•°Cinta Tak Terucap;32°•

24 7 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Cinta Tak Terucap © Kelompok 4°•

•°Part 32 By: Mayolif°

•°Sabtu, 26 Desember 2020°•

💜Happy Reading💜

"Ray, muka lu pucat amat, kek mayat idup," ledek Jihan.

Ray tak menanggapinya. Ia sibuk memegang kepalanya, merasakan pusing yang luar biasa.

"Bisa diem gak tuh mulut? tau temennya sakit, malah diledekin," ucap Friska dengan nada tinggi, tak lupa matanya mendelik tajam.

Jihan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf v. "Sorry."

Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara ketiga orang itu. Friska yang tengah asyik bermain game, merasakan pundak sebelah kanannya menjadi berat. Bulu kuduknya merinding, pikirannya menjadi yang tidak-tidak. Ia memejamkan matanya dan membaca doa yang ia bisa. Secara perlahan, ia menoleh ke sebelah kanan. Ia menegang beberapa saat dan merilekskan tubuhnya kembali, ketika mendapati kepala Ray.

Jantungnya bekerja lebih cepat. Friska menatap lekat wajah Ray yang pucat pasi. Ia mengusap rambut Ray lembut.

"Ray, ganteng banget ya, Fris? sampe gak kedip gitu liatnya," ucap Gindra menggoda.

Kedua pipi Friska memerah bak kepiting rebus. Tangannya berhenti mengusap rambut Ray, membuat sang empu mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indera penglihatannya.

"Nyenyak, Ray?" tanya Afnan.

"Hmmm. Pris, gue pinjem bahu lu bentar." Tanpa persetujuan dari sang pemilik, Ray kembali menyadarkan kepalanya.

"Kita ngapain disuruh ke sini?" tanya Hasya.

"Gue mau minta saran sama kalian. Gue disuruh Rafa buat nyiapin aniv nya dia sama Naya. Gue bingung, pernah pacaran aja nggak, malah disuruh nyiapin aniv," jelas Ray.

"Rafa pinter ya, guys," ucap Chessa, "sangking pinternya nih, dia nyuruh sahabatnya yang lagi sakit buat kek gituan. Bukannya, disuruh istirahat malah disuruh kerja," lanjutnya.

"Awww!!" ringis Ray. Ia mengusap perutnya yang dicubit Friska.

Semua mata menatap ke arah Ray dan Priska, meminta penjelasan. "Pris, lu ngapain cubit pinggang gue? udah sakit, makin sakit gue."

"Makannya, jadi orang gak usah jail. Dikasih bahu buat sandar, malah lu tiup-tiup. Lu pikir gue gak geli apa?" cibir Friska.

Ray mengangkat bahunya acuh. "Ada ide, gak? gue dari kemarin mikirin itu puyeng sendiri," ucap Ray mulai melupakan rasa pusing yang sejak tadi dirasakannya.

"Gue ada," ucap Hasya, "gimana, kalo kita kasih kejutan. Jadi gini, Rafa itu seharian full nyusahin Naya, suruh inilah itulah. Sedangkan, kita nyiapin kejutan itu. Nah, sebelum hari H nya kita buat Naya berantem sama Friska.  Terus, Friska nyuruh Naya dateng ke tempat yang udah kita tentuin buat klarifikasi masalah diantara mereka. Gimana?"

Semua mengangguk, kecuali Tisna Priscanara. "Gak nggak. Kenapa gue yang harus dikorbankan, kenapa gak si Jihan aja."

"Lu lupa, waktu dia disuruh tutup mulut, dia malah buka mulut. Rencana kita jadi gatot gara-gara dia," sindir Hasya.

04;Cinta Tak Terucap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang