FP ✿✿Masih ada rasa suka?✿✿

190 29 0
                                    

"Bang David, kerumah Teh Mika, yuk." Ajak Icha ketika dirinya masuk kedalam kamar Kakak nya, melihat David terus terdiam dengan beberapa buku yang terbuka.

Icha langsung duduk di pangkuan Kakaknya—membuat David tersadar dari lamunan. "Bang David lagi kerjain tugas?" tanya Icha melihat kearah buku yang sudah pasti dirinya tidak mengerti.

"Hm_nggak kok. Bang David cuma lagi.. baca buku aja." Balas David sambil mengelus rambut adiknya. "Kenapa Icha datang kesini?"

"Icha pengen main kerumah Teh Mika," pinta Icha yang langsung membikin David terkejut. Padahal hal itu sudah terbiasa, akan tetapi setelah David mengungkapkan perasaanya kemarin sore. Kata-kata itu membuat David merasa aneh.

Apa lagi Mika tidak memberi jawaban, dia malah memintanya untuk mengetahui penyebab Jesika pergi begitu saja. Padahal David tidak ingin mengungkitnya, ia sudah enggan untuk berhubungan lagi dengan cewek itu.

"Bang David kenapa diem aja? Icha pengen main lagi sama Teh Mika." Pinta Icha lagi.

"Eh, hm_Bang David nggak bisa,"

"Kenapa?" tanya Icha tidak mengerti.

"Ajak Papa aja, ya."

"Icha pengen sama Bang David," rengek Icha memanyunkan bibir dengan kedua bola mata sudah memerah.

"Hari ini Icha nggak ngapa-ngapain di rumah, jadi Icha pengen main bareng Teh Mika sama Bang David."

"Icha sama Papa aja, oke."

"Bang David, nggak sayang Icha," tangis Icha pecah.

"Bang David, jahat."

"Icha, Icha jangan nangis dong," panik David bingung.

Herry yang tengah menyiapkan makan siang, karena kebetulan hari ini ia tidak pergi kekantor—mendengar suara Icha menangis dari lantai atas membuatnya langsung menyelesaikan kegiatannya. Herry segera menuju asal suara Icha yang ternyata dari dalam kamar David.

"Ada apa?" tanya Herry setelah membuka pintu kamar, melihat David sedang berusaha menenangkan Icha.

David melihat Papa nya dengan raut wajah kesal, karena Icha tak kunjung berhenti menangis.

Herry berjalan menghampiri kedua anaknya. Tidak biasanya Icha menangis gara-gara David, yang ada malah David lah yang sering membuat Icha tenang.

"Kenapa? Kok Icha nangis," tanya Herry sambil mengambil alih Icha dari pangkuan David, lalu menghapus jejak air matanya menggunakan ibu jari.

"Bang David, nggak sayang Icha," adu Icha dengan suara serak.

Herry melihat David dengan tatapan bertanya. Balasan David hanya helaan napas pendek, lalu mengalihkan pandangannya menuju buku dimeja belajar. Menyibukkan diri agar tidak mendengar omelan Papa nya ketika marah.

"Kata siapa Bang David nggak sayang Icha?" tanya Herry lagi seraya merapihkan rambut Icha dengan membawanya kebelakang telinga.

"Bang David nggak mau main bareng Teh Mika,"

"Kok bisa gitu?"

Icha menggeleng. "Marahin Bang David, Paa..." Ucap Icha yang langsung membuat David mengerutkan kening.

Herry tersenyum singkat, mengelus-elus rambut Icha lalu berkata. "Sekarang Icha makan, yuk. Biar nanti Papa yang marahin Bang David, supaya mau main lagi bareng Icha dan Teh Mika,"

"Jangan bohong, Pa."

"Iya, Papa nggak bohong."

Icha hanya diam sambil menganggukkan kepala pelan.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang