Darren yang tengah menyalin tugas, dikejutkan dengan kehadiran Alika di sisi jendela. Cowok itu menghela nafas, kemudian menoleh pada Ronal yang berada di sebelahnya. Sejauh ini, hubungannya dengan Leon belum membaik.Ronal melirik, "Hadeh, mental brikdens si Alika."
Di luar, Alika mencoba membuka jendela yang berada di sebelah Darren. Setelah berhasil, ia menyembulkan kepalanya, "Darren, mama ngundang kamu ke rumah nanti malem. Gara-gara udah lama ga ketemu."
"Gue ga bisa."
"Kenapa?" tanya Alika memelas.
"Gue ada urusan, lo urus dulu masalah lo sama Fredy." Ronal terkekeh mendengar jawaban Darren, "Bener noh, lo ada masalah diurus dulu, bukannya nambah masalah lagi. Lo sama si Fredy Fredy itu kayak settingan tau ga? Diculik tapi merasa bahagia."
Rahang Alika mengeras, "Gue emang nyari kebahagiaan di sisa hidup gue."
"Lo berasa hidup lo singkatkan? Kalau gitu habisin aja bareng si Fredy."
"Mampus," sambung Ronal cekikikan.
"Diem!" sarkas Alika, lalu menatap Darren dalam, "Kapan kamu mau balik sama aku?"
"Ga akan."
"Ren, minimal buat mama, mama udah-"
"Gue telfon tante Sinta nanti malem, kita ga ada urusan lagi," potong Darren, membuat Alika berdecak lalu berbalik meninggalkan kelas Darren.
"Permisi, kak Darren," seorang gadis yang terlihat mengenakan seragam olahraga kelas 10, berdiri di pintu kelas.
Ronal sontak berdiri, sambil membenarkan rambutnya. "Hai cantik, kenapa?"
"I-itu kak, mau kasih tau, tadi anak laki-laki di kelas saya ga sengaja numpahin air ke bawah. Kebetulan, di bawah ada kak Dasha."
Mata Darren menyipit tajam, ia berdiri menghampiri gadis itu, "Lo kelas berapa?"
"X IPA 2 kak, saya ke sini sebagai perwakilan buat minta ma-"
"Yang salah, yang harus minta maaf." sela Darren sedikit panik, ia hendak keluar, namun segera tertahan oleh ucapan gadis itu.
"Kak, jangan marahin temen-temen saya. Tadi kak Dasha juga udah dibawa sama kak Serin." Darren menghela nafas, setidaknya Dasha aman bersama Serin. Ia tetap berlari keluar, mencari keberadaan mereka.
****
"Siapapun tolong buka pintunya!" teriak Serin sambil memukul-mukul pintu toilet. "Pasti kerjaan Alika." gumamnya berlanjut.
"Serin, ga ada orang di luar?" tanya Dasha pelan.
"Belum, lo jangan duduk di lantai, dingin." Ujar Serin mengantisipasi, sementara tangannya terus menggedor pintu toilet.
"Tolong!"
"Serin itu lo?"
Mendengar suara laki-laki, Serin segera menyahut. "Iya! Lo siapa?"
"Leon, lo-"
"Tolongin gue! Ada Dasha di sini, kita kekunci."
"Kok bisa?"
"Buruan Leon!" kenop pintu bergerak beberapa kali, tanda Leon mencoba membuka dari luar.
"Mundur, jangan di belakang pintu, gue dobrak sekarang."
Serin menurut, ia membawa Dasha sedikit menjauh dari pintu. Membiarkan percobaan Leon membuka pintu sebanyak lima kali, akhirnya membuahkan hasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Fiksi Remaja⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...