"Phoenix! Keluarkan cepat!" Sosok yang dipanggil Phoenix itu pun menurut dan menekan salah satu tombol di mobilnya. Mengeluarkan oli ke jalanan hingga para pengejar pun terpeleset dan jatuh dari motornya.
"Eirene, kita harus bagaimana? Sumpah! Gue gak nyangka misinya bisa serumit ini. Tahu begitu gue minta latihan dulu."
"Gak usah pikirin itu dulu! Awas!" pekik Eirene menunjuk jejeran Jeep yang menghadang mereka. Phoenix pun menguatkan tekadnya dan seketika pandangannya teralihkan pada dua buah balok panjang yang berada di sisi kanan jejeran Jeep.
"Pegangan!"
"Hah? Pegangan buat? Gybran! Jangan aneh-aneh!" pekik Eirene yang tak lain adalah Ryanya dan Phoenix yang ternyata adalah Gybran.
Gybran semakin menambah gigi mobil dan saat itu juga Ryanya berpikir ia sudah berpindah alam bersama kedua orang tuanya. Dan ....
Mobil berhasil melewati balok. Terbang di udara dalam beberapa waktu sebelum kembali menyentuh aspal dan melaju cepat menyusuri jalanan menjauhi area pelabuhan, kembali menuju markas.
"Udah, gak usah merem terus matanya. Kita udah sampe jalan," ucap Gybran menyadarkan Ryanya. Ryanya menurunkan tangannya dan membuka mata. Melepas topeng penutupnya dan memukul kepala Gybran keras.
"Gue harap lo gak nglakuin hal konyol itu lagi!"
"Heh! Kok lo malah mukul gue? Seharusnya lo bilang maka-Shit! Kenapa mereka masih bisa ngikutin kita sih? Berasa buronan tahu gak? Sialan-sialan!" Gybran memukul stir mobil bertubi-tubi sembari melirik ke arah spion mobil. Ryanya yang menyadari jika mereka dalam bahaya pun segera memakai topengnya kembali dan waspada.
"Lo ada senjata yang gak berbahaya?" tanya Ryanya. Gybran berdecak dan menoleh ke arah sang sepupu singkat.
"Lo pikir kita apaan? Asal lo tahu, kita itu agen. Dan artinya semua senjata kita berbahaya. Buruan ambil revolver dan tembak ban mereka!" titah Gybran menginterupsi sembari membuka dashboard mobil. Menunjukkan deretan persenjataan mereka yang telah diberikan markas sesaat sebelum mereka berangkat.
Tiba-tiba saja tangan Ryanya bergetar seiring keringat yang mengalir di sepanjang dahinya. Membentuk aliran sungai yang terus mengalir hingga sekujur tubuh. Bahkan tangannya mulai berkeringat dingin. Inilah yang tak ingin ia lakukan. Melukai orang lain di saat tugasnya adalah menyelamatkannya. Ia pun menarik napas dan mengambil sebuah revolver. Menarik pelatuk dan membuka atap mobil.
Ryanya semakin memfokuskan pandangannya pada salah satu ban motor pengejar dan ....
Dor
Dor
Yeah, Ryanya berhasil menembak 2 motor pengejar dalam waktu hitungan detik. Mengisi peluru dan kembali mengarahkannya tepat ke arah motor pengejar yang kini tampak mempercepat laju motornya sembari mengendarainya zig-zag. Ryanya tersenyum miring.
"Tidak semudah itu untuk menghindariku, Sialan!"
Dor
Dor
Dor
Habis sudah. Tidak ada satu pun motor yang mengejar mereka. Itu berkat keahlian Ryanya yang entah sejak kapan ia miliki. Mungkin, semacam bakat alami? Ryanya mengedikkan bahu tidak peduli dan kembali duduk di kursinya. Menutup atap mobil dan menekan tombol rahasia lainnya hingga mobil tidak menampakkan wujudnya lagi alias invisible.
"Gila! Gue gak salah lihat kan? Gimana caranya lo bisa nembak seahli kayak tadi?"
"Sstt ... diem! Sekarang, lo bisa melanin mobilnya terus belok! Firasat gue kita masih dikejar," ucap Ryanya dengan suara dipelankan. Gybran menurut. Ia pun mulai membelokkan mobilnya menuju tanah rerumputan yang beruntungnya tidak meninggalkan jejak ban mobil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWI AGENCY (END)
Teen FictionR 15+ 《UPDATE SEPEKAN SEKALI》 Book 1 ⚠️ WARNING! ⛔ Kalian akan mengalami syok, kengerian, dan menimbulkan emosi ~ Kisah kita ada bukan untuk dilupakan. Melainkan 'tuk dilanjutkan ~ Ryanya yang awalnya sedang bersedih akan meninggalnya orang tua ters...