•°Cinta Tak Terucap;22°•

24 8 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Cinta Tak Terucap © Kelompok 4°•

•°Part 22 By: Fiyatik°•

•°Kamis, 17 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

“Kalo lo suka sama Naya, bersaing secara sehat. Jangan nikung dari belakang,” sinis Aksa, “banci tau gak!” hardiknya.

Kalo saja ekspresi wajah Aksa tidak menunjukan raut serius, Raynar mungkin bakal mengira kalo ini hanya lelucon lain laki-laki itu. tapi ini tidak, sahabatnya itu keliatan betulan marah padanya.

Dia salah apa?

Saat ia tengah berpikir, Aksa berjalan melewatinya, Raynar buru-buru mencegah Aksa dengan mencengkram pundaknya.

“Sa ... gue gak ngerti lo dari tadi ngomong apaan. Lo gak lagi nerves, kan?” canda Raynar, disertai cengiran andalan miliknya.

“Minum dulu, biar gak kering mulut lo,” imbuhnya, meraih segelas air putih diatas meja -yang sebelumnya milik Naya- untuk ia berikan pada Aksa.

Dan tanpa diduga, Aksa menepis tangannya mengakibatkan benda kaca tersebut pecah menghantam lantai. Air bercampur pecahan gelas berceceran disekitar mereka.

Demi melihatnya, Raynar juga mulai hilang kesabaran. “Lo ada masalah apa, nyet!” sergah Raynar  mengcengkram bagian depan kemeja yang dipakai Aksa.

“NGOMONG!”

Afnan muncul di ambang dapur, berdiri sembari mengatur napas disana. Oh ya jelas, lari dari kamar Aksa ke dapur tentu membuatnya paling mending kehabisan napas.

“Ada apa?” tanyannya dengan wajah polos. “Gue denger suara benda jatuh dibawah.”

Aksa mendekatkan wajahnya, kemudian mendesis tepat didepan wajah Raynar “Lo gak usah munafik, Ray.”

“Woy elah, ada apa si anjing ribut gak ngajak-ngajak,” cerocos Afnan, karena merasa dikacangin dua sahabatnya.

“Lo mau gue ngomong depan anak-anak?” Aksa mengedik kepalanya kearah pintu masuk dapur.

“Ngomong aja, apa sih emangnya yang mau lo omongin,” serah Raynar, jengkel. 

Afnan mengangkat kedua tangannya ke udara, bersikap layaknya orang yang tidak tau apa-apa. Memang seperti itu keadaanya.

“Woho, kayaknya ini urusan lo berdua ya, gue kagak mau ikut campur dah,” katanya kemudian pergi, baru sedetik kepalanya menyembul dibalik tembok. “Jangan war loh lo pada, apalagi sampe tonjok-tonjokan.” Lalu bener-benar pergi dari sana.

“Jujur sama gue, Ray!” paksa Aksa.

“Jujur apa, Sa? buset dah gue harus jujur tentang apa?”

“Lo tinggal ngomong sama gue, Ray. Gue tau, sumpah, gue tau, Ray!”

“Lo liat posisi gue sekarang, Sa, gue bahkan belum pernah pacaran.”

“Karena lo suka sodara gue. Yang gue bilang bener, kan?” jelas Aksa.

Raynar mendecih tidak menyangka, terkesan geli. Namun, tidak dapat dipungkuri ia merasa seperti maling yang dipergoki.

04;Cinta Tak Terucap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang