Seperti yang sudah di janjikan Adin, aku akan mengunjungi Kak Naura. Rasanya sudah lama sekali Kak Naura pindah rumah, padahal baru dua bulan. Setelah latihan Karate disekolah, aku memutuskan untuk langsung pergi mendatangi Kak Naura tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Biar jadi surprise gitu.
Aku tiba disana tepat pukul empat sore, ternyata rumah Kak Rangga besar sekali. Aku baru tahu kalau ternyata Kak Naura tinggal disini.
"Wah! Gila! Rumah Kak Rangga melebihi besarnya rumah aku," sanjung Adin dengan tatapan tidak percaya.
Adin kagum bukan karena ia baru melihat rumah semegah ini, melainkan ia memikirkan bagaimana Kak Naura membersihkan seisi rumahnya. Jika ada pembantu pun harus ada berapa banyak pembantu yang akan membersihkan rumah dan butuh berapa lama. Keren! Adin tidak bisa berkata apapun. Rumah Adin yang tidak terlalu besar pun membutuhkan tiga asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah setiap harinya.
"Aku jadi pengen tinggal disini aja."
"Ayok masuk," ajakku membuka gerbang depan.
Ketika gerbang terbuka, terlihat halaman begitu luas. Banyak bunga-bunga serta pepohonan yang menghiasi setiap sudut. Aku tidak percaya bahwa ini rumah Kak Rangga, sebab aku belum pernah berkunjung. Kali ini pun menjadi hari pertama aku datang menemui Kak Naura.
"Mika aku nginep aja deh disini. Enak banget rumahnya, aku bakal betah kalau tinggal disini. Dijamin nggak bakal keluar sama sekali."
Sebelum aku membalas ucapan Adin pintu utama terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya dengan pakaian seragam.
"Cari siapa?" tanyanya.
"Kak Naura," balasku. "Saya Adiknya," jelasku ketika wanita itu memberi tatapan bertanya.
Dia mengangguk mengerti. Membuka pintu lebih besar lalu mempersilahkan untuk masuk. "Nyonya Naura tidak ada rumah, dia lagi di restoran bersama Tuan Rangga."
"Kalian mau nunggu disini?"
"Iya," balas Adin semangat. Selama apapun Kak Naura pergi, Adin akan menunggunya. Karena hal itu akan membuat Adin berada disini lebih lama.
"Baiklah. Kalian mau minum atau makanan untuk cemilan selagi menunggu?" tawarnya.
"Tidak usah," aku menggeleng.
"Ya sudah kalau begitu saya tinggal dulu. Nanti kalau kalian menginginkan sesuatu bisa kasih tahu saya."
"Oke,"
Wanita itu pergi meninggalkan ku bersama Adin di ruang tamu. Aku menyapu kesekeliling ruangan, melihat-lihat foto yang terpajang di dinding dengan polesan cat berwarna gold. Rumah ini terlihat begitu mewah, dekorasi serta interior rumahnya sangat teliti nan apik.
Adin mengedar ruangan sambil melihat foto keluarga Kak Rangga ketika acara pernikahan. Disana Adin melihat Kak Aldi yang berdiri di tengah-tengah. Sekilas Adin melukis senyum melihat foto Kak Aldi. Sungguh dia terlihat sangat tampan di foto itu. Adin benar-benar dibuat hilang akal hanya karena melihat wajahnya saja.
"Kamu sama Kak Kenza gimana?" tanyaku penasaran.
"Hm_baik-baik aja," balas Adin beralih dari foto tersebut. Kembali duduk di sofa yang terasa begitu empuk, rasanya Adin ingin tidur saja disini.
"Aku masih bingung,"
"Bingung harus memilih antara Kak Kenza atau Kak Aldi?" Adin mengangguk pelan, menyandarkan tubuhnya kemudian memejamkan mata.
"Kalau ka_"
"Aku pilih Kenza aja deh," potong Adin. Masih menutup mata. "Ih tapi aku masih ragu. Aku masih belum bisa menentukan pilihan." Lanjut Adin sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...