Epilogue

88 2 0
                                    

Sulit rasanya seorang anak kecil berumur delapan tahun menerima kenyataan kalau sosok super heronya selama ini, sekaligus panutan hidupnya sudah terkubur di dalam tanah bersama kenangan mereka selama delapan tahun ini. Tidak hanya anaknya saja yang turut berduka. Namun, istri dan kerabatnya pun turut merasakan hal yang sama. Entah sudah berapa lama Ryanya mengurung dirinya di kamar selama kepergian Artsya—layaknya Anatasya kemarin. Ketika kenangan masa indah mereka berkelebat di pikirannya. Yang sukses membuat air matanya terus menetes sampai sekarang. Sulit memang.

Tapi, bagaimanapun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Toh, dia bukan Allah yang bisa menghidupkan kembali manusia. Jadi, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mengikhlaskan dan mendoakan agar amal ibadah suaminya diterima oleh Allah dan di tempatkan di samping-Nya. Yaitu, surga. Bersama dengan sesepuh, orang tua mereka, dan opanya—Samuel—yang sudah setahun lamanya meninggal. Meninggalkan istrinya, Silvia. Anak serta menantunya Yuan, Joseph, dan Jamesh. Cucu-cucunya yang kini kembali tersisa dua. Yakni, Ryanya dan Gybran. Serta cicit-cicitnya Anatasya, Fyneen, dan Abhi.

Abhi, itulah nama yang diberikan Artsya kepada anak ketiganya sebelum ia menjalankan misi. Yang ia titipkan pada Gybran tepat sebelum kematiannya. Sungguh, ironis. Di saat detik-detik kematiannya, ia tidak bisa dekat dengan keluarganya dan melihat putranya yang lahir pada saat kematiannya. Gybran, sosok yang turut merasakan betapa menyedihkan dan terpukulnya keluarga kecil itu pun turut meneteskan air matanya. Dengan tubuh yang hanya bisa pasrah terduduk di atas kursi roda. Di saat dirinya harus beristirahat di rumah sakit karena kondisinya yang masih lemah, Gybran justru memaksakan dirinya untuk terbang kembali ke Indonesia demi menghadiri pemakaman kakak sepupu iparnya untuk terakhir kalinya.

"Artsya, maafin gue atas apa yang gue perbuat ke elo. Gue mengaku salah. Dan gue harap, lo bisa tenang dan bahagia di sana. Tunggu gue, gue pasti bakal nyusul lo dan nemenin lo di sana," ucap Gybran sebelum menyuruh mamanya untuk memutar kursi rodanya dan membawanya pergi dari sana. Yuan yang melihat itu pun turut mengucapkan salam perpisahannya.

"Nak, terima kasih sudah hadir di dalam hidup kami. Kamu, memanglah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada keluarga kami. Dan terima kasih untuk kebaikan dan kerja kerasnya. Aunty yakin, surga adalah balasan yang tepat untukmu. Aunty sangat sayang padamu. Dan Aunty ... pamit." Yuan menghapus air matanya. Ketika ia kembali teringat wajah rupawan menantunya.

"Tenang di sana, Artsya. Maafkan semua kesalahan Uncle selama ini. Dan maaf, karena waktu itu tidak sempat menolongmu di misimu yang terakhir. Uncle pasti akan merindukanmu. Walau, Uncle kadang dingin kepadamu. Tapi, Uncle sangat sayang padamu. Seperti kasih sayang Uncle kepada Gybran dan Ryanya. Uncle, pamit. Terima kasih untuk segalanya." Joseph, Yuan, dan Gybran pun beranjak pergi dari tempat pemakaman umum. Meninggalkan Ryanya yang masih duduk di samping pusara suaminya dengan Anatasya yang berada di seberangnya.

"Selamat tinggal belahan jiwaku, aku akan terus mengingatmu dan menjaga anak-anak kita. Semoga kita bisa kembali bertemu di surga-Nya. Dan aku berharap, kita bisa kembali bersua di sana nanti," bisik Ryanya sembari mengelus-elus batu nisan suaminya.

"Anya, ayo kita pulang. Sebentar lagi hujan," ajak Jamesh yang sejak tadi berdiri menemani Ryanya dan cucunya, Anatasya. Ryanya mendongak dan mengangguk. Dan ketika Ryanya hendak mengajak putranya pergi, Anatasya justru sudah berlalu dari sana. Dengan air mata yang menetes.

Ryanya hanya menatap Anatasya sendu. Sebelum berlalu dari sana dengan pamannya. Dan benar saja! Setelah kepergiannya setengah jam lalu, hujan turun dengan sangat derasnya. Tepat setahun kemudian, di tanggal dan cuaca yang sama, seorang gadis berambut pirang datang sembari membawa sebuket bunga mawar putih. Dengan memakai pakaian hitam khas orang yang sedang melayat. Berdiri tepat di samping pusara bernamakan Ahmed Fazari Artsya bin Enald Bright. Menatap pusara tersebut dengan sorot tak terbaca dan tangan kanan yang terkepal.

"Tenang saja, Kak. Aku pasti akan membalaskan dendam kita. Lihat saja nanti!"

♤♤♤

SELAMAT TINGGAL, ARTSYA! KENANGANMU AKAN SELALU TERKENANG. DAN KAMI TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKAN SOSOK PEMBERANIMU SERTA BIJAKSANAMU. SEMOGA KAMU TENANG DI SANA DAN KAMI AKAN TERUS MENDOAKANMU. LOVE YOU, AHMED FAZARI ARTSYA🤧

SO, YANG MAU SEQUEL SWI AGENCY. ALIAS SWI AGENCY 2 UPDATE BULAN SEPTEMBER INI, KOMEN YUK!

Kalo yang minat banyak, sekarang juga aku publish. Kalo emang gak ada komen atau yang berminat, aku bakal publishnya kapan-kapan. Entah bulan apa. Jadi, tunggu saja😉

See you in next story👋🏻

Dan jangan lupa untuk follow, vote dan komennya, ya! Terima kasih!

Oh, ya, mampir di ceritaku lainnya juga😚 yang dijamin gak bakal bikin nyesel. Sembari menunggu SWI AGENCY 2 rilis💕

22 September 2021

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang