The Marigold of My Breath (Part 1)

8.9K 829 114
                                    

Hello ;)

Love you all :-P

🌺🌺🌺

Cinta...

Perasaan yang entah apa artinya. Perasaan yang entah sejak kapan datangnya. Memberikan kebahagiaan bagi mereka yang beruntung, memberikan beban menyakitkan bagi mereka yang tidak beruntung. Kadang Harry berpikir kenapa dia tidak pernah beruntung, padahal dia tidak pernah meminta perasaan ini datang padanya. Perasaan ini yang membuatnya sesak dan terluka, perasaan ini yang perlahan-lahan membunuhnya.

"Pansy apa kau melihat Draco? Aku mencarinya kemana-mana sejak tadi". Harry bertanya pada Pansy yang kelihatan sedang menikmati makanannya di kantin.

"Draco? Entahlah Harry tapi sepertinya aku melihat dia berjalan ke taman belakang sekolah"

"Terima kasih Pans" Kata Harry sebelum melanjutkan perjalanannya menuju taman belakang.

Harry melihat ke sekeliling taman untuk menemukan surai pirang platina milik sahabatnya itu.

Harry terdiam ditempat, hatinya terasa mencelos dan tenggorokannya terasa sakit membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara apapun, entah perasaan apa yang tengah menyelubungi hatinya. Perlahan Harry memundurkan langkah kakinya lalu berbalik arah, tidak tahan melihat pemandangan yang tadi dia lihat didepan matanya. Tidak pernah Harry merasakan perasan ini, tidak pernah Harry merasa hatinya sesakit ini. Lagipula kenapa dia harus merasa sakit saat melihat sahabat pirangnya berciuman dengan gadis cantik yang sejurusan dengannya.

Harry berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi, entah kenapa dia merasa dadanya sangat sesak dan ingin mengeluarkan sesuatu. Setelah sampai di kamar mandi, Harry langsung menuju wastafel dan menghidupkan keran air, dengan kondisi terbatuk-batuk Harry membasuh mulutnya. Sakit di dadanya sama sekali tak berkurang sampai membuat matanya memerah dan berair.

Dean keluar dari kamar mandi dan dibuat khawatir saat melihat Harry yang tak henti-hentinya terbatuk dengan wajah yang pucat. "Harry kau baik-baik saja? Kau kelihatan tidak sehat".

Harry mencoba menarik nafasnya dan berusaha untuk menyunggingkan senyumnya, "ak-aku baik-baik saja Dean, mungkin aku hanya sedikit sakit" katanya dengan suara yang bergetar.

"Tapi kau tampak pucat sekali, sepertinya aku harus memberitahu Ron dan Hermione" Dean pergi meninggalkan Harry tanpa menunggu balasan dari pemuda bersurai gelap itu.

Harry keluar dari kamar mandi sambil menahan sesak di dadanya, ia berniat untuk mengambil tas dan semua barang-barangnya di kelas lalu segera pulang kerumah.

Sesampainya di kelas Harry langsung dihujani pertanyaan dari sahabat perempuannya yang berambut Ikal dan berwarna coklat, "Harry! Dean bilang kau sedang sakit, apanya yang sakit? Astaga kenapa kau kelihatan seperti orang yang tidak memiliki tenaga".

"Tenanglah Hermione biarkan dia bernapas dulu. Mate kau baik-baik saja? Jika kau mau pulang biar aku saja yang antarkan, bisa-bisa kau pingsang dalam perjalanan". Ron merasa khawatir melihat wajah pucat dan mata merah sahabat bersurai gelapnya tersebut.

"Terima kasih Ron, tapi aku baik-baik saja dan aku juga bisa pulang sendiri" Harry menyunggingkan senyumnya sambil menggendong tasnya bersiap keluar dari kelas.

Hermione kelihatan tidak rela saat Harry akan meninggalkan kelas, "tapi kau harus segera mengabari kami ketika sampai dirumah".

Harry hanya mengangguk untuk menanggapi perkataan gadis bermata coklat itu dan akhirnya benar-benar pergi meninggalkan kelas.

🌺🌺🌺

Harry sampai dirumahnya yang kosong dan sepi. Dia sudah terbiasa dengan suasana tenang dan sepi seperti ini, ketika kedua orangtuanya meninggal saat dirinya masih bayi, Sirius ayah baptisnyalah yang selalu menjaga dan mengurusnya. Namun tahun lalu akhirnya ayah baptisnya itu memiliki rumah sendiri dan pindah ke rumah itu, tetapi dia tidak pernah lupa untuk mengunjungi Harry dua kali seminggu. Harry mengeluarkan ponselnya dan melihat semua notifikasi yang ada disana.

Brilliant!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang