Sixteen : Love story

58 5 0
                                    

Ryanya menghela napasnya. Menutup pintu mobil Gybran pelan dan melangkah memasuki sekolah. Gybran yang melihat reaksi sang sepupu pun hanya bisa mendesah dan menyusulnya masuk.

"Gue gak percaya kalo canggah gue bisa mirip banget kayak elo. Dan lagi, katanya, lo punya takdir yang akan serumit beliau. Kira-kira, lo bakal dapat takdir kayak apa, ya?" tanya Gybran penasaran. Ryanya mengedikkan bahu frustasi.

"Gue gak tahu, gue terlalu lelah buat mikirin ini semua. Terlebih lagi, kenapa harus gue yang mirip beliau? Dan kenapa nggak lo? Oh, ya, lo juga gak tahu kan apa yang gue hadapi selama ini? Rasanya, gue itu kayak dipermainkan! Disuruh ke sana kemari kalo ujung-ujungnya juga ke tempat itu. Lah, lo? Lo mah enak. Tinggal dibekap, trus dibawa. Nyebelin tahu gak?"

"Heh! Lo pikir dibekap enak? Kagak kalik! Pusing tahu kepala gue?!" Ryanya melambaikan tangannya tidak peduli dan melangkah masuk ke dalam lift.

"Bodo amat, Gy! Gue capek. Terlebih lagi, kenapa Oma ngasih kita misi sesulit itu? Apakah Oma yakin kita bisa nyelesainnya?" Gybran menekan tombol pada lift dan mengedikkan bahu.

"Gue gak tahu. But, apa salahnya mencoba? Toh, kita juga dikasih mobil detektif yang beuh ... keren banget! Lebih keren dari semua koleksi gue. Sumpah! Demi apa?!" pekik Gybran girang.

Tuk

"Mobil aja yang lo pikirin! Seharusnya lo mikir dong gimana kita bisa nyelesein ini misi." Gybran memberengut seraya mengusap keningnya.

"Iya-iya, gue tahu. Selama ada gue, gue yakin kok kita pasti bisa nylesein ini."

"Di saat lo bilang bisa 'nyelesein ini', seketika bulu kuduk gue merinding tahu gak? Kayak ada aura-aura apa gitu."

"Lo pikir gue setan?"

"Mirip." Ryanya terkekeh.

"Kurang ajar! Awas ya lo nanti! Sepulang sekolah, bakal gue buktiin kalo gue emang sosok yang gentleman."

"Bodo amat gak mau denger! Sana lo pergi!"

"Gue gak nganterin lo dulu nih?"

"Gak usah, lo keluar aja. Entar ribet lagi kalo gue digebukin sama fans lo gegara ada lo,"

"Ngiri bilang bos."

"Budu!" Gybran terkekeh sebelum akhirnya melenggang keluar. Tepat sesaat pintu hendak tertutup, seseorang bertopi dan masker hitam masuk ke dalam lift. Membuat Ryanya mengernyit bingung.

"Lo—"

"Gimana kabar lo?"

"Hah?" Ryanya melongo sesaat sebelum lelaki tersebut membuka maskernya.

"Lo? Ngapain di sini?" tanya Ryanya tidak percaya setelah mengetahui siapakah sosok tersebut.

"Ya, gue kangen aja. Gimana kalo kita ke rooftop?"

"Hah? Apa?" Tanpa menunggu jawaban Ryanya, lelaki tersebut pun menekan tombol lift paling atas dan membawanya menuju rooftop sekolah.

Ting

Pintu terbuka. Ryanya yang masih dilanda syok pun hanya mengekor di balik lelaki tersebut. Berjalan keluar lift dan menaiki tangga menuju rofftop sekolah.

"Ah, rasanya udah lama gue gak ke sini. Dan ternyata rooftop masih sama aja," ujar lelaki yang tak lain adalah Artsya.

"Lo tumben ngajain gue ke sini? Lo gak ada jadwal apa? Kan bentar lagi masuk," ucap Ryanya. Artsya menoleh dan mengedik.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang