FP ✿✿Kesepakatan✿✿

479 140 18
                                    

Jangan bosan-bosan menunggu cerita ku update, maaf kalau buat kalian menunggu lama

(: HAPPY READING :)

✧✧✧✧✧✧

Suara berisik dari pengunjung kantin dan para penjual tidak membuat Adin merasa terganggu. Dia hanya diam dengan ekspresi yang tidak dapat aku mengerti. Aku ingin bertanya tapi takut Adin marah. Tapi jika diam saja, maka aku tidak mengetahui masalah yang sedang menimpanya. Aku bingung sendiri. Aku harus bagaimana? Aku harus melakukan apa?

Sejak pagi pun Adin memang terus melamun, waktu pelajaran KDM (konsep dasar manusia) juga dia sampai-sampai di tanyai oleh guru yang mengajar. Untung saja Adin bisa menjawab pertanyaan itu.

Aku ikut diam menatap Adin yang sama sekali tidak menyentuh makanan nya, sedangkan aku? Aku sudah menghabiskan seluruh makananku.

Aku memandangi Adin dengan tangan yang di sandarkan ke dagu. Aku tidak mengerti dengan keadaan Adin. Aku bukan peramal yang mengetahui situasi seseorang tanpa perlu bertanya.

"Ad_"

"Mikaa..." potong Adin.

"Iya kenapa?" balasku semangat, ingin mengetahui alasan dibalik sifat Adin yang lesu seperti itu.

Adin tidak langsung menjawab, melainkan menyandarkan kepalanya pada bahuku. Dia tidak menangis, tapi Adin terus menarik napas dalam sebanyak 3 kali. Memainkan jemarinya dengan tatapan kosong.

Aku mencoba memutar kembali otakku, memikirkan pertanyaan yang akan membuat Adin berbicara.

"Gimana acara makan malam nya?" tanyaku setelah berpikir cukup lama.

"Mika," panggil Adin lesu.

"Iya ada apa?"

"Mika,"

"Iya kenapaa?"

"Mik_"

"Sstt..." potongku saat Adin akan memanggilku lagi. "Kalau kamu nggak mau ngomong apa-apa. Ya udah, lebih baik kamu diam." Lanjutku sembari memberikan senyum simpul.

"Mika aku di jodohin."

"HAH! APA?!" Kagetku langsung menarik tubuhku menjauh hingga Adin hampir tersungkur. Memastikan bahwa dia tidak sedang berbohong.

"Ck, Mika! Aku hampir jatuh, ih!" Kesal Adin mengerutkan dahi.

"Eh... ya maaf-maaf," pintaku sambil menyandarkan kembali kepala Adin ke pundakku.

"Tuh kan kamu aja nggak percaya, apa lagi aku. Rasanya kaya mimpi tau," curhat Adin jengkel.

"Apa aku pindah sekolah aja ya? Biar aku nggak di jodohin," ajunya.

"Ah, tapi aku nggak mau pindah sekolah. Aku pengen di sini terus, aku pengen bareng sama kamu,"

"Ih, tapi.. aku nggak mau di jodohin..." rengek Adin seperti anak kecil.

Aku diam untuk beberapa saat, mencerna semua perkataan Adin dengan cermat. Lalu berkata, "Ada penyebab nya kenapa kamu bisa di jodohin?"

"Syarat aku dibolehin masuk sekolah kesehatan." Jawabnya seraya melipat kedua tangannya diatas dada.

Aku mengangguk pelan. Berusaha mencari solusi untuk meringgankan beban yang tengah Adin pikul. "Kamu udah tau orang nya?" tanyaku yang diangguki oleh Adin.

"Gimana kesan pertama kamu saat melihat dia?"

"Dia.. dia baik," balas Adin yang kini mulai meminum jusnya. "Dia orang nya nggak ngebosenin, dan dia_dia jago Karate." Jelasnya sambil memainkan sedotan.

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang