•°Cinta Tak Terucap;38°•

27 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Cinta Tak Terucap © Kelompok 4°•
•°Part 38 By: Mayolif °•
•°Minggu, 03 Januari 2021°•



💜Happy Reading💜

Naya sesekali melirik empat angka yang tertera dalam layar handphonenya. Tiap kali pintu terbuka oleh pengunjung, ia akan melihatnya sebentar dan membuang napas gusar.

Hari ini, ia begitu lelah. Ia ingin sekali merebahkan tubuhnya di kasur, namun ia harus menepis keinginannya itu. Ia seharian penuh bersama Rafa. Ia disuruh bikin kue, mending kalo bikinnya sekali, tapi ini ... berkali-kali, karena kue yang dia bikin akan hancur duluan sebelum memasuki tahapan menghias. Kalian pasti dapat menebak, siapa pelakunya.

Setelah, kue ke lima Rafa tak menggangunya. Baru saja ia duduk, ia ditarik Rafa untuk membantunya membeli sebuket bunga. Ketika ditanya untuk siapa, Rafa menjawab, "buat temen. Kue yang tadi juga buat temen. Teman aku minta dibuatin kue, padahal udah aku saranin buat beli, dia tetap maksa dan ya begitulah."

Naya menguap lebar, ia sudah menunggu seseorang lebih dari dua jam dan orang itu belum memperlihatkan tanda-tanda kedatangannya. Baru saja, ia menempelkan kepalanya di meja, orang yang ia tunggu akhirnya datang. Wajahnya memerah dengan napas tak beraturan.

"Sorry, gue telat. Ada beberapa urusan yang harus gue selesain. Gue aja ke sini lari," ungkap Friska, "mau ngomongin apa? gue masih ada urusan. Gue kira hari ini free, ternyata ...."

"Iya gak papa, gue ngerti. Fris, maafin gue. Gue gak bermaksud buat numpahin minuman dan makanan itu ke baju lu. Maafin gue juga, karena gue gak ada waktu buat lu dan yang lain. Gue malah sibuk sama mereka," sesal Naya.

Dalam hati Friska tersenyum, tetapi tidak untuk dibibir. "Baru sekarang lu sadar, Nay. Dari kemarin ku ke mana aja. Emang gitu ya, Nay, temen mah kalo ada yang baru, temen lamanya dilupain," sinis Friska.

"Iya, gue tau, gue salah dan gue minta maaf. Gue janji, gak akan kayak gitu lagi."

Kali ini Friska tersenyum dari bibirnya. "Gue gak butuh janji, gue hanya butuh bukti. Kalo cuma ngomong janji kek gak ada beban, Nay. Paling cuma butuh waktu sekejap, janji itu tertelan angin. Kalo bukti itu susah." Friska menatap dirinya tak percaya, sejak kapan ia bisa berkata bijak begini, biasanya mah kata-kata bijak akan keluar dari bibir manis Hasya.

Naya tak menjawab, Friska melanjutkan ucapannya, "gue maafin lu, Nay. Tapi, beliin gue cornetto di depan sana."

Naya tersenyum dan mengangguk. "Lu gak pernah berubah, Fris. Dasar maniak cornetto."

Friska mengangkat kedua bahunya acuh. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Hallo."

"...."

"Ok, gue ke sana sekarang."

Friska mematikan sambungan. Ia menatap Naya sebentar. "Nay, gue harus pergi. Tadi gue ninggalin urusannya gitu aja dan gue disuruh balik lagi," pamitnya, "jangan lupa beliin gue cornetto," teriaknya.

Naya tersenyum simpul. Ia melanjutkan jalannya. Ya, dia dan Friska langsung pergi dari tempat itu, setelah Friska meminta cornetto.

Naya mengernyitkan keningnya. Jalan yang ia lalui begitu sepi, padahal belum begitu larut malam. Ia mengusap bulu kuduknya yang berdiri. Perasaannya menjadi tak enak.

Tiba-tiba, ada sebuah kain yang menutupi mata Naya. Naya mencoba memberontak, namun tenaganya kalah besar dengan orang itu. Ia ingin berteriak, namun suaranya hanya mampu sampai tenggorokannya saja.

04;Cinta Tak Terucap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang