12. I'm Done

1.7K 176 222
                                    

Melodi sedih mengalun pelan dari petikan gitarku, mengisi kehampaan hati ini. Di sinilah aku berada di dalam kamarku memainkan gitarku untuk menenangkan jiwaku. Sudah seminggu sejak aku terakhir kali bertemu denganya, aku kangen denganya. Tiap kali dia tidak sengaja berpapasan denganku, dia selalu membuang muka atau sibuk mengobrol dengan temanya. Dia terasa begitu jauh.

"So whenever you ask me again, how i feel. Please remember, my answer is you"

Kata-kata yang keluar tersendirinya, menemani alunan melodi yang menyimpulkan perasaanku saat ini. Suatu perasaan yang harus aku kubur.

Aku mengambil sebuah buku bersampul coklat dengan sebuah logo J emas di sampulnya dan membukanya. Aku membuka halaman demi halaman yang sudah penuh dengan goresan pena hitam. Banyak sekali kenangan dan perasaan yang sudah ku tumpahkan di sini.

Pelan-pelan aku menuliskan kata-kata tadi menjadi 4 baris dan kuberi sebuah judul.

Try Again

So whenever you ask me again
How i feel
Please remember
My answer is you

Lagu ini akan kubuat untuk dia seorang, sebagai permintaan maaf sekaligus kesempatan kedua. Meskipun belum tentu dia akan mendengarkanya, setidaknya kubuat dulu.

Tok tok tok

"Ya masuk" kataku sambil menaruh buku itu di atas meja.

"Dek Jaehyun, itu bapa manggil suruh ke ruang tamu" kata mbakku yang berada di depan pintu yang terbuka.

"Oh ya sebentar saya ke sana"

Aku menaruh gitarku dan segera keluar dari kamar menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu, terdapat ayah sedang duduk dengan sebuah puntung rokok di tangan kananya dan sebuah koran menutupi mukanya.

"Ada apa?" tanyaku kepadanya sambil duduk di hadapanya.

"Malam ini kita akan dinner bersama keluarga Naeun" katanya masih tidak menurunkan koranya.

"Kita?" tanyaku bingung. Biasanya hanya ayah yang akan dinner dengan keluarga Naeun.

"Iya, kita. Kamu keberatan?"

"Iya, ada urusan apa lagi?"

"Urusan bisnis"

"Kalo gitu kenapa aku harus ikut?" tanyaku tidak mau kalah.

Ayahku menurunkan koranya pelan-pelan dan menaruhnya di atas meja. Dia melihatku dengan tatapan tajam dan melontarkan pertanyaan lain.

"Kenapa kamu minggu kemarin ke rumah perempuan itu lagi?"

"Karena ingin" jawabku pendek.

"Keinginan kamu itu berbahaya, ingat itu bisa mencelakakan dia juga. Jangan lupa ayah melihat semua gerakanmu" ancam ayahku.

Aku hanya bisa terdiam. Aku tahu keputusanku yang impulsif itu berbahaya, tetapi pertemuan itu mungkin pertemuan terakhir dimana aku bisa berada di dekatnya.

"Kamu tidak ingin dia celaka bukan?" ancam ayahku.

"Tidak"

"Maka dari itu, ikuti perintah ayah. Cepat siap-siap kita akan berangkat 1 jam lagi" kata ayahku kembali mengambil koran itu lagi.

Aku berdiri dari sana dan berjalan kembali ke kamarku.

Brak

Aku menutup pintu kamarku keras-keras. Kemarahan ini tidak bisa ku utarakan, hanya bisa kulampiaskan kepada benda mati seperti pintu. Aku menjatuhkan diriku ke lantai dan membenamkan mataku diantara kedua lututku.

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang