One : Start

380 31 0
                                    

Jakarta, 2010

Seorang gadis kini tengah terduduk lemas di atas lantai dengan kedua kaki tertekuk. Ia sendiri masih merasa syok atas apa yang baru saja menimpanya. Bukan siapa yang baru saja menelponnya. Akan tetapi, kabar apa yang ia terima dari penelpon itulah yang membuatnya sangat syok. Bahkan, kakinya kini lemas tak bertenaga setelah mendengar kabar menyedihkan itu. Ya, kabar tentang meninggalnya sepasang suami-istri bernama Tyo dan Emily—kedua orang tua sang gadis.

Di sebuah pagi yang indah, seorang gadis tampak bahagia menyiapkan sebuah kue berukuran besar 'tuk menyambut hari ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya yang ke-20 tahun.

Hingga, suara telepon rumah menginterupsinya. Ia pun bergegas 'tuk mengangkat panggilan tersebut. Mungkin, itu telepon dari Emily—mama gadis itu—pikirnya. Tak mau menunggu waktu yang lama, ia pun bergegas mengangkatnya dan menjawabnya.

"Halo, Ma. Gimana perjalanan dinasnya? Apakah menyenangkan? Oh, ya, hari ini kalian jangan sampai pulang terlambat, ya. Anya punya kejutan spesial buat kalian."

"Halo, maaf. Apakah saya sedang berbicara dengan Ryanya putri dari Tyo dan Emily?"

Deg

Ini siapa? Kenapa suaranya berbeda dengan papanya?

"Anda siapa? Di mana orang tua saya?" panik gadis dengan nama Ryanya itu.

"Sebelumnya, saya mau mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya kedua orang tua anda. Orang tua anda ditemukan dalam keadaan remuk di bawah jurang dengan mobil yang terbakar dan sudah tak terbentuk lagi. Beruntung, plat nomor masih bisa kami identifikasi. Akan tetapi, kedua jasad korban harus melakukan otopsi karena keadaan jasad yang sangat mengenaskan."

Seketika dunia Ryanya rubuh. Tak ada satu pondasi pun yang berhasil menahannya. Mengingat pondasi hidupnya kini sudah tiada bersama kenangan yang mereka lalui selama ini. Lebur dan lenyap begitu saja ditelan angin. Tak tahu harus bagaimana lagi ke depannya.

"Tidak! Ini tidak mungkinkan? Pasti kalian penipu! Gak! Ini gak mungkin!"

"Tolong, anda untuk segera ke kantor polisi Sudirman untuk pengambilan jenazah dan konfirmasi tentang kecelakaan ini. Terima kasih."

Tut

Prank

"Asalamualaikum—Ryanya!" pekik seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke dalam rumah kediaman Tyo. Buru-buru, wanita tersebut menghampiri sang cucu dan menangkup kedua pipinya. Menatapnya dengan panik.

"Ada apa, Nak? Kenapa kamu terduduk di lantai?"

"Papa-Mama, Oma. Papa-Mama."

"Iya, ada apa dengan orang tuamu?"

"Mereka dibunuh, Oma! Dan sekarang jasadnya sudah tak terbentuk dan dibawa oleh kepolisian hiks hiks hiks." Tangis Ryanya pecah. Bersamaan dengan tangis wanita paruh baya di sebelahnya yang diyakini adalah oma dari Ryanya.

"Tyo ... tidak! Tidak mungkin! Kamu bercanda kan Ryanya?" panik Silvia-oma Ryanya sekaligus ibu Tyo. Ryanya menggelengkan kepala sembari terus menangis.

"Oke, tenangin dirimu dulu, ya, Nak. Oma telepon Opamu dulu." Bergegas, Silvia menelpon Samuel-sang suami. Mengabari kejadian yang baru saja menimpa putra dan menantunya itu.

"Samuel! Cepat kamu ke kantor polisi Sudirman! Hal buruk baru saja terjadi pada anak kita. Dan juga, ajaklah Joseph bersamamu!" Panggilan terputus. Silvia pun memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Bangkit berdiri dan berusaha memapah Ryanya. Membawanya menuju kamarnya. Meninggalkan sebuah kue polos tanpa hiasan di meja makan.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang