8-Terlupa

66 17 9
                                    

"Mungkin telingaku bisa tertutup tak mendengar ucapan mereka, namun bagaimana dengan hatiku yang selalu berteriak meminta penjelasan darimu?"

Happy reading!








Dasha memasuki rumah Leon. Suasananya masih berduka, sangat hening dan rapi. Aroma bunga juga masih tercium disini.

Dasha mengerjap saat menemukan seorang gadis duduk di sofa dengan tatapan kosong, padahal ada 2 buku di hadapannya.
"Itu adek gue, namanya Levina" jelas Leon.

"Ah oke" balas Dasha mengangguk ngangguk.

"Gue ganti baju dulu, Lo tolong bujuk Vina biar mau makan juga" ujar Leon sedikit memerintah, kemudian naik ke kamarnya.

Dasha menggaruk rambutnya singkat kemudian mendekat pada Levina. Gadis itu berdiri di samping Levina dan memegang pundaknya. "Hey.."

Levina tersentak dan menoleh, "K-kakak siapa?"

Wow, bahkan Levina tidak menyadari kehadirannya disini sedari tadi. Separah itu kah?
"Kamu kenapa?"

"Ga-gapapa kok kak"

"Oh ya, kenalin aku Dasha.. " Levina menganggukkan kepalanya, "Aku lev—"

"Levina kan?" Dasha memotong sambil terkekeh kemudian bersimpuh di depan gadis kecil berwajah pucat itu. "Dengerin aku deh. Percayalah, ibunya Vina pasti lagi mantau Vina dari atas sana. Gimana coba perasaan ibunya kalau liat anaknya ga makan? Kalau liat anaknya sedih terus gini? Pasti ikutan sedihkan?"

Levina menunduk mendengarkan Dasha.
"Levina.." ia mendongak saat Dasha menepuk kedua tangannya.

"Jangan sedih terus, kalau kamu sedih, orang yang ada disekitar kamu juga ikut sedih"

Levina mengangguk samar membuat Dasha tersenyum tipis, "Yaudah sekarang kita belajar trus makan. Oke?"

"Oke kak" suara lembut Levina terdengar, lagi lagi membuat Dasha tersenyum. Mereka berdua lanjut membaca buku buku pelajaran yang sudah disiapkan Levina. Dasha juga membantu gadis itu mengerjakan tugas, bahkan menyuapinya makanan.

Leon hanya memperhatikan kebersamaan Dasha dan Levina dari atas. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik bersamaan. Leon tersenyum melihat sifat keibuan Dasha yang mengingatkannya pada sang bunda.

Ia tersadar kemudian menggeleng. Matanya langsung melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya kemudian menghela nafas kasar.

Ia kembali menatap Dasha. Rasanya Leon tidak tega melihat gadis itu bersedih. Ia ingin terus melihat Dasha tersenyum seperti ini.

Entahlah, Leon tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Kemarin ia hanya berusaha memancing Darren, entah dengan sekarang.



****




Setelah seharian bermain bersama Levina, Dasha akhirnya sampai di rumah diantar oleh Leon. Ia menoleh kemudian tersenyum, "Makasih Leon"

"Gue juga makasih" balas Leon, "Makasih udah nemenin Vina"

"Adek kamu lucu, besok besok ajak aku main lagi sama dia"

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang