Siapa yang tidak mengenal Dashaline Aresya? Gadis berparas manis ini adalah salah satu gadis tenar di SMA Mandalika. Bukan, bukan karna wajah, namun karna kegiatannya sehari hari yang sudah sangat dihafal oleh warga sekolah.
Menempel pada Darren Nathanio, ketua tim basket yang banyak digemari kaum hawa, dari murid sampai guru.
Lihat saja sekarang, ia sedang mengulum bibirnya menunggu jawaban Darren. Posisi mereka berada di pojok kantin, bersama kedua teman Darren lainnya.
"Jadi gimana Darren? Bunda yang nyuruh"Untuk kesekian kali Darren menghela nafas lelah. "Gak"
"Kenapa?"
"Gue ga mau"
"Iya, alasannya apa Darren?"
"Gue capek, Sha" Darren berdiri dari tempatnya, kemudian pergi begitu saja.
Bahu Dasha menurun lesu, meski begitu gadis manis ini belum menyerah. "gapapa, ntar pas pulang kita bujuk lagi!" Gumamnya semangat.
"Kenapa sih ga cari cowok lain aja Sha? Lo tau kan si Darren sikapnya kek gimana" kekeh Ronal sambil mengaduk jus alpukatnya.
Dasha menatapnya penuh kesinisan, "karna Darren pacar aku, masa aku mau selingkuh"
"Diem diem juga Darren selingkuh" Celetuk Leon tanpa beban dihadiahi sikutan Ronal.
Dasha menanggapi itu bercanda, ia berdiri dari tempatnya, "Udah ah, mau nyusul Darren aja" Pamitnya sebelum melenggang pergi keluar kantin.
"Gausah gitu sat!" Toyor Ronal pada Leon dihadiahi tatapan tajam laki laki itu, "Lo ga kasian sama Dasha? Lo mikir sekali kali, jangan belain si Darren mulu. Makin lama makin brengsek tu temen Lo!"
Setelah mengatakan hal itu, Leon pergi begitu saja meninggalkan Ronal yang masih diam di tempat.
****
Dasha melangkah sambil bersenandung kecil. Sejatinya gadis itu merupakan gadis polos yang hanya tau soal cinta pertama.
Itupun tau dari sahabatnya, Alika.
"Baa!" Kejut Alika membuat Dasha tersentak, nyaris meloncat. "jangan suka ngagetin aku! Ntar kalo jantung aku melayang gimana?"
"Gue tanggung" Alika menaik turunkan alisnya sambil tertawa.
"Jelek" cibir Dasha kemudian melanjutkan langkahnya.
"Dih jelekan elo kalik ye" Alika menusuk nusuk pipi Dasha dari samping.
"Kalo aku jelek mana mau Darren sama aku?"
"Terpaksa doang kalik" ucapan Alika membuat Dasha menghentikan langkahnya kembali.
Sontak Alika merubah raut wajahnya, ia hanya bercanda, takut Dasha salah paham. "Ken-"
"Gapapa, tetep sayang sama cinta pertama" Dasha tersenyum tanpa beban.
"Ye gila Lo, Sha. Gue fikir apaan" Alika tertawa canggung.
"Lagian emang Lo yakin Darren bener bener cinta pertama Lo?" Sambung Alika.
"Yakinlah.. selama ini aku belum pernah jatuh cinta sedalam ini, kayak ke Darren"
"Alay semralay deh" Tanggap Alika lagi. Ia suka sekali meledek pada Dasha.
"Biarin alay, yang pen-" Dasha menghentikan ucapannya, langkahnya juga berhenti saat mereka sampai di pinggir lapangan basket.
Darren sedang memantulkan bola di tengah lapangan, sementara seorang perempuan siap dengan kameranya di tribun bagian depan. Dasha sudah tidak asing dengan kejadian ini. Yang ia perlukan hanyalah kekuatan hati.
"Aku samperin Darren dulu ya" Pamit Dasha.
"Eh jangan Sha-" Alika terlambat, Dasha lebih dulu berlari kearah Darren.
Gadis itu merangkul lengan Darren secara tiba tiba, kemudian menoleh kearah gadis pembawa kamera tadi. "Sini foto kita!" Cengirnya lebar.
"Lepas!" bisik Darren tajam.
Sementara gadis yang berada di tribun tadi tetap mengambil gambar Darren dan Dasha.Sesudah satu kali flash menyambar, Dasha melepaskan rangkulannya. "Hehe" Ia terkekeh polos menatap wajah sangar Darren.
"Lo fikir lucu?"
"Biasa aja sih" balas Dasha ringan.
Darren membanting bola orange itu sangat kuat hingga menimbulkan bunyi. Dasha jelas tersentak, Darren sangat kasar.
"Lo ganggu gue""Ya wajar Darren, aku pacar kamu, aku ga suka kalau ada-"
"Apa? Lo ga suka kalo Serin ambil foto gue?" Potong Darren. "Gue yang suruh dia. Masalah?"
Dasha meneguk salivanya, "Aku.. gatau" cicitnya menunduk.
Darren tidak merespon, cowok itu menoleh pada Serin yang ada di tribun. "Foto!" Ujarnya sedikit berpekik.
Dengan posisi Dasha yang tidak siap, Serin mengambil foto kemudian mengacungkan jempolnya tanda 'sudah' pada Darren.
"Gue foto sama Lo. Puas? Balik sana" Titah Darren dengan nada kesal.
Dasha mengangkat wajahnya. "Tapi aku belum siap"
"Siap ga siap sama aja"
"Sama sama cantik?" Bola mata Dasha membulat, berharap.
Lagi, Darren tidak menjawab. Cowok itu berlari mengambil bolanya dan mampir sebentar ke bagian depan tribun. "Nanti kirim foto yang gue sendiri aja" Ujar Darren diangguki Serin.
Di tengah lapangan, Dasha masih cemberut. Kakinya menghentak dengan kesal, selalu ketika melihat kebersamaan Darren dan Serin. Ngakunya sih berdua cuman sahabatan, tapi Darren terkesan lebih milih Serin.
Dasha berjalan kesal menuju kearah mereka. Ia berhenti di depan Serin dengan bahu naik turun. Baik Serin maupun Darren memandang Dasha aneh.
Gadis itu tiba tiba saja mengangkat kedua tangannya kemudian menggerakannya di depan wajah Serin seperti tengah mencakar, bahkan ia menggeram cukup kencang.
Terakhir, Dasha mendesah frustasi. Ia menurunkan tangannya sambil menatap tanpa arti pada Serin. Sebenci bencinya pada seseorang, Dasha tidak pernah tega bermain kasar.
Pandangannya beralih pada Darren. Dasha sedikit bingung, setengah hatinya suka merasa panas, setengah hatinya lagi merasa iri pada Serin yang bisa selalu dekat dengan Darren.
Ia tidak tau. Rasa yang terus ia pendam, lama kelamaan menyiksa dirinya sendiri. Selama 2 bulan ia berpacaran dengan Darren, selama itu pula dirinya kian tersiksa, entah apa yang membuat Dasha bertahan sampai sekarang.
Namun satu yang terus ia ingat.Darren adalah cinta pertamanya, dan melupakan cinta pertama tidak akan semudah itu.
****
Hola!
Bantu author dengan vote komennya ya!
-15/12/20
Evangeline
KAMU SEDANG MEMBACA
POV (Hiatus)
Teen Fiction⚠️mengandung beberapa kata dan adegan kekerasan. [SEBAIKNYA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Cinta terbentuk dari dua sudut pandang. Namun jika Dasha harus bertahan dengan sudut pandang Darren, ia akan melakukannya. Gadis polos itu terlanjur mengikat hati...