36. The End

1.1K 83 59
                                    

Jen POV

Aku bisa melihat Mark dan Jaehyun dengan jelas dari tempatku bersembunyi di sini. Jaehyun bilang suruh bersembunyi dan tunggu kodenya. Sampai saat itu, aku hanya boleh diam menyaksikan semuanya.

"Jen dimana?" tanya Mark yang berdiri di ambang pintu.

"Udah pergi, gua biarin dia duluan" kata Jaehyun maju selangkah lebih dekat ke Mark.

"Ga mungkin lu biarin dia duluan, pasti dia masih ada di sini" kata Mark mulai mengedarkan padanganya ke seluruh penjuru ruangan ini. Aku menunduk dan kembali menyembunyikan kepalaku sambil menutup mulutku agar aku tidak menimbulkan suara apapun.

"Ga ada kan? Cuman ada kita berdua di sini" kata Jaehyun menyender santai di tembok, menyembunyikan tempat aku berada sekarang.

"Bagus kalo cuman ada kita berdua, jadi gua ga usah nahan-nahan" kata Mark. Aku tidak bisa melihatnya karena tubuh Jaehyun menghalangi pandangan mataku.

Bugh

Bruk

Badan Jaehyun terhempas ke belakang menyentuh tembok semen yang keras. Tampaknya tadi Mark menonjok Jaehyun langsung di perutnya dan Jaehyun kurang cepat menahanya.

"Masa baru segitu aja udah ambruk, ayo dong serius" kata Mark yang sudah memasang kuda-kuda dengan kedua tangan dikepal di depan dadanya.

"Ya ini mau serius" kata Jaehyun yang bangkit dan juga memasang kuda-kudanya. Menit-menit setelahnya, mereka hanya melihat ke arah satu sama lain dengan tatapan yang berapi-api dengan emosi. Tidak ada yang mundur, maupun maju.

Mark, yang sepertinya sudah tidak sabar, maju duluan dan mau menendang Jaehyun di pelipis kiri kepalanya namun Jaehyun sudah lebih dulu menghalanginya mengunakkan tangan kirinya. Jaehyun menunduk sedikit dan sehabis itu mendaratkan pukulan bertubi-tubi ke perut Mark. Tidak hanya itu saja, Jaehyun mengerahkan segala kekuatanya dan menaruh kepalanya di perut Mark dan mendorongnya hingga menabrak tembok.

BRAKK

Mark tidak tampat kesakitan dan kembali bangkit. Tidak memberikan jeda, dia langsung melancarkan tinjuan berkali-kali ke arah muka Jaehyun. Sedangkan Jaehyun menutup akses ke mukanya dengan menaruh kedua tangan di depan mukanya sebagai perisai. Tidak mempan, mengunakkan tangannya Mark pun mengunakkan kakinya untuk membalas serangan di perut tadi.

Begitu Mark mengenai Jaehyun di perut, muka Jaehyun tampak sangat kesakitan. Satu tangannya kini dia gunakan untuk meremas perutnya.

"Sakit ya?" tanya Mark dengan sebuah seringai di mukanya.

"Ya anjer, ditambah gua belum makan dari siang" kata Jaehyun sambil membenarkan kembali kuda-kudanya.

"Masih nganggep ini bencandaan?" tanya Mark, mengeluarkan pisau lipat dari kantung celananya. Meskipun kecil, terkena sayatanya yang tajam akan terasa sakit dan perih.

"Weh, main pake pisau aja lu" kata Jaehyun sambil melangkah ke belakang.

"Kok lu jadi mundur? Takut ya?" kata Mark sambil memutar-mutar pisau lipatnya di tangan kananya.

"Ga lah, masa gua takut. Kan udah dua kali lu modalnya pake senjata, sekali di rumah Jen sekali lagi di sini" kata Jaehyun masih berusaha bersikap tenang. Namun, aku tahu Jaehyun sedikit ketakutan begitu melihat pisau Mark.

"Ya tapi sekarang gua udah lebih jago pakenya dan ga akan kemakan omomgan kaya waktu itu" kata Mark semakin mendekat ke arah Jaehyun.

"Terus abis lu ngelukain gua sekarang, lu pikir Jen masih mau sama lu?" kata Jaehyun semakin mundur.

"Kalo dia ga mau, gua bisa paksa dia kaya waktu itu di rumahnya" kata Mark, tersenyum sambil menggesekan permukaan pisau ke tembok dan membuat goresan lurus di sana.

Orang sinting.

"Paksa dia? Emang lu ngapain aja ke dia di sana?" tanya Jaehyun, memancing Mark.

"Oh ya kira-kira sama gua dicium bibirnya terus nindih dia biar ga bisa gerak. Serius deh mukanya pas lagi ngelawan dan meronta dari genggaman gua kelihatan begitu seksi," kata Mark lalu menggigit bibirnya.

"Dasar bangsat" umpat Jaehyun dengan suara yang pelan.

Aku mulai berpikir negatif lagi. Aku takut Jaehyun akan kalah dan begitu Mark menemukanku, dia akan memperlakukanku dengan cara yang sama. Tetapi Jaehyun masih kelihatan tenang saja.

"Naeun aja untung bisa lolos waktu itu padahal pisaunya udah ada di tenggorokan. Sekarang gua ga bakal segan-segan kaya waktu itu, langsung aja" tambah Mark. Jaehyun hanya tersenyum gugup dan menelan ludahnya sendiri.

"Udah Jae interogasinya? Apa mau tanya-tanya lagi?" kata Mark yang kini jaraknya hanya sekitar 2 meter dari Jaehyun.

"Udah kok, semuanya udah jelas sekarang" kata Jaehyun.

"Kalo gitu, sekarang waktunya buat lu tidur" kata Mark lalu melayangkan satu tinjuan di muka Jaehyun, yang membuat Jaehyun terkapar di lantai.

"Pisaunya ga guna buat lu, sekarang aja dengan tinjuan gua lu udah pingsan" kata Mark, tertawa kecil di akhir kalimatnya.

Aku pun segera beranjak dari tempat persembunyianku dan mengendap-ngendap ke belakang Mark untuk memukulnya mengunakkan balok kayu.

Aku mengayunkan balok kayunya namun Mark sudah lebih dulu mengenggam balok kayunya dengan erat tanpa melihat ke belakang.

"Kamu pikir, kamu bisa pake cara yang sama kaya waktu itu dan aku ga sadar?" kata Mark sekarang berbalik ke arahku.

"Bu—bukan gi—gitu"

Mark mengambil paksa balok kayu yang ada diambilku dan melemparnya ke sebrang ruangan. Aku terpaksa mundur hingga pungunggungku mengenai tembok dan tidak ada tempat lagi untuk bergerak. Mark tersenyum dan berjalan maju pelan-pelan sambil bersiul riang.

"Jen, mau kabur ke mana kamu sekarang? Hm?" kata Mark menaruh kedua tanganya di sebelah kepalaku, menjebak diriku agar tidak kemana-mana.

"Jen pengen dicium banget ya sama Mark"

"G—ga"

"Jen? Kamu masih bisa liat ke arah lain meskipun aku ada di sini?" kata Mark menurunkan mukanya agar satu level dengan mukaku.

"G—ga"

"JEN SEKARANG TURUN"

Aku pun segera turun mendengar teriakan dari Jaehyun dan merasakan ada sebuah tubuh yang ambruk di atasku. Tubuh Mark yang kini sudah tidak bergerak, kusingirkan dari pangkuanku.

"Jen, kamu ga apa apa?" kata Jaehyun mengulurkan tanganya sambil tersenyum cerah meskipun di pipinya ada memar.

"A—aku baik-baik aja, kamu gimana?"

"Aku juga baik-baik aja, ayo sekarang kita keluar terus tolongin yang lain" kata Jae segera menarik tanganku. Kita tidak lupa untuk menutup pintunya kembali meskipun sudah tidak bisa tertutup dengan benar.

"Kamu udah bawa hpnya kan?"

"Udah dong" kata Jaehyun mengangkat hp yang tadi dia gunakan untuk merekam semuanya. Sebelum Mark masuk, Jaehyun menempatkan kamera di satu sudut yang tidak kelihatan dan menekan tombol record.

Jaehyun tadi memancing Mark untuk mengobrol tentang apa yang dia lakukan kepadaku dan Naeun agar bisa digunakan sebagai barang bukti. Jaehyun juga hanya pura-pura pingsan dan aku hanya berpura-pura memukulnya agar bisa menunjukkan sikap aslinya. Rencana yang berbahaya, namun ternyata berhasil.

"Sekarang semua udah selesai kan Jae?"

"Ya, sekarang semuanya udah selesai" kata Jaehyun tersenyum dan mengenggam tanganku dengan erat.

——————————————————————————

Eh, btw ini masih berlanjut ya. Takut kalian salah paham dan mikir ini berakhir gini aja. Semoga masih nungguin kelanjutnya! Bentar lagi berakhir kok, jadi yang sabar ya! 🥰🥰🥰

Makasih semuanya yang udah baca sampe sini! Jangan lupa buat vote and comment kalo kalian suka!

Love you all! 💚💚

Second Chance [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang