Thirty Nine : Finish

77 4 0
                                    

Tiga tahun kemudian ....

Terhitung sudah dua pekan lamanya Artsya dan Gybran menjalani misi rahasia di London. Misi yang menurut Gybran terbilang mudah. Namun, bagi Artsya terlalu mudah hingga menurutnya terasa aneh. Apalagi, setelah ia mendapatkan kabar jika Gun—papa angkatnya dulu—sudah ditemukan setelah sepuluh tahun lamanya menghilang. Tidak hanya itu, bukti yang mereka dapat pun kelewat mudah dan di luar nalar.

Artsya sendiri sudah memeriksanya beberapa kali. Ditambah, ia sudah bertanya kepada para seniornya, yang tak lain adalah Yuan, Joseph, dan Jamesh mengenai hal ini. Akan tetapi, mereka tidak merasa ada kejanggalan dan merasa hal itu sudah biasa. Dan sekarang, di sinilah mereka berada. Di markas bekas FII AGENCY bersama Gybran. Berjalan mengendap-endap menuju pusat markas tersebut.

Jika kalian bertanya di mana Ryanya, maka jawabannya adalah Ryanya sedang di mansion Joseph bersama kedua anaknya. Dan jika kalian bertanya lagi, kenapa Ryanya tidak ikut misi? Maka, jawabannya hanya satu. Yaitu, Ryanya sedang mengandung anak ketiganya dengan Artsya. Apa? Ryanya hamil? Ya! Ryanya hamil dan sekarang, kandungannya sudah menginjak umur sembilan bulan. Yang artinya, sebentar lagi Ryanya akan melahirkan.

Mengingat istrinya yang sedang mengandung dan hendak melahirkan, Artsya yang diberikan misi pun langsung melaksanakan penyerangannya malam ini. Tepat pukul 23.45 waktu London.

"Lo bisa gak sih jalannya biasa aja? Korang gak ada bahaya apa-apa di sini," decak Gybran yang sejak tadi berjalan di belakang Artsya. Mulai kesal dengan tingkah lelaki itu yang terlalu berhati-hati. Padahal, di markas tersebut tidak ada apa-apa termasuk pengawal. Bahkan, penembak laser di sana turut dicabut, meninggalkan dua kabel yang terputus. Sangat jauh berbeda dengan sepuluh tahun lalu.

"Agen tidak akan melepaskan rasa kewaspadaannya. Dan seharusnya kamu tahu itu, Phoenix," tegas Demon Master, yang tak lain adalah Artsya. Jika biasanya Artsya akan berlaku sabar dan baik dengan Gybran di kesehariannya. Maka, ketika dalam misi, Artsya akan mengubah dirinya menjadi seorang Demon Master sesungguhnya. Dingin, banyak diam, selalu waspada serta mengawasi, dan juga berlaku layaknya raja iblis.

Gybran yang mendengar jawaban kakak sepupu iparnya itu pun memutar kedua bola matanya malas. Sebelum, ia berlari dan meninggalkan Artsya sendirian di belakang.

"Cih, waspada katanya. Udah jelas, tempat sepi begini. Apa yang harus diwaspadai? Bener-bener orang gila!" remeh Gybran. Gybran terus berjalan memasuki pusat markas FII AGENCY. Hingga, suara teriakan seseorang mengejutkannya.

"Phoenix, awas!" Gybran terdorong dan menabrak kontainer. Sementara, orang yang baru saja mendorong Gybran pun sudah terjatuh dengan tangan yang tergores pisau. Sangat tajam hingga darah mengalir deras dari lengannya.

"Argh!" ringis Artsya.

"Demon Master!" pekik Gybran terkejut. Namun, belum sempat keterjutan Gybran menghilang. Seseorang sudah melemparkannya bom dan menembak peluru. Beruntung bagi Gybran, karena selama ini ia sudah melatih gerak refleksnya. Kalau tidak, sudah dipastikan jika Gybran sudah berpindah alam.

Namun, bukan berpindah alam yang ia dapatkan. Melainkan, berpindah tempat. Hingga tanpa sadar, ia sudah terikat dan dibekap oleh seseorang.

"Demon Master, tolong!" teriak Gybran tepat sebelum mulutnya dibekap denyan pipi yang teralir darah karena goresan pisau sang pelaku.

Artsya yang mendengar teriakan sepupunya pun segera bangkit. Dirobeknya lengan seragamnya itu untuk ia ikatkan pada lengannya. Artsya kembali melanjutkan langkahnya. Ketika suara tawa terdengar pada markas tua itu. Ia pun mengikuti suara tawa itu, hingga ia berada tepat di tengah markas. Tempat di mana dulu, Gun menghilang.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang