•°Cinta Tak Terucap;34°•

23 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Cinta Tak Terucap © Kelompok 4°•
•°Part 34 By: pratiwifrida5°•
•°Selasa, 29 Desember 2020°•



💜Happy Reading💜

Ray menatap sekilas orang yang mendekati Alexa. Ia menunduk dan berpura-pura bermain game online. Telinganya disumpal headset–Ray, larut dalam kepura-puraanya. Orang-orang akan menganggap Ray, tengah asik bermain game online lewat gawainya. Tidak ada yang tahu, jika cowok itu tengah menyimak percakapan serius dua orang yang berada tidak jauh darinya.

“Naya ke mana?” tanya Gilang pada Alexa. Ia sempat melihat Naya tadi, namun gadis itu buru-buru pergi ketika ia berjalan mendekati Alexa.

“Nemuin Rafa,” jawab Alexa jutek. Naya, kapan sih gadis itu pisah dari Rafa? Mengapa sulit sekali rasanya memisahkan dua makhluk itu. Harusnya, yang berada di sisi Rafa itu dia, harusnya yang dicintai Rafa itu dia, harusnya yang menjadi orang selalu dipuja dan dirindukan oleh Rafa, adalah dia bukan Naya. Kenapa Naya, beruntung sekali. Padahal jika dilihat dari tampang, dia lebih cantik ketimbang Naya. Huh ... membicarakan keberuntungan Naya, tidak ada habisnya.

“Lu kapan sih, mau rebut Naya dari Rafa? dia udah dekat banget sama kita dan lu belum bertindak jauh sampai sekarang. Gue udah buat Naya, dekat sama kita dan limpahin kesalahan kita sama si Ray. Kenapa lelet banget sih, jadi orang. Sejauh ini gue ya yang selalu bertindak, lu gak ngapa-ngapain,” ujar Alexa. Ia kesal karena Gilang terlalu lama bergerak. Selama ini, dia yang melakukan semuanya hingga Naya berteman dengan mereka. Mereka sudah sepakat untuk kerja sama menghancurkan hubungan Naya dan Rafa, tapi semakin ke sini, ia merasa Gilang tidak berguna. Alexa muak melihat ke uwuan Naya dan Rafa yang semakin hari semakin menjadi-jadi.

“Gimana gue mau bertindak jauh, kalau Naya, nempelin Rafa mulu. Dia emang jadi teman kita sekarang, tapi tiap saat dia selalu sama Rafa, lu juga tau itu.” Bukan hanya Alexa yang muak dengan kebersamaan dua sejoli itu, dia pun sama kesalnya. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak.

“Gue gak mau tahu, pokoknya lu harus lakuin sesuatu!”

“Apa gue harus culik Naya terus gue bawa ke tempat di mana hanya ada gue dan Naya,” ujar Gilang.

“Waoww Gilang, waoww! hebat banget ide lu. Lu pikir, ide brilian kalau terlaksana gak bakal ketahuan? lu lupa sama latar belakang keluarga Naya? hal yang sangat mudah buat mereka nemuin Naya yang lu culik,” ucap Alexa. Ia tidak habis pikir dengan apa yang Gilang pikirkan. Ia tidak ingin mengambil resiko masuk penjara, jika ide yang Gilang sarankan ketahuan oleh keluarga Naya. Yah ... Alexa sebenarnya fine-fine saja jika, nanti Gilang tidak ikut menyeret namanya.

“Kalau gitu gue bunuh aja si Rafa, dan saat itu gue akan jadi orang yang menguatkan Naya.” Lagi ide gila terlintas di otak cerdas Gilang.

Alexa menatap Gilang tajam. Cowok di depannya ini benar-benar gila, jika tadi menculik, sekarang membunuh! Apa Gilang, tidak memikirkan konsekuensi dari ide-ide gilanya itu?! Ingatkan Alexa untuk membenturkan kepala Gilang, di tembok agar cowok itu tidak memikirkan ide-ide gila lagi.

“Lu udah gila, Lang!!” Hanya itu yang keluar dari mulut Alexa. Bahkan sebenci-bencinya dia terhadap Naya dan sengotot-ngototnya dia ingin memiliki Rafa, ia tidak pernah berpikir untuk melenyapkan nyawa Naya. Ngotot boleh, goblok jangan sampai!

“Terus gue harus gimana, njing?” umpat Gilang, frustasi. Dia tidak tahu harus melakukan apa.

“Terserah lu mau ngapain, asal jangan pernah lakuin dua ide gila lu tadi. Kalau sampai Rafa, kenapa-kenapa, lu yang habis ditangan gue.” Alexa langsung pergi setelah mengatakan itu. Dia tidak mau mendengar ide Gilang, yang lebh gila lagi.

04;Cinta Tak Terucap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang