Folklore

7K 748 106
                                    

Hello.....
Welcome.....

Year 1 or even younger:v

📜📜📜

"Tangan kamu kenapa?". Draco meraih telapak tangan kanan Harry berniat untuk melihat dan menyentuhnya.

Harry buru-buru menarik tangannya lagi lalu menyembunyikannya dari Draco, "jangan dipegang, sakit".

"Tapi tadi aku liat tangan kamu biru". Draco mencoba meraih telapak tangan Harry lagi dengan lebih lembut. "Kenapa bisa gini?" Tanya Draco ketika melihat goresan luka yang telah mengering pada telapak tangan Harry.

Harry hanya menggeleng dan meringis ketika merasakan pedih pada telapak tangannya.

"Arry jawab, kenapa bisa gini". Tanya Draco sekali lagi.

"Tapi Dray janji jangan marah". Kata Harry dengan suara pelan.

"Iya aku janji ga marah".

Harry menunduk memandangi jari-jari kakinya, "ta- tadi pagi aku terlambat bangun, jadi Uncle Vernon marah".

"Kamu dipukul?". Tanya Draco dengan nada yang sedikit meninggi.

Harry menggeleng lagi, "bukan, Uncle Vernon banting pintu terus kena tangan aku".

Draco menahan napasnya karena seketika dia jadi merasakan ngilu dan sakit yang Harry alami.

Draco bangkit berdiri lalu menarik tangan kiri Harry untuk ikut dengannya.

"Kamu mau kemana?". Tanya Harry sambil mengikuti langkah Draco dengan bingung.

"Kerumah aku, biar luka kamu bisa diobatin sama Mom".

📜📜📜

"Yaampun nak, ini jari kamu hampir ada yang patah". Narcissa mengobati luka Harry dengan lembut lalu membalutnya dengan perban.

"Terimakasih kasih Aunty, ga papa kok udah ga sakit lagi". Kata Harry menampilkan senyumnya kemudian segera bangkit dari duduknya.

"Kamu mau kemana?". Tanya Draco.

"Aku mau pulang". Jawab Harry Polos.

"Yaudah biar Aunty antar". Tawar Narcissa.

Harry buru-buru menggeleng, "gausah Aunty, Harry pulang sendiri aja".

"Tapi hati-hati dijalan ya". Kata Narcissa yang dibalas anggukan oleh Harry.

Harry berpamitan lalu segera melangkahkan kakinya pergi dari rumah itu. Didalam perjalanan, Harry mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai kerumah. Hari sudah sore, ia tau bahwa ketika sampai dirumah dia akan dimarahi oleh Paman dan Bibinya.

Jantung Harry berdetak kencang ketika telah sampai didepan pintu rumahnya, perasan buruk menjalar dihatinya menandakan akan ada peristiwa buruk yang terjadi.

Dengan perlahan Harry membuka pintu, ketika sudah masuk kedalam rumah, seketika kakinya gemetaran ketika melihat Uncle Vernon telah berdiri disana dengan mata yang berkilat marah.

"Darimana saja kau Potter!".

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Harry, rasanya pedih dan panas membuat Harry meringis dengan mata yang berkaca-kaca.

Uncle Vernon menarik telinga Harry lalu membawanya menuju wastafel, "cuci semua piring ini! Dan jangan harap kau mendapatkan makan malam!".

Dengan pasrah Harry mengangguk sambil menyentuh wajahnya yang masih terasa sakit.

Malam itu Harry harus tidur dengan menahan lapar dan mata yang membengkak. Menangis semalaman didalam lemari bekas dibawah tangga, ditemani dengan selimut usangnya yang selalu menjadi tempat dan saksi dari semua air mata di sepanjang masa kanak-kanaknya.

Hagrid: Yer a wizard Harry/ ga:v

📜📜📜

"Bangun!".

"Bangun Potter! Bersihkan rumah!".

Harry tersentak lalu segera duduk setelah mendengar teruskan Aunt Petunia dan gedoran pada pintu lemari.

"Iya Aunt Petunia". Jawab Harry dan segera mengambil kacamatanya, membuka pintu lalu keluar kemudian mengambil sapu.

Harry menyapu dengan serius tidak ingin membuat kesalahan yang berujung dengan dimarahi habis-habisan.

Sedangkan Dudley dengan santainya memakan cemilan sambil menonton kartun di pagi hari. Dengan sengaja, Dudley menjatuhkan makanannya agar mengotori lantai.

Harry hanya diam karena sudah terbiasa dengan tingkah sepupunya itu. Harry membersihkan makanan yang mengotori lantai dengan sabar.

"Potter!". Panggil Uncle Vernon dari halaman rumah.

Dengan cepat Harry langsung menghampiri paman gendutnya itu, "ada apa Uncle Vernon?".

"Baik Uncle". Jawab Harry kemudian memulai untuk membersihkan kaca mobil.

Semuanya baik-baik saja sampai Dudley datang dan dengan sengaja melempar sebuah bola yang berlumpur mengenai mobil sehingga membuatnya kotor lagi.

"Hentikan itu Dudley". Harry mendelik tajam.

"Aku tidak mau, ini sangat menyenangkan". Dudley terus-menerus memainkan bola itu.

Lalu dengan sengaja, Dudley melemparkan bola itu mengenai Harry dan membuat bajunya menjadi kotor kemudian tertawa terbahak-bahak lalu masuk kerumah.

Harry melihat pakaiannya yang kotor dengan pasrah, walaupun dirinya merasa marah, tetap saja tidak ada yang bisa dia lakukan. Entah sampai kapan dia harus menjalani hidup seperti ini. Harry juga ingin mendapat kasih sayang seperti anak-anak seusianya.

"Jangan melamun, tetap bekerja!" Teriak Uncle Vernon.

Dengan segera, Harry melanjutkan pekerjaannya lagi. Jika dirinya tidak patuh, bisa-bisa dia tidak akan mendapat sarapan lagi untuk hari ini.

📜📜📜

Harry ingin sekali keluar dari rumah lalu bertemu dan bermain dengan Draco. Tapi dia harus menghabiskan hari-harinya didalam rumah karena mendapatkan hukuman dari Uncle Vernon.

Hanya karena terlambat pulang kerumah, di harus mendapat hukuman tidak boleh keluar selama seminggu. Harry hanya bisa bersabar menunggu hari-hari berlalu.

Dan hari yang ditunggunya pun akhirnya tiba, siang itu dia segera pergi dari rumah dan datang ke tempat biasanya Draco dan dirinya bermain. Tapi hari itu Harry harus pulang dengan perasaan kecewa karena tidak menemukan Draco disana walau telah menunggunya sampai sore.

Esoknya Harry datang lagi dan hasilnya tetap sama, Draco tidak ada, Harry hanya bisa menunggu sendirian.

Untuk yang ketiga kalinya Harry datang lagi dan masih tidak menemukan Draco disana. Kali ini Harry memutuskan untuk datang langsung kerumahnya, namun setelah sampai, hasilnya tetap nihil, rumah besar itu kosong.

Hari-hari berlalu, Harry merasa sangat kesepian. Tidak ada lagi teman yang bisa memberikan kebahagiaan untuknya. Harry terus menunggu menunggu dan menunggu, tapi Draco tidak pernah kembali.

Harry sudah kehilangan kedua orangtuanya sejak bayi, dan sekarang dia harus kehilangan satu-satunya teman yang dia miliki. Harry hanya bisa menjalani hari-harinya dengan perasaan hampa. Mengikuti takdir, dan berusaha untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.

Tapi Harry akan selalu setia untuk menunggu.

.
.
📜To be continue
📜Thank you for read
.
.

📜To be continue📜Thank you for read

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brilliant!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang