27. Its The End for Us

773 97 135
                                    

⚠️ ⚠️ ⚠️
Warning 15+
Chapter ini mengandung adegan kekerasan. Harap pembaca yang tidak menyukainya, tidak usah membaca chapter ini. Adegan ini hanya fiktif dan tidak ada sangkut pautnya dengan artis yang asli.

"Skrg kamu diem, aku yang ngomong"

Tanpa disuruh diam olehnya, aku memang sudah tidak berani untuk mengatakan apa-apa lagi. Baru pertama kali aku merasakan Mark mengeluarkan aura yang sangat mengerikan. Dirinya seperti bukan Mark yang lembut seperti biasa, dia seperti kerasukan roh jahat.

"Kenapa kamu bohong sama aku?" tanyanya menaruh kedua tanganya di pundakku.

"KENAPA KAMU BOHONG SAMA AKU!" bentaknya dan menggoncangkan badanku dengan keras. Aku hendak mengangkat tanganku dan menangkup pipinya tetapi dia malah menepis tanganku.

"Jangan berani-beraninya kamu sentuh aku" ucapnya dingin. Aku menundukkan kepalaku pelan-pelan, tidak kuat melihat sorot matanya yang memandangku dengan hina.

"Siapa yang suruh kamu nunduk?"

"SIAPA YANG SURUH KAMU NUNDUK?!" bentak Mark menarik rambutku ke belakang, membuat kepalaku mendongak ke atas.

"AH"

Rambutku ditariknya begitu kuat sehingga rasanya mereka akan lepas begitu saja dari akarnya. Aku menepuk pundaknya pelan mengisyaratkan kepadanya untuk melepaskan rambutku tetapi dia tidak bergeming sama sekali.

"Sakit ga?"

"SAKIT GA SAYANG?"

Dengan susah payah, aku menggelengkan kepalaku dengan kuat. Aku takut jika menjawab iya, dia akan semakin marah.

"Oh kurang sakit, sini aku tarik lebih kuat ya" katanya sambil mengeraskan genggamnya di rambutku.

"Aku kaya gini biar kamu belajar buat ga kaya gini lagi. Ngerti kamu?"

"NGERTI GA KAMU!"

Aku menganggukan kepalaku berulang kali, berharap dia akan melepaskan cengkramanya di rambutku.

"Jangan sampe aku ngulang pertanyaan aku dua kali, terus kamu baru jawab. Kamu mau dihukum lebih lagi?"

Aku kembali menggelengkan kepalaku dengan kuat sambil menahan air mataku. Dengan satu hentakan, Mark melepas genggamanya dari rambutku yang membuat badanku terjatuh ke depan, ke dada Mark.
Tidak menunggu diriku untuk kembali ke posisi semula, Mark mendorong badanku menjauh darinya.

Dengan satu tangan dia mengangkat daguku agar bertemu kembali dengan pandangan matanya. Dia menekan kedua pipiku mengunakkan satu tangan dan memajukan wajahku lebih dekat ke arahnya.

"Aku tanya sekali lagi, kenapa kamu bohong sama aku?"

Ketika aku hendak menjawabnya, Mark sudah lebih dulu hilang kesabaranya dan berkata sesuatu lagi.

"Kamu ga mau jawab? Okay"

Mark tiba-tiba mendaratkan sebuah ciuman di bibirku yang membuat kedua mataku melotot. Dia tidak mengecupnya secara lembut, dia melumatnya dan menggigit bibirku secara kasar. Aku mendorong badanya sekuat tenaga agar bisa membuat bibirnya terlepas.

Aku melihat di bibir Mark terdapat darah segar dari bibirku. Dia tidak menyekanya mengunakkan tanganya, tetapi dia malah menjilatnya seakan-akan itu adalah bekas makananya. Matanya berkilat-kilat penuh dengan hawa nafsu. Dan kembali muncul senyuman itu. Senyuman yang paling kutakuti.

Aku merasakan sekujur tubuhku merinding. Jantungku berdegup kencang dan keringat dingin mengucur dari dahiku. Tidak mau terjebak di sini, aku hendak berdiri dan segera pergi dari sini. Tetapi aku kalah cepat, dia menarik pergelangan tanganku dan membuatku berbaring di atas sofa dengan dia yang berada di atasku.

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang