"Dia? Bagaimana bisa?!" pekik Ryanya tidak percaya. Ryanya menghampiri figura tersebut. Dan ditatapnya figura itu lamat-lamat.
Ryanya terdiam sembari berpikir. Tapi, sejak kapan ia memakai topi dan bergaya layaknya orang eropa? Dan lagi, Ryanya tidak memiliki baju kuno. Lalu, siapakah dia?
"Angelina Xinlya, sepertinya, aku pernah mendengarnya. Tapi, siapa?" Monolog Ryanya, ketika ia membaca sebuah ukiran nama pada atas pigura.
"Ma, dia siapa? Kenapa ada di rumah Oma?" tanya Ryanya kecil tatkala ia tengah melihat-lihat album tua yang berada di kediaman omanya—Silvia.
Emily pun berjalan menghampiri sang putri dan duduk di sampingnya. Mengamati sebuah foto yang tengah ditunjuk oleh putri tunggalnya.
"Oh, itu oma Angelina, dia canggahmu."
"Canggah?" heran Ryanya. Emily pun menganggukkan kepalanya.
"Iya, dia omanya oma. Nama lengkapnya, Angelina Xinlya."
"Angelina Xinlya," ucap Ryanya spontan. Ia pun berjalan menghampirinya. Hingga ....
Brak
Gawat! Pintu ruang bawahnya tertutup. Ruangan pun berubah menjadi sangat gelap. Buru-buru, Ryanya mencari keberadaan senter andalannya di dalam tas. Dan, nihil! Ia tidak menemukannya.
Tak ada pilihan lain. Ia pun menyalakan senter ponselnya dan berjalan menaiki tangga menghampiri pintu. Sialnya, pintu tidak bisa terbuka. Terkunci layaknya pintu otomatis. Dan satu-satunya cara agar Ryanya keluar adalah menghancurkan atau merusak pintu itu.
Ya, Ryanya memiliki sebuah pisau lipat di dalam tasnya. Ia pun membuka tas dan mencari pisau lipatnya. Seakan keberuntungan tidak berpihak padanya. Lagi dan lagi, Ryanya mengalami kesialan. Layaknya senter, pisau kepemilikannya juga tidak ia temukan di tas.
Seingatnya, pisau dan senter miliknya telah ia memasukkan ke dalam tas tatkala ia packing semalam. Lalu, ke manakah senter dan pisau lipat kesayangannya itu? Tidak mungkinkah makhluk gaib yang mengambilnya?
Buntu sudah! Ryanya tidak tahu harus berbuat apa. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah mencari peralatan tajam di ruangan tersebut atau mencari petunjuk untuk mencari jalan keluar.
Dengan langkah tergesa-gesa, ia pun menuruni tangga dan mencari peralatan tajam. Bermodalkan senter ponsel yang ada di tangannya dan batrai yang tersisa 40%, ia pun melangsungkan pencariannya. Mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Hingga menemukan sebuah buku dan surat yang tergeletak di atas meja. Sepertinya, Ryanya tidak menyadari keberadaan benda-benda tersebut tatkala duduk di atas meja tadi.
Oke, Ryanya harus melihat isinya. Atau ia akan terjebak di ruangan ini selamanya. Dalam surat pertama, Ryanya tak menemukan apapun. Hanya sebuah tulisan tangan yang tidak begitu penting. Seperti laporan mengenai penjualan perusahaan pada tahun 1888. Begitu pula dengan surat yang kedua, ketiga, dan keempat yang mengenai penjualan saham. Hingga pada surat kelima, ia menemukan sebuah nama yang terukir indah di amplop. Bertuliskan From Leonard to Angelina.
Apakah ini surat antara kedua canggah Omanya? Kalau iya, apakah ia boleh melihatnya? Ryanya mengedikkan bahu. Membuka amplop dan mengeluarkan sebuah kertas di sana. Ternyata, itu bukanlah surat biasa. Melainkan, surat cinta yang ditulis oleh Leonard untuk Angelina di tahun 1888 berlatarkan Kota London serta berbahasakan inggris.
Ryanya yang dilanda penasaran pun memilih untuk membacanya. Membaca tulisan latin itu dari atas hingga bawah. Dan benar saja! Tiba-tiba saja Ryanya merasakan gelenyar aneh di lubuk hatinya. Perutnya terasa tergelitik seiring air matanya yang menetes. Namun, tak mengenai kertas usang itu. Tentu, itu bukanlah surat cinta biasa. Melainkan, surat cinta yang paling ... romantis sepanjang masa.
Sungguh, Ryanya tidak menyangka jika canggahnya bisa menulis surat seromatis ini. Ia pikir, canggahnya hanya tahu mengenai bertani, berkebun, dan melaut. Terlihat membosankan dan tua. Tapi, apa yang ia dapatkan? Ia justru mendapatkan surat cinta yang teramat tulus dan romantis.
"Ya ampun, ini canggah gue atau Romeo sih? Kok romantis banget?" Buru-buru, Ryanya menampar pipinya dan beralih kepada sebuah buku. Atau ia akan kehilangan kesempatan untuk keluar.
"Love story," eja Ryanya membaca judul yang terdapat di halaman depan buku. Ia pun mulai membukanya dan membacanya. Sepertinya, ini akan menjadi buku yang seru. Dan benar saja! Buku tersebut menceritakan tentang kisah asmara antara canggahnya. Ya, Leonard dan Angel.
Tertulis, sebuah surat duplikat tentang permintaan maaf Leonard kepada Angel yang baru saja ia baca tertempel di sana. Disusul oleh beberapa kisah yang mungkin akan menarik. Ia pun mulai membacanya dan menikmati buku tersebut. Menganggapnya layaknya sebuah novel.
Kisah diawali oleh sepucuk surat yang dikirimkan Leonard berisikan permintaan maaf kepada Angel karena telah membuatnya harus terkurung di penjara bawah tanah karena perbuatan ayahnya. Ia juga berjanji akan meninggalkan kedua orang tuanya demi dirinya.
Demi seorang gadis yatim piatu dengan hidup sederhana yang saat itu adalah seorang agen di FII AGENCY. Tempat di mana mereka bertemu untuk pertama kalinya dan bekerja sama 'tuk menjadi agen bersama. Sebelum akhirnya Angel mendengar sebuah rahasia yang amat buruk dari ayah Leonard.
Rahasia mengenai kebohongan dan kelakuannya dalam hal perbisnisan. Mengatakan jika ia adalah seorang penyogok dan penipu handal. Hingga sebuah hari, Angel ingin melaporkan Tyson—ayah Leonard—kepada pihak kepolisian atas tuntutan penipuan. Namun, apa yang ia dapatkan? Ia justru ditangkap dan digeret menemui Tyson. Dikurung sekaligus tidak diberikan makan.
Hingga, penangkapannya itu terdengar oleh Leonard dan sepulangnya ia dari menjalankan misi, ia pun menghampiri Angel yang tengah dikurung. Mengatakan jika ia akan membebaskannya ketika ia berhasil membujuk papanya. Namun, bukannya dibebaskan, Leonard turut ditahan di dalam kamarnya dan Angel pun dipindahkan dari tempat tahanannya semula. Dan ....
"Tunggu! Gue kan lagi gak butuh cerita. Kenapa gue justru baca ini buku? Padahal kan, gue butuhnya keluar. Argh, sial!" Ryanya mencengkeram kepalanya. Meraung-raung kesal hingga sebuah suara menyadarkannya. Bukan, itu bukan suara angin kencang maupun hewan. Melainkan suara ... ketukan.
Ryanya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencari keberadaan sosok tersebut. Tidak mungkinkan ada suara ketukan, tetapi tidak ada orangnya? Bukannya berhenti, ketukan itu kian berlanjut. Semakin keras dan terus berulang-ulang.
Tiba-tiba saja, Ryanya mengucurkan keringat yang amat deras. Dimulai dari dahinya hingga sekujur tubuhnya. Dilanda rasa takut sekaligus penasaran. Semakin menguatkan diri sembari memeluk buku tebal di pelukannya.
Oke, ini bukan saatnya ia ketakutan. Masih ada nyawa yang harus ia jaga. Atau lebih tepatnya nyawa dirinya sendiri. Dan lihat! Baterai miliknya hanya tersisa 16%. Tentu, ini bukan waktu yang tepat untuk sekadar menjerit atau ketakutan.
Jadi, Ryanya memutuskan untuk membawa buku dan surat cinta Leonard bersamanya. Memakai tasnya dan berjalan menuju sebuah dinding yang sedari tadi menjadi misterinya. Mendengarkan sesuatu dari balik dinding hingga menemukan sebuah celah di dinding tersebut.
Perlahan namun pasti, tangan Ryanya terulur dan ....
Bum!
Berakhir sudah riwayat Ryanya.
♤♤♤
Jangan lupa vote dan komennya. Semakin banyak yang vote dan komen, semakin cepat juga ceritanya update. Bahkan seminggu bisa lebih dari 7 kali. Tergantung seberapa banyak kalian vote dan komen😉Jadi, jangan lupa, ya💕
Terima kasih

KAMU SEDANG MEMBACA
SWI AGENCY (END)
Teen FictionR 15+ 《UPDATE SEPEKAN SEKALI》 Book 1 ⚠️ WARNING! ⛔ Kalian akan mengalami syok, kengerian, dan menimbulkan emosi ~ Kisah kita ada bukan untuk dilupakan. Melainkan 'tuk dilanjutkan ~ Ryanya yang awalnya sedang bersedih akan meninggalnya orang tua ters...