Thirty Three : Thesis and Trial

31 2 0
                                    

Dua bulan kemudian ....

Mereka terus saja disibukkan dengan berbagai buku yang kini memenuhi meja ruang keluarga serta kamar mereka. Dan laman-laman yang harus mereka buka tutup dikarenakan mereka sedang dihadapakan dengan ujian skripsi dan sidang yang tujuh hari lagi akan dilaksanakan. Mau tidak mau, mereka segera mengebutnya dan mengerjakkan secepat mungkin. Dengan judul yang terus mendapatkan revisi guru pembimbing. Hingga, kepala pusing karena harus terus mencari topik sekaligus men-translate bahasa dari Indonesia ke Inggris. Mengingat mereka disuruh untuk mengerjakkannya dengan bahasa internasional tersebut.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Memperlihatkan seorang lelaki tengah duduk di atas ranjang dengan laptop di pangkuannya dan beberapa tumpukan buku di sekitarnya. Bahkan, di hidungnya sudah bertengger sebuah kacamata yang ia yakini bukanlah kacamata minus. Apalagi, selama ini, ia tidak melihat adanya gejala-gejala gangguan itu.

Ia pun memantapkan langkah menghampiri suaminya dan duduk tepat di depannya. Mengambil buku yang ada di sekitar suaminya, dan menumpuknya di atas nakas. Menutup laptop miliknya dan mengambil kacamata dari hidung mancungnya itu.

"Kamu mau sampe kapan lihatin laptop begini, hah? Kan sidang kita masih pekan depan. Dan besok kan kamu hanya bimbingan sama pembina aja tentang perkembangan tesis kita. Kenapa harus sepanik ini sih?"

"Iya, aku tahu. Tapi, rasanya aku gugup. Takutnya tesis yang aku buat gak sesuai dan salah tulis, An," ucapnya sembari menyederkan kepalanya di bahu sang istri.

Ryanya—istri dari lelaki itu—pun tersenyum. Mengelus lembut dan sayang surai pirang Artsya yang tampak memanjang itu. Mengingat suaminya kini jarang merawat diri sejak ia menghadapi yang namanya tesis dan sidang, yang akan mereka lakukan minggu depan. Sebagai bekal dan nilai mereka untuk wisuda di bulan berikutnya.

Tentu, Ryanya dan Artsya tidak sendiri. Masih ada Gybran sepupu mereka yang turut merasakannya. Bedanya, Ryanya memiliki Artsya yang menjadi temannya ketika melakukan tugas tersebut. Dan Artsya yang juga memiliki Ryanya. Sementara, Gybran hanya sendirian di mansionnya. Karena kini, Ryanya tak lagi tinggal di sana. Alhasil, ia harus menyelesaikannya sendiri.

"Sejak kapan suamiku yang pemberani ini menjadi penakut dan gugup? Bukannya dia udah sering ngadepin masalah. Bahkan, lebih menyeramkan dari ini." Kedua tangan putih nan lentik Ryanya mendarat di kedua pipi Artsya. Menangkupnya dan mengelusnya penuh sayang. Artsya memejamkan mata. Merasakan rasa hangat yang menjalar di pipinya.

"Entahlah, mungkin, topeng itu memiliki pengaruh besar. Sampai aku tidak takut dengan bahaya seperti itu."

"Benarkah?" Tanpa menggerakkan lisannya, Artsya menganggukkan kepalanya.

"Hum ... kalo gitu, besok aku nikahin topengmu aja kalik, ya. Kan dia yang pemberani." Artsya menarik kepalanya. Menatap Ryanya terkejut.

"Emang, kamu mau nikahin benda mati?" Ryanya mengedikkan bahunya.

"Terpaksa, soalnya kan aku bersumpah di depan penghulu, kalau aku bakal nikahin orang yang pemberani. Nah, karena kamu gak pemberani dan topengmu doang yang pemberani. Jadi—"

"Jangan coba-coba! Pokoknya aku gak mau kamu talak, ya!" Artsya bersedekap. Mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan bibir mengerucut. Ryanya terkekeh. Memeluk suaminya erat.

"Iya-iya, aku gak coba-coba kok. Lagian, mana ada sih cewek yang mau nikah sama topeng. Di saat cowoknya aja udah seganteng dan sepinter gini," pujinya sembari mengusap-usap surai pirang Artsya. Artsya melebarkan senyumnya. Mendusel-duselkan kepalanya di dalam rengkuhan Ryanya.

"Besok kamu ke sekolah jam berapa?" tanya Artsya mengalihkan topik random tersebut.

"Um ... aku rencana gak ke sekolah sih. Bimbinganku daring. Soalnya, guru pembimbing yang bantu aku tuh lagi hamil gede. Mau gak mau, dia harus di rumah. Yah, walaupun begitu, kita sering konsultasi kok. Jadi, aku ngerjainnya tetep lancar deh," ucap Ryanya bersemangat di akhir kalimatnya. Artsya tersenyum dan mengangguk.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang