Ten : Third clue

58 9 0
                                    

Memang, sejak awal, hubungan antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram itu tidak baik. Hanya saja, Ryanya membutuhkannya saat ini. Menjadikan mereka sebagai keluh kesah dan saran 'tuk berbagai hal. Seperti tentang menuntut balas yang ia ceritakan kemarin kepada Artsya. Karena hatinya yang terasa berat. Merasa bimbang sekaligus bingung.

Dan berkat Artsya, ia pun kembali memiliki keberanian dan berdiri tepat di depan rumahnya yang sudah lama tidak ia datangi sejak seminggu lalu. Setelah munculnya peringatan lewat kertas yang tertempel di duri mawar.

Ryanya terus memandangi kotak di hadapannya. Ada ukiran tercetak jelas di atas kotak. Bertuliskan, 'Gembok akan terbuka jika kamu bisa memberikan hal paling berharga untuknya.'

Tapi, hal apa yang paling berharga untuknya?

Dengan hati yang memanas, Ryanya berusaha menarik napasnya perlahan. Membuka selembaran petunjuk itu dan menemukan sebuah denah ruangan yang ada di rumahnya. Ada tanda titik di sebuah tempat. Dan ia tak tahu pasti di mana tempat itu dan tak ada arah mata angin di sana. Hanya ada garis membentuk sebuah ruangan dengan sebuah titik di salah satu ruangan. Ryanya menarik napas dalam-dalam.

Memasukkan kunci rumah ke dalam lubang pintu dan memutarnya. Mendorong perlahan pintu rumah. Oke, sekarang, ia hanya perlu mencari tempat dari petunjuk di kertas itu. Hanya ada satu kotak bertitik hitam di sana. Dan itu artinya, petunjuknya ada di sana. Tapi, di mana?

Ryanya terus memutar-mutar kertas di tangannya. Menimbang-nimbang dan berusaha berpikir keras. Mengingat banyaknya ruangan yang ada di rumahnya dan luasnya isi rumah. Membuat segala kemungkinan menjadi mungkin jika hanya memirkannya saja. Tak mau buang-buang waktu, Ryanya memilih untuk mencarinya di setiap sudut rumah. Layaknya ruangan bertitik yang berada di pojok denah.

Ryanya pun memulainya dari ruang kerja sang ayah yang berada di pojok kanan rumah paling belakang. Dekat dengan kebun rumah mereka yang ditumbuhi beragam tanaman. Mulai dari pepohonan, bunga-bunga, hingga tumbuhan menjalar. Tampak asri dan ... seram. Karena sudah lama tidak ditempati. Bahkan, semuanya terlihat berdebu dan bersarang laba-laba. Ryanya pun memberanikan dirinya. Masuk perlahan-lahan ke dalam ruang kerja Tyo. Membuka setiap berkas dan juga buku-buku koleksinya yang berada di rak buku.

Setelah menyusuri setiap ruangan, Ryanya tak menemukan petunjuk apapun. Hanya ada debu dan sarang laba-laba. Bahkan, ada beberapa tembok yang terlihat berlubang dan juga suara cicitan dari hewan pengerat seperti tikus, yang sedari tadi hilir mudik melewati Ryanya. Membuat Ryanya menutup mulutnya erat-erat. Tak ingin memekik ataupun berteriak. Atau ia akan dalam bahaya.

Buru-buru, Ryanya keluar dari Ruang Kerja Tyo menuju sudut rumah lainnya. Sudut rumah yang selama ini tak ingin Ryanya kunjungi karena keangkeran ruangan tersebut dan juga tidak terawatnya ruangan itu. Sembari mengucapkan asma Allah, Ryanya mencari kunci ruangan tersebut. Berusaha mengendalikan tangannya agar tidak bergemetar tatkala memasukkan kunci ke dalam lubang pintu.

Cklek

Pintu terbuka lebar. Tatkala Ryanya berhasil membuka kunci ruangan yang dipenuhi dengan barang-barang rongsok sekaligus bekas. Alias tidak terpakai. Ya, apalagi kalau bukan gudang.

Bisa Ryanya lihat, banyak jaring laba-laba yang menutupi setiap rak gudang. Dan juga debu yang amat tebal tampak menghiasi ruangan itu. Ryanya pun memberanikan dirinya. Masuk ke dalam dan ....

Brak

Entah angin dari mana, pintu gudang teetutup sendiri. Ryanya yang sudah menggigil pun langsung menggeledah gudang hingga menemukan sebuah pintu kecil di balik susunan kardus. Pintu berlapiskan emas dengan sebuah simbol yang tampak tak asing di pikiran Ryanya. Ryanya pun menyalakan senter ponsel. Berusaha memastikan sesuatu.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang