9- Ayo menyerah

76 16 24
                                        


Dasha duduk di kursi menatap depan dengan pandangan lesu. Hari ini ia sangat tidak bersemangat, terutama karena ucapan Shafira tadi. Moodnya turun seketika.

"Baik anak anak, saya sudahi pelajaran hari ini. Oh iya, Bu Lena ga masuk, habis ini bakal ada anak OSIS mau ngumumin sesuatu" Bu Jihan menutup pembelajaran, diikuti bisik bisik murid sekelas.

"Pasti OSIS bakal ngumumin acara kemah kan?"

"Pasti seru banget anjir"

"Pengen cepet cepet ih"

"Mesti banyak persiapan sih"

Dan benar, sesudah Bu Lena keluar, 2 anggota OSIS masuk dan berdiri di depan papan tulis kelas mereka.

Dasha menegakkan tubuhnya. Ia tidak mengetahui berita apapun semenjak semalam. Ia pun menoleh pada Nindi yang duduk di kursi belakangnya.
"Ada apa?"

"Lo gatau? Padahal di grup kelas semalem rame banget"

Dasha menggeleng, ia lupa memeriksa chat di grup kelas sesudah mengecek isi chatnya dengan Darren.
"Itu, mau ada kemah buat kelas 12. Lo dengerin aja deh pengumuman habis ini" jelas Nindi.

Seisi kelas menatap ke depan saat Danish, ketua OSIS mulai membacakan sesuatu.
"Kami selaku OSIS akan mengumumkan tentang pelaksanaan kemah untuk kelas 12"

Selagi Danish membacakan segala kelengkapan yang akan dibawa, wakil OSIS membagikan formulir ke tiap tiap anak.

Dasha mengigit bibir dalamnya. Ia berfikir apakah Darren akan mengikuti acara kemah juga? Bila iya, pasti akan sangat seru.

*****

"Lo gila" desis Leon menatap Serin di hadapannya. Gadis itu terlihat sangat santai dengan tangan menyilang di depan dada.

"Kenapa?"

"Ya Lo bertingkah seakan akan—"

"Lo cukup diem aja, Leon!"

"Kenapa Lo lakuin itu?" Pertanyaan Leon dibalas helaan nafas gusar oleh Serin. Gadis itu melirik sekilas kearah pintu kantin, dimana Dasha baru saja melewati pintu tersebut. "Karna gue sayang sama Darren!" Balasnya meninggikan nada membuat seisi kantin menoleh, termasuk Dasha.

Dasha yang awalnya tidak mengerti apapun, tiba tiba terdiam. Ia menatap Serin dengan tatapan polosnya, kemudian melangkah maju kearah meja Serin dan Leon.

"Kalau kamu sayang sama Darren, dimana dia sekarang?"

"Ashhh—" Leon mengacak rambutnya, ketika mendengar pertanyaan Dasha.

"Dimana dia, Serin?"

"Kenapa tanya gue?" Balas Serin berubah jutek. "Lo pacarnya, harusnya Lo lebih tau"

"Karna dia lebih mentingin kamu" balas Dasha bersungut, melupakan posisi mereka yang masih menjadi pusat perhatian.

"Oh ya? Kalo gitu artinya dia lebih sayang sama gue" Serin menunjukan sisi angkuhnya. Dasha sangat terkejut. Ia tidak pernah mendengar Serin membicarakan ini secara terang terangan.

"Dan artinya Lo harus putusin Darren" sambung Serin lagi.

"Ser" tegur Leon dengan nada rendah.

"Why? Benerkan guys?" Serin meminta pendapat warga kantin.

Plakk

Dasha menampar Serin dengan mata memerah. Ia meluapkan emosi sekaligus mood menyiksa yang sedari tadi ia pendam. Sedetik kemudian ia menatap tangannya kemudian berganti melirik Serin yang sudah memegangi pipinya sendiri. "Ga ada yang bisa ganggu hubungan aku sama Darren!" Ujarnya cepat kemudian berlari meninggalkan kantin.

"LO PASTI MENYERAH, DASHA!" Teriak Serin kuat kemudian terdiam saat mendapat gebrakan meja dari Leon.

"Lo taukan semarah apa Dasha?" Leon menatapnya setajam mungkin.

Sementara Serin malah mengeluarkan smirknya. "Gue tau dan gue puas"

****


Bunda❤️
Bunda tunggu di rumah

  Dasha meremas ponselnya. Ia memasuki rumah kemudian memeluk sang bunda yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Seva tersentak kemudian membalas pelukan putrinya. "Kenapa bolos sayang?"

"Bunda.." lirih Dasha mengusap wajahnya.

"Kok nangis? Kenapa?" Seva menangkup kedua wajah putrinya itu.

"Emang Dasha harus putusin Darren?"

"Putusin?" Beo Seva bingung. "Kalau kalian saling mencintai, kenapa harus putus?"

"Banyak yang ngasih usulan gitu, ngasih dalam bentuk perintah juga ada, bahkan ada yang ngeramal"

"Sayang, dengerin bunda.." Seva menangkup kedua wajah putrinya, "Jangan dengerin kata orang lain, fokus ke hubungan kalian"

"Tapi Darren sering menghilang, bunda"

"Lalu kamu gimana sayang?"

"Aku mau nyerah, tapi aku ga mau putus" Seva menatap datar putrinya, masalah anak muda memang selalu membingungkan. "Jangan bergantung pada seseorang yang tidak pasti"

"Tapi Darren bilang, dia sayang Dasha"

"Ada buktinya?"

Dasha menggumam sekilas, "kadang"

Seva menghela nafas, ia mengusap rambut Dasha dengan lembut. "Bunda ga bisa lakuin apa apa, bunda ga berhak juga atas hubungan kalian. Tapi 1 yang harus Dasha lakuin.." Dasha menatap Seva sepenuhnya dengan alis berkerut.

"Kalau kamu masih kuat, pertahankan. Tapi kalau kamu pasrah, lepaskan. Percaya, Tuhan pasti memberi yang lebih baik dari Darren. Paham?"

"Paham bunda" Dasha mengangguk meski ia ragu dengan hatinya. 5 orang sudah memberi usulan agar ia melepaskan Darren. Kini hatinya juga mulai bergejolak, memiringkan seimbangnya keputusan yang sudah ia buat sebelumnya.

Dasha menghela nafas, "Aku mau nurut tapi aku bingung harus menurut ke siapa. Dasha cuman punya bunda, Darren dan Alika"


****



Darren mengacak rambutnya, murka. Ia menendang kursi dan meja sedari tadi, bahkan melempar beberapa barang.

Fikirannya sedang kacau, terutama karena ayahnya. Sungguh hidupnya sedang tidak karuan sekarang. Hatinya terbagi bagi membuat ia seolah dirantai oleh perbuatannya sendiri.

"BANGSAT!!" Teriak Darren dengan muka memerah kemudian membuka pintu kamarnya kasar ketika bunyi ketukan terdengar.

"Ngapain Lo?" Tanyanya menatap datar Ronal yang tengah cengengesan.

"Ademin dulu bos" Ronal memberikan sebotol teh dingin yang langsung dirampas oleh Darren.

"Mau ngapain Lo kesini?"

"Gue cuman mau kasih tau, tadi si Dasha nampar Serin gegara Serin bahas Lo di kantin. Parah ga tu? Sesetia itu Dasha tapi Lo ga ngabarin dia"

"Hp gue mati, setan" setelah membalas itu, Darren terdiam sebentar mencerna perkataan Ronal.

"Ngapa? Otak sama hati Lo juga mati kan? Cuman gegara ga menang sama SMA 2 aja begini"

"Bukan karena itu anjing!" Teriak Darren. Ya, memang bukan hanya karna sang ayah dan pertandingan sialan itu, tapi ada 1 masalah lagi.

"Yaudahlah terserah Lo" pasrah Ronal. "Siap siap aja kalo si Dasha nyerah beneran"

"Bangsat Lo Ronal!"

"Lo lebih bangsat. Udah bangsat, brengsek lagi. Mati aja Lo, menuh menuhin bumi. Udah sesek gue"


****




Happy new year!!!!

Ayo lanjut vote komennya jangan lupa!



1/1/21
-Evangeline

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang