Bunyi air hujan yang menyentuh atap halte terdengar begitu nyaring. Hujan yang tidak kunjung berhenti membuat kita berteduh di sini sebentar. Disini Jen dan aku hanya duduk di dalam diam mendengarkan suara air yang turun. Tidak ada satupun dari kita yang mengucapkan satu kata pun sejak tadi berteduh di sini.
Jen memeluk badanya yang menggigil menggunakkan kedua tanganya yang mungil. Aku mencoba mendekat ke arahnya dan memeluknya agar dia merasa sedikit lebih hangat, tetapi dia malah bergeser terus. Tampaknya dia memang sengaja menjaga jarak denganku. Mungkin pikiranya sedang penuh dengan perkataan Naeun tentang Mark tadi.
"Pasti bukan apa-apa Jen, jangan dipikirin"
"Naeun kelihatan begitu yakin, gua ngeliat matanya, dia benar-benar ngomong kebenaranya" kata Jen, akhirnya berbalik ke arahku.
Meskipun Naeun selama ini memang suka berbohong dan suka menuduh orang sembarangan tetapi kali ini dia tidak melakukanya. Sorot matanya mengatakanya semuanya. Mata adalah cerminan jiwa, cerminan perasaan kita yang sebenernya, dan mata tidak bisa berbohong.
"Mark bersikap aneh hari ini. Dari mulai Naeun muncul di hadapanya, dia menjadi tidak nyaman dan kelihatan gelisah. Gelisah seperti takut akan sesuatu yang akan dikatakan Naeun" kata Jen dengan menyelidik.
"Jen, jangan mikir macem-macem dulu sebelum Mark ngomong yang sebenernya" kataku menaruh tanganku di pundaknya.
"Sebenernya? Berarti maksud lu semua ini hanyalah kebohongan?" kata Jen dengan sorot mata yang sendu.
"Bukan gitu maksud aku, tunggu sampe Mark ceritain apa yang Naeun mau omongin. Siapa tahu Naeun hanya mencoba mengadu domba kalian? Dia mungkin sengaja bikin Mark keliatan jelek di depan kamu" kataku, mengelus pundaknya.
"Tapi gimana kalo kebenaranya malah bukan seperti itu, gimana kalo selama ini gua cuman dibohongin sama Mark" kata Jen, matanya mulai berkaca-kaca.
"Gua takut, takut hati gua terluka buat yang kedua kalinya. Gua ga tau kalo sampe gitu, rasa sakitnya bakal kaya apa" kata Jen, menyeka air matanya yang turun mengunakkan lengan bajunya yang basah.
Aku mengunakkan ujung ibu jariku untuk menghapus jejak air mata di bawah matanya. Aku mengusap pipinya pelan, berharap bisa menenangkanya.
"Jen, maafin aku yang udah bikin hati kamu terluka"
"Gpp, memang dari awal lu cocoknya sama Naeun" kata Jen memaksakan sebuah senyuman muncul di mukanya.
"Sebenernya waktu itu aku..."
Aku menggantungkan kata-kataku, berpikir sebentar apakah sekarang waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya kepadanya? Atau ini hanya akan memperburuk situasi?
Jen hanya melihat ke arahku menungguku untuk melanjutkan kalimatku. Aku mengambil napas panjang lalu membuangnya, mempersiapkan diriku untuk reaksi Jen.
"Dari awal aku ga pernah suka sama Naeun. Naeun membuat rencana licik waktu kamu dateng ke rumah aku, seakan-akan aku lagi ciuman sama dia. Dia sengaja masukkin obat tidur di minuman aku. Terus pas aku bangun dan pergi ke toilet udah ada tanda ungu di leher aku. Aku balik dari toilet buat tanya dia tapi tiba-tiba dia langsung narik aku duduk di sofa, ngacak-ngacak rambut aku, terus menciumku saat kamu masuk"
Jen hanya terdiam dan menatapku dengan tatapan seolah masih tidak puas dengan ceritaku. Aku memutuskan untuk menjelaskan semuanya saja kepadanya.
"Aku ga bisa ngejar kamu waktu itu soalnya nyawa kamu bisa dalem bahaya. Ayah sama Naeun bilang kalo aku deket-deket sama kamu, mereka bakal nyelakain kamu. Ayah menjodohkan aku dan Naeun supaya bisa dapet kerjasama sama perusahaan sama Ayah Naeun"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [ COMPLETED ]
Romance"Jen, aku mau putus." Kata-kata yang kuharap tidak pernah kudengar, keluar dari mulut Jaehyun. Start : 16 June 2020 Finish : 16 January 2021 sadgirl hours :"( 13/09/2020 #1 jungjaehyun ©pinkpengu18