01. The Break-Up

8.7K 537 402
                                    

Apakah langit sedang sedih?

Langit yang tadinya cerah berubah menjadi abu-abu menandakkan sebentar lagi akan turun hujan. Akhir-akhir ini sepertinya langit sedih terus karena hujan deras semakin sering terjadi.

Ternyata perasaan langit sama denganku.

Bersamaan dengan air yang jatuh dari langit, tetesan air dari mataku bergulir perlahan membahasi pipiku. Rasanya menangis saat hujan itu terasa lebih baik. Bukan hanya diri sendiri yang menangis tetapi ada yang menemani. Ini sedikit menghiburku.

Tok tok tok

"Sebentar" kataku pelan.

Aku membuka selimutku dengan perlahan. Sedari tadi, aku bersembunyi di bawah selimut karena udara dingin yang tidak bersahabat. Saat aku berjalan ke arah pintu, aku melewati sebuah cermin panjang yang menunjukkan sebuah pantulan diriku.

Ada sepasang mata bengkak melihat kembali ke arahku. Pipiku penuh dengan tetesan air yang jatuh dari kedua mataku. Aku mengambil tissue, berusaha menghapus jejak air mata di mukaku agar Kak Taeyong tidak tahu bahwa aku baru menangis. Aku pun melakukkan usaha terakhir, tersenyum.

Senyum palsu adalah usaha terbaik yang bisa kuberikkan untuk sekarang.

"Kenapa kak?" kataku sambil membuka pintu.

"Kamu abis nangis lagi dek?" tanya Kak Taeyong khawatir.

"Haha, ga kok"

"Itu ada Jaehyun di depan"

Deg—

Mengapa dia harus ke sini lagi?

"Halooooo, earth to Jennnn, kamu kenapa diem aja? Sana samperin" kata Kak Taeyong sambil mengibas-ngibaskan tanganya di depan mukaku.

"Iya" jawabku pendek. 

Setelah mengambil napas panjang, aku pun berjalan ke arah teras depan. Dengan hati-hati aku membuka pintu, menemukan sebuah sosok yang sedang berdiri memandang hujan.

"Hai Jae"

"Hai Jen"

"Buat apa kamu ke sini?" kataku dingin.

"Hmm, mau balikkin buku mat kamu yang kemarin lusa ketinggalan di rumah aku" jawab Jaehyun sambil memandangku dengan tatapan kosong.

"Makasih" jawabku seadanya.

Aku hendak beranjak pergi tetapi Jaehyun menahan tanganku yang membuat langkahku terhenti. Aku berusaha melepaskan tanganya tetapi sia-sia tenaganya kuat sekali.

"Aw, sakit Jaehyun, lepasin kenapa sih"

"Jen, aku mau putus"

Begitu mudah, kata-kata itu meluncur bebas dari mulutnya. Begitu mudah baginya untuk mengatakan putus setelah dia menghancurkan hatiku.

"Yaudah, kalo mau kamu begitu" jawabku sambil berusaha tegar.

Lebih baik seperti ini, memang dari awal kita tidak usah pacaran.

Dia melepas cengkaramanya dari tanganku dan beranjak pergi menjauh tanpa mengucapkan apa-apa. Begitu motornya sudah tidak kelihatan, aku jatuh tersungkur, memeluk buku matematika itu, dan menangis sejadi-jadinya. Aku tidak kuat lagi menahan perasaan sakit ini.

Terimakasih hujan, karena telah menutupi isakan keras dariku.

Dengan susah payah, aku berdiri dengan kedua mata yang masih sembab dan berjalan kembali ke dalam rumah.

"Astaga Jen, kamu kenapa nangis?"

Kak Taeyong terlihat sangat kaget melihat kondisi ku yang lebih berantakan dari tadi.

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang