17- Jauhi

95 22 2
                                    






"MANA PUTRI SAYA?! MANA DASHA?!" Seva menyentak mengejutkan gerombolan kelas 12 yang akan dipulangkan ke sekolah pagi pagi buta.

"Bu, harap tenang.. kami juga sudah mengerahkan tim untuk mencari Dasha" bu Dina menenangkan.

"Mana bisa saya tenang kalau anak saya menghilang?! Siapa kelompoknya kemarin?!" Tanya Seva masih membentak, sambil menatap satu persatu murid murid. "Mana Alika dan Darren?!"

"T-tante maaf, say—"

"Bagaimana Dasha bisa menghilang nak? Arghh" Seva mengusap kasar wajahnya. Di depan Alika memperhatikan. Ia merasa senang sekaligus bersalah.

"Tante tenang, kita—"

"Bagaimana bisa tenang?!" Seva menatapnya nyalang membuatnya mundur beberapa langkah.

"Bu, tolong jangan membuat keributan disini" ucap Bu Dina lagi.

Seva menghela nafas. Ia menenangkan dirinya sendiri. Disini tidak semuanya salah. Ia tidak berhak menyalahkan siapapun. Namun perasaannya begitu berkecamuk. Dari semalam sudah tidak enak, hingga dini hari mendapati kabar bahwa Dasha hilang.

Tiba tiba saja keadaan berubah tegang saat Alika mendadak tidak sadarkan diri. Gadis itu terjatuh dengan bibir dan wajah pucat.



***

Masih dengan hoodie abu abunya, Darren mengintip dari balik jendela sebuah rumah kayu tua di tengah hutan. Sialnya jendela tersebut ditutupi kain hitam, seolah tidak mengizinkan siapapun untuk melihat ke dalam.

"Hey penyusup!" Seseorang menepuk pundaknya. Di saat ia menoleh, rahangnya dipukul dengan kuat.

"Anjing!" Geram Darren kemudian memukul pria itu balik.

Bukan 1 lawan 1, kini dirinya terkepung oleh beberapa pria berpakaian serba hitam. Ia tau siapa pria pria ini.
"Mana Dasha?!"

"Kamu penyelamat gadis itu?" Tanya salah seorang pria berbadan tegap.

"Katakan dimana Dasha!" Bentak Darren, "Lepasin dia"

"Tidak semudah itu melawan perintah bos Aldo, tuan muda"

Darren mendengus. Persetan dengan perintah dan suruhan ayahnya ini. Ia membuang ludah kemudian mulai memukuli mereka.

Darren mulai kewalahan saat mereka tidak berhenti menyerang. 1 pukulan berhasil lolos ke perutnya, menyebabkan ia terpental sambil mengerang kecil.

"Woi!"

BUGHH

Leon dan Ronal datang tepat waktu. Mereka menendang, memukul, dan membantu Darren untuk mengalahkan para suruhan ayahnya itu.
"Lo masuk, lepasin Dasha. Gue sama Ronal yang bakal urus ini"

Darren mengangguk. Dengan sisa tenaganya ia mendobrak rumah kayu tua itu. Pandangannya langsung menyapu keseluruhan rumah.
Hatinya serasa tertohok mendapati Dasha di ujung sana terduduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat.

"Dasha!" Ia melepaskan ikatan di kaki gadis itu. "Sha, Lo denger gue?"

"D-darren" gumam Dasha pelan, dengan mata tertutup menahan pening, dingin dan perih di kedua tangannya yang terikat kencang.

Setelah semua ikatan berhasil terlepas, tubuhnya terhuyung ke depan menabrak dada bidang Darren. Cowok yang berstatus sebagai mantannya semenjak beberapa jam lalu, memeluknya begitu erat.
"Sha bertahan"

"Aku gapapa.." lirihnya menatap Darren dari bawah cahaya remang remang.

"Badan Lo dingin banget" Darren melepaskan hoodie yang dikenakannya, lantas memakaikan hoodie itu ke tubuh Dasha.

POV (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang