•°Cinta Tak Terucap;Ending°•

128 8 2
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Cinta Tak Terucap © Kelompok 4°•

•°Part Ending By: meiwidiyani_ Azarine387 Mayolif

•°Senin, 04 Januari 2021°•

💜Happy Reading💜

Aksa segera menarik adiknya untuk mengikutinya ke arah pintu kediaman keluarga mereka. Aksa menaiki sepeda motornya yang terparkir di depan garasi.

Melihat Naya masih tidak bergeming di ambang pintu, Aksa lantas memanggil Naya, menyadarkannya.

“Nay, ayok cepet!” titahnya secepat mungkin. Perasaan Naya kian hancur, kala memegangi pundak sang Kakak.

“Pake dulu helm nya,” ujar Aksa, menyodorkan helm padanya yang sudah duduk dibocengan motor. “Lo harus tenang, Nay.”

Tidak ada jawaban, gadis yang sedang sedih itu lebih memilih mencengkram dua sisi baju sang Kakak, lewat gerakannya ia mengisyaratkan bahwa seharusnya mereka segera pergi dari sana.

***

Sesampainya di rumah sakit, Naya bergegas melepaskan helm yang di pakainya dan langsung berlari menuju ke ruang di mana tempat Raynar berada.

Aksa lantas mengikuti dibelakangnya, pemuda itu mengawasi sang saudari yang tengah kelimpungan. Khawatir.

Sayup-sayup suara tangis pun terdengar tak kala kakinya berjarak tidak lebih sepuluh meter jauhnya dari ruang rawat Raynar. Sontak membuat Naya terhenti dari lajunya, berdiam diri dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

Tubuhnya juga lemas hingga dia tak dapat lagi berdiri.

Aksa memegangi pundaknya, mejegal tubuh gadis itu yang hampir merosot.

“Lo harus kuat, Nay,” ucap Aksa, getir.

“Dia di sana, Kak,” gumam Naya, membalikan tubuhnya, memeluk Aksa. Wajahnya menyamping di dada pemuda itu seraya memandangi lekat pintu ruangan.

Mendengar Naya memanggilnya Kakak adalah hal langka, normalnya ia akan mengejek gadis itu seraya tersenyum senang. Namun, mendengar Naya menyebutnya Kakak dalam keadaan berurai air mata tidak pernah ia harapkan.

“Kita ke sana ya, Nay,” ajak Aksa. Mengurai pelukan, menggantinya dengan rangkulan disepanjang bahu Naya.

“Tante ....” Naya menatap Ratna, dua perempuan beda umur itu sama-sama diburu tangis. Aksa melepas rangkulannya di pundak Naya, melepaskan gadis itu guna memeluk Ratna.

“Naya.” Ratna membalas pelukan gadis yang sudah dari lama dicintai sang putra, sama eratnya.

“Tante yang sabar ya, Tante yang kuat, Tante gak boleh terus-terusan nangis,” ucap Afnan yang dari tadi berada setia disamping Mama dari sahabat, sekaligus sepupunya. 

“Temen-temen yang lain mana, Nan?” tanya Aksa.

“Mungkin masih dalam perjalanan Sa, tadi mereka juga pulang,” jawab Afnan, mata pemuda itu juga sembab, memiliki bekas kemerahan, terlalu lama membendung tangis.

04;Cinta Tak Terucap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang