimulai. Aku sudah merasa cemas, aku terus menggigit bibir karena tidak bisa berteriak ataupun menutup mata saat ada suara menakutkan.

Sepuluh menit diawal masih bisa aku tahan. Aku masih bisa mengendalikan rasa takutku. Aku melihat kekanan dan kekiri untuk memastikan Adin serta Jesika tidak curang, namun malahan aku yang bersikap licik karena tidak fokus dengan film yang tengah berlangsung.

"Liatin itu filmnya." Ungkap Adin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Iya," jawabku seraya kembali melihat ke layar bioskop.

Dua puluh menit berlangsung aku sudah mulai ketakutan. Suara jump scare yang terus bermunculan terdengar sangat mengerikan. Aku ingin menutup mata supaya saat sosok yang sangat aku takuti muncul tidak membuatku berteriak. Namun kedua hal itu lah yang dilarang dalam challenge ini.

"AAA!!!" suara teriakan Adin dibarengi dengan sosok hantu muncul, membuatku terhentak kaget sampai ikut berteriak kencang. Aku langsung memalingkan wajahku kearah Adin yang kini tengah meringkuk seraya menghalangi indra penglihatannya menggunakan kedua tangan.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang