SEMANGAT TERUS UNTUK MENUNGGU CERITA INI UPDATE ◉‿◉
AKU HARAP KALIAN TIDAK AKAN BOSAN MENUNGGU CERITA INI:)
≧▽≦ HAPPY READING ≧▽≦
✧✧✧☆✧✧✧✧✧✧
Ketika hari berganti malam, Adin dengan Mika sudah berada di cafe yang di jadikan tempat mereka bertemu Kenza. Tidak butuh waktu lama saat mereka berdua tiba disana, Kenza pun datang dari balik pintu dengan gambar secangkir gelas yang terisi coffe penuh.
Adin tersenyum sambil melambaikan tangan kearah Kenza. Cowok itu balik tersenyum lalu menghampirinya kemudian duduk di kursi yang berada di depan Adin.
"Kenalin ini Mika, sahabat gue," kenal Adin pada Kenza yang tampak bingung melihat Mika.
"Mika,"
"Kenza,"
Mereka berdua saling berjabat tangan, tersenyum sekilas lalu kembali menarik tangan masing-masing. Suasana cukup canggung, Adin ingin membicarakan masalah yang sudah di sepakati bersama Papa nya, namun rasanya sulit.
"Ada perlu apa?" tanya Kenza mencairkan suasana.
"Hm...itu_anu_"
"Lo mau ngomongin masalah perjodohan?" tanya Kenza yang membuat Adin langsung mengalihkan pandangan.
Sepeka itu kah Kenza dengan maksud yang Adin tuju? Apa jangan-jangan dia bisa membaca pikiran orang? Ah tapi tidak mungkin, hal seperti itu tidak ada dikehidupan nyata.
"Nggak usah pikirin masalah itu, gue juga nggak nganggep perjodohan ini serius." Jelas Kenza. "Jika akhirnya kita nggak cocok kita bisa batalin itu semua,"
"Keputusan berada di tangan kita sendiri. Jangan pernah mau ketika hidup kita terus diatur-atur. Kita juga punya keinginan, mimpi dan cita-cita yang perlu kita gapai."
"Jangan biarkan orang terlalu mencampuri kehidupan kita, karena hidup kita yang akan menjalani kita sendiri, bukan orang lain."
"Gue harap lo nggak merasa terbebani dengan perjodohan ini," pinta Kenza dengan tulus.
Adin diam seribu bahasa, Kenza sangat mengerti dengan keadaannya. Adin menjadi terharu, baru kali ini ia menemukan cowok sepeka Kenza.
"Lo bisa baca pikiran orang?" tanya Adin penasaran.
"Gue?" tanya Kenza balik seraya menunjuk diri tepat di hidung menggunakan jari telunjuk. Adin mengangguk, memang Adin ingin mengetahui jawaban itu.
"Iya, gue bisa,"
"Seriusan Kak?" sahut Mika yang tidak percaya, begitupun dengan Adin. Adin sangat terkejut.
Kenza terkekeh melihat kedua cewek itu memasang wajah keheranan serta tidak percaya dengan pernyataan yang ia berikan. Dirinya hanya berbohong, mana mungkin ia memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang.
"Wah, lo bikin gue takut aja," ucap Adin melihat Kenza penuh ketakutan serta masih ada rasa tidak percaya disana.
"Gue bohong," jawab cowok itu dengan sedikit senyuman mengembang. "Ya kali gue bisa baca pikiran orang, mana bisa."
Adin berdecak kesal. Ekspresi wajahnya berubah—yang awalnya penuh dengan rasa penasaran dan ketakutan, kini berubah menjadi ekspresi wajah kecewa karena sudah di bohongin, dan bodohnya mereka berdua percaya-percaya saja.
Kenza masih terkekeh puas karena sudah menjahili kedua cewek di hadapannya, rasanya seru juga.
"Gue beneran nggak bisa baca pikiran orang," kata Kenza untuk meyakinkan Adin. "Lo jangan marah gitu dong,"
"Gue minta maaf,"
"Nggak lucu tau!" Sinis Adin melipat kedua tangannya didepan dada.
Kenza tersenyum, lalu berkata. "Lo sama sahabat lo udah pesen makanan belum?" tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.
"Belum." Balas Adin cepat.
"Ya udah kita pesen sekarang," ucap Kenza sambil memanggil pelayan—masih dengan senyuman yang membuat Adin kesal.
✯✯✯
✧✧✧✧✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...