32. Déjà Vu

566 67 78
                                    

Jaehyun mengayuh sepeda dengan kecepatan sedang dan sesekali melihat ke belakang ketika kita berhenti di lampu merah. Sewaktu kita pacaran, aku tidak pernah dibonceng naik sepeda olehnya. Setiap kali kita pergi, dia pasti akan selalu menjemputku mengunakkan mobilnya.

Sensasi udara menyentuh rambutku yang panjang dan sedang digerai ini membuat sesuatu terasa berada. Tanganku yang melingkar di perutnya dan sesekali dipegang olehnya untuk dieratkan lagi juga hal yang membuatku merasa aman.

"Kita sudah sampai"

Saking sibuk dengan pikiranku, aku tidak sadar kita sudah sampai di sebuah cafe yang terlihat sepi. Cafe ini relatif kecil, mungkin hanya cukup untuk sekitar dua puluh orang. Jaehyun memarkirkan sepeda di bawah salah satu pohon di sana. Aku dan Jaehyun pun turun dari sepeda dan berjalan ke depan cafe. Jaehyun mendorong pintu cafe dan mendapat sapaan ramah dari pelayan di belakang meja kasir. Kita pun duduk di salah satu meja yang berada di ujung ruangan.

"Mau pesan apa mas?" ucap pelayan laki-laki dengan ramah sambil memberi buku menu.

"Saya minta nasi goreng kambing nya aja satu sama es lemon tea" kata Jaehyun, menutup buku menu.

"Kalo untuk mbak?"

"Hm...saya mau pancake strawberry nya satu ,es krimnya minta yang vanilla sama minta satu charcoal latte"

"Kamu masih suka yang manis-manis aja ya" kata Jaehyun. Aku menganggukan kepalaku berulang kali dengan semangat.

"Ok, makasih untuk pesananya. Mohon ditunggu" kata pelayan itu lalu mengambil buku menu.

Aku pun membuka hpku untuk memberitahu Kak Taeyong bahwa mungkin aku akan pulang sedikit sore hari ini karena makan siang bersama Jaehyun. Aku juga sekalian membuka story instagram Yeji yang menampilkan fotonya dengan Hyunjin dan Lucas di rumah Hyunjin.

"Jen, jangan liat hp mulu dong"

Aku sampai lupa bahwa ada Jaehyun di depanku.

"Oh iya tadi cuman mau ngabarin Kak Taeyong"

Aku pun menaruh hpku dan melihat ke arah Jaehyun yang sedang tersenyum.

"Kenapa lu senyum-senyum dah?"

"Ga apa-apa, lucu aja"

"Ada yang lucu?" tanyaku bingung, sepertinya dari tadi tidak ada candaan yang dilontarkan olehku maupun dia.

"Ga, kamu yang lucu"

"Oh iya"

Astaga. Respon yang buruk. Itu seakan mengiyakan bahwa aku emang lucu. Ya tetapi dia yang memujiku duluan, jadi aku iyakan saja ya. Ya tidak apa-apa.

"Eh, kok lu ga kerja hari ini di cafe?"

Aku sengaja mengalihkan pembicaraan karena sepertinya dia akan berhenti menatapku seperti itu jika aku mengobrol dengannya.

"Ga, hari ini cafe lagi tutup karena bos aku lagi ke luar kota"

"Oh, pantesan lu ngajak gua makan siang"

"Ya, kamu tau kan alasan aku ngajak makan siang bukan gara-gara itu doang?" tanyanya dengan sebuah senyuman yang sulit diartikan. Aku sampai lupa dia mengajakku di sini untuk mengobrol sesuatu.

"Jadi—"

"Permisi, mas, mbak, ini makanan dan minumanya" kata pelayan yang tadi sambil menaruh pesananku dan Jaehyun di atas meja. Jaehyun tampak terganggu dengan kebradaan pelayan ini. Sementara aku sedikit lega pelayan itu datang di saat waktu yang tepat.

"Ini ada compliment dari saya buat mbak cantik" kata pelayan laki-laki itu sambil menaruh satu mangkuk tambahan yang berisi 3 scoop es krim dengan rasa yang berbeda-beda.

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang