Twenty Five : Demon Master in Action

37 3 0
                                    

Seluruh pasukan telah berhasil dilumpuhkan oleh Ryanya dan Gybran. Setelah sekian lama mereka bertarung habis-habisan dan membabi buta. Mulai dari memukul, menjebak, menembak, hingga meledakkan. Itu semua mereka lakukan hanya berdua dengan melawan ratusan pengawal FII AGENCY.

"Tim A ke Barat! Dan tim B ke Timur! Cepat!" titah sang pemimpin jajaran pengawal FII AGENCY. Berusaha mengoptimalkan penyerangan kepada Ryanya dan Gybran.

Di sisi lain, Ryanya dan Gybran telah berpisah. Dengan Ryanya yang bermodalkan revolver, bahan peledak, dan juga tekad. Sedangkan Gybran hanya bermodalkan Nunchaku, bahan peledak, kacamata penunjuk, dan juga sebuah alat bertegangan tinggi—namun tidak membuat korbannya meninggal. Hanya akan merasakan kejutan dan pingsan saja.

"Eirene, kamu siap? Aku sudah memasang setiap sudut dengan bahan peledak. Bagaimana denganmu?"

"Aku aman. Sebentar, mereka sedang kemari. Oke, aku serahkan kepadamu!" ucap Ryanya sembari berlari menjauh dari seperangkat bahan peledak yang sebelumnya sudah ia pasang. Gybran yang memegang kendali pun mulai mengambil jarak dan ....

Duar

Duar

Duar

Duar

Duar

Duar

Ryanya dan Gybran masuk ke dalam markas menggunakan kacamata penembus asap mereka. Berjalan menerobos pengawal dan masuk ke dalam markas bersama-sama. Dengan Ryanya yang masuk dari pintu Barat dan Gybran yang masuk dari pintu Timur. Mereka pun bertemu di sebuah ruangan yang sebelumnya sudah mereka tentukan. Ruang tertutup yang memiliki potensi kecil untuk mereka ditemukan. Sebuah ruangan dengan pintu tersembunyi yang sudah sejak lama ditemukan Yuan—agen senior mereka.

"Eirene! Lo di mana?" tanya Gybran sembari berbisik tatkala ia sudah masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan yang memiliki pintu di bawah tanah. Atau biasa disebut dengan Ruang Bawah Tanah.

"Gue di sini, Phoenix!" ucap Ryanya sembari mengarahkan cahaya ke wajahnya. Gybran menoleh ke belakang dan menghampiri Ryanya seraya menunduk.

"Aduh, kenapa sih ruangan rahasia kita harus pendek gini. Sakit tahu leher gue!" keluh Gybran unfaedah. Ryanya memutar kedua bola mata malas dan terus berjalan sembari berjongkok.

"Sekarang, gue yakin pengawalnya bakalan banyak setelah peledakan kita tadi. Dan lo! Tunjukkan jalan menuju ruangan Gun! Oh, bukan. Maksud gue, Dragon Fire. Dan pastikan ruangan Dragon Fire kosong pengawal!" titah Ryanya.

"Iya, Eirene. Gue ngerti. Gue masih ingat kok sama rencana kita di mobil tadi."

"Bagus! Cepat lakukan!" Gybran merendahkan tubuhnya. Mengubah posisinya menjadi berjongkok dan berjalan perlahan-lahan mengikuti arahan kacamata penunjuknya.

"Gile, Anya! Andai lo pake kacamata gue. Lo bakal tahu ada berapa banyak pengawal yang dari tadi berlalu-lalang di atas. Ternyata, Dragon Fire sudah tahu kedatangan kita. Sulit dipercaya!"

"Sstt ... diem! Dan terus jalan!" Gybran mencebik dan menurut. Berjalan perlahan-lahan hingga akhirnya ia berhenti. Kontan, Ryanya yang berada di belakang Gybran pun terantuk dan meringis tatkala dahinya mengenai bahu lebar Gybran.

"Kok lo gak bilang sih kalo udah sampe?! Sakit tahu!"

"Sstt ... diem! Gue masih mengidentifikasi nih," bisik Gybran sembari mengubah posisinya menjadi terlentang. Berbaring di dinginnya tanah.

"Gy, apakah nanti kita bakalan ketemu Artsya?" tanya Ryanya sendu. Gybran menoleh ke arah Ryanya.

"Maksud lo Demon Master?" Ryanya mengangguk.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang