Hari pertama masuk kedalam kelas masih cukup bebas. Para guru hanya masuk memperkenalkan diri, lalu pergi. Namun ada sebagian guru juga yang langsung memberikan materi.
Aku bersama Adin untungnya berada didalam kelas yang sama. Aku tidak bisa membayangkan jika aku berpisah dengan Adin. Aku tidak mau harus repot-repot mencari teman dekat lagi untuk di ajak berbicara. Aku bukan orang yang mudah bergaul, jadi harus membutuhkan waktu yang lama untuk akrab satu sama lain.
Ketika jam istirahat berlangsung, aku bersama Adin langsung pergi ke kantin. Sekalian untuk melihat-lihat sekolah ini. Sekolah nya cukup besar, ada dua lab khusus Farmasi dan Perawat. Satu perpustakaan, satu lapangan utama dan lapangan untuk bermain Basket dan Voli.
Aku sekolah di sekolah menengah kejuruan. Di dalam sekolahku hanya ada dua jurusan, yaitu Farmasi dan perawat. Di sekolah ku juga banyak ekstrakulikuler, di antaranya Pramuka, Paskibra, PMR, Basket, Voli, Karate, Tari, dan Paduan suara.
Aku lumayan suka dengan sekolah nya, terlihat guru-gurunya ramah, dan baik. Teman sekelas nya pun sepertinya sopan-sopan, apa mungkin aku yang belum tahu sifat aslinya saja.
Aku dan Adin berhenti tepat didepan kantin. Adin sepertinya sudah kelaparan, dia bilang sejak pagi dirinya belum sarapan. Wajar saja kedua orang tuanya nya sangat sibuk mengurusi pekerjaan.
"Kamu pesen apa?"
"Hmm... samain aja deh sama kamu,"
"Ok, tunggu disini aku mau pesen."
Disaat Adin memesan makanan, tidak sengaja ekor mataku menangkap seseorang yang tengah duduk sendiri di sudut kantin. Secara reflek kepalaku menoleh untuk memastikan, lebih tepatnya karena rasa penasaranku yang terlalu tinggi. Saat tatapanku fokus kearahnya, pikiranku pun ikut berputar memikirkan alasan dia duduk disana sendirian.
Apakah dia murid baru seperti diriku? Atau dia Kakak kelas yang memang hobinya menyendiri? Atau...dia tidak ada teman karena di bully?
"Ah, masa di sekolah ini ada bullying. Nggak mungkin deh," ucapku dengan lirih sambil menggelengkan kepala dengan perlahan.
"Mika bantuin." Ucap Adin memberi kode untuk mengambil bakso nya serta jus jeruk yang telah ia pesan.
Aku segera mengalihkan pandangan dan membantunya sambil mengucapkan, "makasih,"
Adin membalasnya dengan senyuman.
"Din, tau nggak cowok yang duduk di sana," Tunjukku menggunakan dagu.
Adin melihat ke arah yang sudah Mika tunjukkan. Ia sedikit memicingkan mata, mengamati beberapa saat sebelum ia kembali menghadap Mika.
"Aku nggak tau, kayanya dia Kakak kelas," tebak Adin ngasal.
"Sepertinya dia jurusan Farmasi," dilihat dari pakaian yang dia pakai, menunjukkan bahwa dia bukan anak jurusan keperawatan.
"Mungkin," balas Adin seraya meminum jus jeruk nya hingga setengah. "Kenapa tuh nanyaaa?" sambungnya dengan mimik mengejek.
"Enggak..." balasku cepat.
"Enggak apaanya?" tanya Adin makin membuat Mika salah tingkah.
"Nggak aja."
"Hmm... mencurigakan." Lirik Adin nakal.
✯✯✯
Dengan cepat cowok itu menutup buku yang telah ia baca selama tiga puluh menit terakhir.
David. Itulah namanya, cowo dengan alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis yang merah merona, serta badan yang tinggi, putih, berotot dengan hobi membaca. Kini ia menegakkan tubuhnya untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, menghela napas pelan seraya mengedar pandangannya keseluruh penjuru kantin. Sesaat pandangannya terhenti pada satu cewek yang membuatnya penasaran. Namun ia segera bangkit untuk kembali ke dalam kelas. Dirinya harus menyetorkan hafalan yang sudah di tunggu-tunggu oleh Bu Ijah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farmasi & Perawat
Romance♡ Farmasi & Perawat ♡ Cerita ini hanya tentang keluargaku, sahabatku, dah dia... Dia yang membuatku harus memilih menjadi peran antagonis atau protagonis. ♡ Farmasi & Perawat ♡ Banyak kata-kata toxic (Jangan ditiru, hehehe) Ambil sisi baik nyak aja...