FP ✿✿Tidak terima✿✿

166 26 0
                                    

David masih belum bisa menerima kenyataan ini, ia tidak bisa berpikir bagaimana cara menjelaskan semuanya. Ini semua terlalu rumit. David bingung harus dari mana ia menjelaskan masalah ini pada Mika yang kini sudah berada di sampingnya dengan mimik wajah datar.

David tidak pernah membayangkan kejadian seperti itu terjadi. Kenapa hal ini menimpa dirinya? David hanya meremas kedua tangannya kuat-kuat dengan bibir yang ia gigit sambil sesekali memejamkan mata.

Aku yang mengetahui segalanya pun masih belum bisa menerima semuanya. Aku ingin marah, aku ingin menangis, aku ingin menanyakan seribu satu pertanyaan yang muncul dalam otakku. Namun aku tidak bisa. Suaraku seakan menghilang. Aku hanya bisa berteriak dalam diam, menahan air mata yang akan meluncur bebas, serta rasa sakit yang menyayat.

Aku tidak habis pikir ternyata orang yang selama ini Jesika cari adalah Kak David, dan orang yang selama ini Kak David hindari adalah Jesika. Aku tidak menyangka ternyata orang yang Kak David maksud adalah orang yang sama. Aku baru tahu ternyata nama lengkap Jesika adalah Febiana Velentina Jesika. Jika aku tahu ternyata aku terjebak dalam lingkungan yang sangat rumit seperti ini, aku memilih untuk tidak terlibat. Aku tidak akan menyukai Kak David, dan memilih untuk tidak mengenal Jesika.

Hembusan napas kasar keluar dari dalam mulutku, aku tidak bisa berkata-kata lagi. Semuanya sudah sangat jelas saat didalam restoran.

"David!"

"Febi!" kaget David ketika melihat mantan pacarnya tengah bersama cewek yang kini ia suka. Raut wajah datar serta dingin David langsung berubah. Ia memasang mimik wajah penuh kebencian. "Ngapain lo ada disini?" tanya David pelan namun tersirat kemarahan mendalam.

Mika bersama Adin masih belum mengerti dengan situasi yang mereka hadapi, semuanya tampak samar. Adin tidak dapat menyimpulkan inti dari permasalahan ini secepat seperti biasanya.

Air mata Jesika sudah mengalir begitu saja walau ia tahan sekuat tenaga. Jesika rasa seperti ada benda yang sangat berat menimpa tubuhnya, ia tidak kuat, begitu menyakitkan. Kejadian seperti ini tidak pernah terbesit sedikitpun dalam pikirannya. Jesika sudah senang bisa bertemu David walau sifatnya berbeda, ia juga senang karena memiliki dua sahabat baru yang membuatnya makin betah untuk tinggal di kota ini.

"Lo_Lo Kakak kelas dari mereka berdua?" tanya Jesika melihat Mika dan Adin dengan sorot mata bengis. "Kenapa lo nggak ngomong. Kenapa lo diem aja seperti orang yang nggak tau apa-apa."

"Apa masalahnya?"

"Masalah-nya?" Jesika menaikkan suara sinis. "Masalahnya mereka adalah sahabat gue, dan gue nggak tau ternyata Kakak kelas yang selama ini Mika ceritain ternyata lo!"

"Lo Kakak kelas yang selama ini dia kagumi dan Kakak kelas yang dia suka!"

"Dan ternyata cowok itu adalah lo, David!"

"Cowok yang masih gue suka sejak dulu. Cowok yang menjadi alasan gue pindah. Dan cowok yang sudah membuat gue seperti orang gila karena memikirkan bagaimana cara menjelaskan keadaan dulu!" Adin menghapus air matanya gusar. Merasa paling bodoh karena tidak mengetahui apa-apa. Hatinya hancur berkeping-keping, remuk sudah perasaan nya yang selama ini ia jaga.

"Tidak ada yang perlu lo jelasin lagi."

"Ya, memang benar. Tidak ada yang harus lo tau lagi kenapa dulu gue pergi secara tiba-tiba. Lo juga ngga pernah mau dengerin penjelasan dari gue."

Farmasi & Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang