14. Fragile

1.2K 162 180
                                    

"Selamat datang di Mcdonald, mas gan—, eh mas mau pesan apa?"

Aku memang berniat untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum berlanjut memikirkan aku akan tinggal di mana malam ini dan selanjutnya bagaimana. Soalnya jika aku belum makan, otak ku tidak bisa memikirkan apapun selain makanan.

"Mbak, saya pesan 1 double cheese burger, 1 large french fries dan 1 large lemon tea. Burgernya saya minta yang plain, cuman keju, daging, sama saos tomat. Saya juga minta saos tomat yang sachetan buat kentang goreng. Sama minta mcflurry oreonya dua" kataku sambil membaca papan LED di atas yang bertuliskan menu-menu.

Mataku kini beralih kepada perempuan yang ada di hadapanku ini. Bukanya dia mengetik pesananku di komputer, dia malah bengong melihatku dengan mulut terbuka. Aku mengibaskan tanganku di depan mukanya, mencoba membuat dirinya kembali tersadar. Kan tidak lucu kalo misalnya dia bengong terus kesurupan.

"Mbak, halo?"

"Eh, maaf mas, saya akan segera mencatat pesanan mas"

"Ya"

"Ok, mas. Selamat, hari ini hari keberuntungan mas. Mas mendapatkan promo spesial dari Mcdonald" katanya lalu tersenyum lebar.

"Promo apa?"

"Buy 1 get 1, karena mas beli makanan yang cukup banyak jadi dapet gratisan"

"Ya gratisan apa?"

"Saya" kata perempuan ini sambil mengedipkan salah satu matanya.

Astaga, aku mau muntah di sini dan sekarang juga. Sejak pertama kali aku memesan makananku, perasaanku sudah tidak enak dan ternyata benar saja.

"Apa?" tanyaku tidak percaya.

"Kenalin, saya Mina, Kang Mina" katanya sambil mengulurkan tanganya ke arahku.

"Kenalin, saya ga peduli sama kamu" kataku sambil tersenyum sarkastik. Aku putuskan untuk tidak menjabat tanganya, bukanya aku jiji atau bagaimana tetapi aku memang tidak suka kontak fisik dengan orang yang belum aku kenal.

"Loh? Nama mas, ga peduli sama kamu?" katanya mengerutkan alisnya, bertanya-tanya tentang namaku.

"Ya, bagus ya. Biasanya saya ngomong itu nama saya kalo mau menolak cewe secara halus" kataku sambil tersenyum makin lebar.

"Oh, jadi barusan mas nolak untuk kenalan sama saya?"

"Ya"

Dengan pelan, dia menarik tanganya dan memasukkanya ke dalam kantung celana jeans biru mudanya. Anehnya, dia tidak tampak terpukul atau sedih, matanya malah makin berbinar-binar menatapku.

"Mas kebanyakan orang yang nolak saya itu nyesel loh nantinya, contohnya ya mas kaya mantan saya yang kemarin, si, si Johnny mas, dia tuh ya nangis-nangis lagi mau balikan sama saya karena katanya saya terlalu cantik, terlalu perfect, aduh saya jadi malu sendiri ngomong begini" katanya lalu tertawa kecil, sok malu-malu, dan menutup mulutnya mengunakkan tangan kananya.

"Kamu pikir saya peduli?"

Perempuan ini harus disadarkan bahwa aku hanya ingin memesan makanan di sini bukan untuk mengobrol denganya.

"Saya mau makan di sini, bukan untuk denger curhatan mbak"

"Ta—"

"Apakah saya harus panggil manager di sini?"

Aku sudah kehabisan kesabaran menghadapi perempuan satu ini. Dari awal, aku ke sini buat makan bukan buat cari pasangan. Udah ditolak malah makin ngelunjak lagi. Bisa-bisanya, orang yang bekerja di restoran makanan terkenal memiliki sifat seperti ini.

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang